Perayaan Ekaristi: Sabtu-Minggu 7-8 Mei 2011 Hari Minggu Paskah III


Penginjil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes tidak menyampaikan apa-apa tentang detik dan dinamika saat Yesus bangkit. Namun, dengan cara yang berbeda, mereka memberi kita petunjuk bagaimana sekarang kita dapat berjumpa dengan Yesus yang telah bangkit dan yang hidup mulia. Hari ini kita dituntun oleh Penginjil Lukas lewat ceritera Kleopas dan temannya yang berjalan menuju desa Emaus. Yesus menghampiri mereka sebagai orang seperjalanan. Menjelang malam Yesus didesak untuk masuk dan makan bersama mereka. Ketika makan, Yesus tidak tamu lagi. Ia menjadi Tuan rumah, "Ia mengambil roti, dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia. Artinya, mereka alami perjumpaan Yesus dalam perjamuan Ekaristi.

Yesus yang memecah-mecahkan roti dan memberikannya kepada mereka, berarti: Yesus mengikhlaskan diri menjadi darah daging mereka, sumber hidup dan energi kehidupan dan kebahagiaan mereka.

Hanya Lukas mencatat pesan Yesus, "Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku" (Luk 22:19). Artinya Sebagaimana Aku menjadi roti bagimu, demikian pula jadikanlah dirimu roti bagi sesama untuk kehidupan dan kebahagiaan sesama. Jadi Lukas mengatakan bahwa kita berjumpa dengan Yesus: 1. Ketika Yesus memberi diri-Nya sebagai roti dalam Perjamuan Ekaristi. 2. Ketika kita, bersama Dia dan seperti Dia, menjadi roti bagi sesama, yaitu: kita mengikhlaskan hidup untuk mengurangi penderitaan dan untuk membahagiakan sesama. Di situ, Yesus yang hidup mulia hadir dalam diri kita dan Ia berkarya melalui kita.


RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA (MB 735)

TANDA SALIB DAN SALAM

PENGANTAR

SERUAN TOBAT
I. Saudara-saudari, marilah mengakui bahwa kita telah berdosa supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.
I + U. Saya mengaku kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para malaikat dan orang kudus dan kepada Saudara sekalian, supaya mendoakan saya pada Allah, Tuhan kita.
I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

TUHAN KASIHANILAH KAMI (MB 184)
REFF:
TUHAN KASIHANI KAMI (TUHAN KASIHANI KAMI)
TUHAN YESUS KASIHANI KAMI (KRISTUS KASIHANI KAMI)
TUHAN KASIHANI KAMI,
TUHAN YESUS KASIHANI KAMI (TUHAN KASIHANI KAMI)

YESUS KRISTUS PUTRA BAPA (YESUS KRISTUS PUTRA BAPA)
KASIHANI, KASIHANI KAMI (TUHAN KASIHANI KAMI)
IMAM AGUNG PENGANTARA DENGAR DOA,
DENGAR DOA KAMI (TUHAN, DENGAR DOA KAMI)
(REFF)

YESUS KRISTUS JURU S’LAMAT (YESUS KRISTUS JURU S’LAMAT)
KASIHANI, KASIHANI KAMI (TUHAN, KASIHANI KAMI)
IMAM AGUNG MAHARAHIM
AMPUNILAH, AMPUNILAH KAMI (TUHAN, AMPUNILAH KAMI)
(REFF)

KEMULIAAN (MB 199)

DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
I Allah Bapa kami yang maharahim, melalui para nabi Engkau telah bersabda, dan pada diri Yesus Putera-Mu terkasih, sabda-Mu benar-benar Kauberikan sepenuhnya. Kami bersyukur atas Sabda hidup, yaitu Yesus Kristus yang telah bangkit, dan kami mohon dengan rendah hati, bukalah mata kami terhadap Dia yang hidup mendampingi kami; bukalah telinga kami terhadap Dia, yang berbicara kepada kami dalam Injil-Nya; bukalah budi kami, agar dapat mengimani dan mengamalkan isi Kitab Suci sebaik-baiknya. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U.Amin.

LITURGI SABDA

BACAAN I (Kis 2:14.22-33)

"Tak mungkin Yesus tetap ada dalam kuasa maut."

L. Pembacaan dari Kisah Para Rasul:
Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN PS 859
Refren: Bagi orang benar Tuhan bercahaya laksana lampu di dalam gulita.
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
2. Aku memuji Tuhan yang telah memberikan nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak akan goyah.

BACAAN II (1Ptr 1:17-21)

"Kamu telah ditebus dengan darah Kristus, Anak Domba yang tidak bernoda."

L. Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus:
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL PS 961
Alleluya, Alleluya, Alleluya
Terangkanlah Kitab Suci kepada kami, ya Tuhan Yesus, agar hati kami berkobar-kobar mendengar sabda-Mu.

BACAAN INJIL (Luk 24:13-35)

"Mari tinggal bersama kami, karena hari sudah senja."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.


I: Demikianlah Injil Tuhan.
U: Terpujilah Kristus.

HOMILI

AKU PERCAYA

DOA UMAT
I. Karena Allah telah membangkitkan Yesus dan telah mengarahkan tingkah laku kita kepada kebaikan, maka beranilah kita berdoa kepada-Nya dengan mantap.
U. Tuhan Allah kami, dengarkanlah umat-Mu

L. Bagi semua kaum beriman. Ya Bapa, semoga mereka yang diganggu oleh keraguan dan ketidakpuasan, tetap percaya bahwa Kristus yang telah bangkit, tetap berada di tengah-tengah mereka. Maka kami berdoa:
U. Tuhan Allah kami, dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi dunia, di mana kami hidup. Ya Bapa, semoga mereka yang diserahi tanggung jawab atas para bangsa, benar-benar orang-orang yang jujur, cakap, dan bijaksana. Maka kami berdoa:
U. Tuhan Allah kami, dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi warga umat yang telah meninggal dunia. Ya Bapa, semoga mereka diantara kami yang telah beristirahat dalam alam baka, Kauperkenankan memandang cahaya hari yang baru. Maka kami berdoa:
U. Tuhan Allah kami, dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi kami sendiri. Ya Bapa, jadikanlah kami saksi-saksi gembira kebangkitan Kristus dan kehadiran-Nya di tengah-tengah kami. Maka kami berdoa:
U. Tuhan Allah kami, dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi kita semua yang berkumpul di sini sebagai umat Allah:
Ya Bapa, semoga kami tidak acuh tak acuh satu sama lain, tetapi tumbuh dalam kasih dan persatuan. Marilah berdoa:
U. Tuhan Allah kami, dengarkanlah umat-Mu.

I. Allah Bapa kami di surga, resapilah kami dengan semangat tanggung jawab yang mendalam, juga pada saat kami menghadap Engkau. Doronglah kami berusaha bersama semua saja yang berkehendak baik, membangun dunia baru penuh cinta kasih, keadilan dan kedamaian berkat Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI

LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN (MB 738)

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Allah Bapa kami yang mahakudus, terimalah kiranya dalam persembahan ini iman kami akan Kristus, yang memenuhi segala yang tertulis dalam Kitab Suci dan penuhilah kami dengan Roh-Nya. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

PREFASI

KUDUS (MB 255)
KUDUS KUDUS KUDUS ALLAH
S’LURUH ISI SURGA DAN BUMI MENYEMBAH DIKAU
HOSANNA, HOSANNA
HOSANNA BAGI ALLAH DI SURGA

DIBERKATILAH YANG DATANG
DATANG DALAM NAMA TUHAN
HOSANNA, HOSANNA
HOSANNA BAGI ALLAH DI SURGA

TUHAN RAJA MALAIKAT
HOSANNA BAGI NAMA TUHAN
HOSANNA, HOSANNA
HOSANNA BAGI ALLAH DI SURGA

DOA SYUKUR AGUNG


BAPA KAMI (Konvenas)

DOA DAMAI
I Kristus telah bangkit dan menampakkan diri kepada para murid dengan membawa salam damai, dan sukacita. Maka marilah kita berdoa: Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U Amin.
I Damai Tuhan kita Yesus Kristus bersamamu
U Dan bersama rohmu.

ANAK DOMBA ALLAH (MB 278)

PERSIAPAN KOMUNI

KOMUNI

PENGUMUMAN

DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah kita berdoa
I. Allah Bapa, sumber iman kami, jadikanlah kami saksi-saksi kebangkitan Putera-Mu. Semoga kami dapat memahami Kitab Suci sebagai janji kehidupan dan buatlah kami mantap dan gembira karena Engkau tak pernah meninggalkan karya tangan-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

RITUS PENUTUP

BERKAT
I. Tuhan sertamu
U. Dan sertamu juga
I. Semoga Saudara sekalian dilindungi, dibimbing, dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa; Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. Amin.

PENGUTUSAN

I. Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai. alleluya, alleluya.
U. Syukur kepada Allah, alleluya, alleluya.
I. Marilah pergi! Kita diutus,
U. Amin.

LAGU SYUKUR (MB 737)

HOMILI: Hari Minggu Paskah III (Kis 2:14.22-33; Mzm 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; 1Ptr 1:17-21; Luk 24:13-35


"Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"

Seorang bijak menasihatkan "Jika engkau sedih atau frustrasi, jangan putus asa, bacalah Kitab Suci atau sabda Tuhan, maka anda akan hidup bergairah kembali". Memang dalam kenyataan para orang kudus atau tokoh hidup beragama, bermasyarakat dan berbangsa, pada umumnya berpegang teguh pada kata-kata mutiara, entah diambil dari Kitab Suci atau peribahasa-peribahasa yang diciptakan oleh orang bijak. Pengalaman iman ini juga terjadi dalam dua murid dari Emaus, yang dalam perjalanan mereka `pulang kampung' karena frustrasi memperoleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari mati. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian sebagai umat beriman atau beragama untuk tidak melupakan membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci setiap hari, atau juga dapat menggunakan apa yang saya tulis dan kutipkan setiap hari, sebagai bahan permenungan atau refleksi.

"Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" (Luk 24:32)

Sebagai orang beriman atau beragama kita dibina dan dibentuk dengan atau oleh Sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci oleh para penulis dalam ilham ilahi atau Roh Kudus. "Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan para pengarang yang diilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita. Oleh karena itu `seluruh Alkitab diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajar, meyakinkan, menegur dan mendidik dalam kebenaran: supaya manusia (hamba) Allah menjadi sempurna, siap sedia bagi segala pekerjaan baik' (2Tim 3:16-17)" (Vatikan II : Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi/'Dei Verbum', no 11).

Dengan membaca dan merenungkan Sabda Tuhan kita diharapkan menjadi berkobar-kobar atau bergairah dalam kesiapsediaan `bagi segala pekerjaan baik'. Maka marilah hati kita senantiasa diisi oleh sabda Tuhan setiap hari dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Biarkanlah sabda Tuhan tertulis dan tertanam di dalam hati kita, sehingga kita senantiasa tergerak atau termotivasi untuk melaksanakan semua kehendak Tuhan alias selalu melakukan segala pekerjaan baik, yang menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa. "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja." (Luk 4:4), demikian jawaban Yesus terhadap godaan setan, ketika Ia lapar karena berpuasa. Apa yang dikatakan oleh Yesus ini kiranya dapat menjadi kata mutiara atau pegangan cara hidup dan cara bertindak kita.

Sebagai manusia kita tidak hanya butuh makanan dan minuman jasmani saja, tetapi juga butuh makanan dan minuman rohani, yaitu aneka tulisan yang ditulis dalam ilham Allah atau Roh Kudus. Untuk melatih atau membiasakan diri setia pada sabda Tuhan, hendaknya kita senantiasa berusaha mentaati atau melaksanakan aneka tata tertib atau aturan hidup bersama, entah yang tertulis maupun yang bersifat lisan. Kiranya sebagai manusia yang hidup dan bekerja kita menghadapi aneka tata tertib atau aturan yang harus kita laksanakan, maka hendaknya dilaksanakan dengan sekuat tenaga. Jika kita terbiasa untuk dengan gembira dan bergairah mentaati atau melaksanakan aneka tata tertib, yang terkait dengan hidup dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka dengan mudah kita dapat membaca dan merenungkan sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Maka dampingilah pelaksanaan aneka tata tertib dan aturan dengan sabda-sabda Tuhan, artinya aneka tata tertib atau aturan dan sabda Tuhan bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Semakin anda berusaha melaksanakan aneka tata tertib atau aturan, maka anda juga semakin bergairah untuk membaca dan merenungkan sabda-sabda Tuhan. Maka selanjutnya marilah kita refleksikan ajakan atau peringatan Petrus di bawah ini.

"Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah." (1Ptr 1:21)

Iman atau percaya adalah anugerah atau karya Allah, maka jika kita sungguh dapat beriman atau percaya merupakan kasih karunia atau anugerah Allah kepada diri kita yang lemah dan rapuh ini. "Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah", demikian kata Petrus. Beriman kepada Allah berarti mengarahkan segala pengharapan, cita-cita atau dambaan kepada Allah. Kita semua kiranya memiliki aneka dambaan, cita-cita atau pengharapan, maka baiklah jika semuanya itu kita hayati sebagai anugerah Allah dan kita wujudkan dengan segenap hati dan kerja keras dengan bantuan atau rahmat Allah. Bohong kita anda tidak memiliki dambaan, cita-cita atau pengharapan.

Marilah kita hadapi, sikapi dan kerjakan segala sesuatu dalam iman atau dengan iman. Makan dan minum dalam dan dengan iman, tidur atau istirahat dengan dan dalam iman, belajar atau bekerja dengan dan dalam iman. Dengan kata lain marilah kita hayati hidup, kerja dan tugas pengutusan kita bagaikan ibadat kepada Allah, sehingga teman hidup atau bekerja bagaikan teman beribadat, aneka macam sarana-prasarana hidup dan kerja bagaikan sarana ibadat, suasana atau lingkungan hidup dan kerja bagaikan lingkungan ibadat. Bukankah ketika kita akan atau sedang beribadat kita merasa dalam keadaan bersih baik hati, jiwa, akal budi maupun tubuh kita? Maka kami berharap kepada anda semua: entah sedang hidup, belajar atau bekerja, entah sedang dalam perjalanan atau kesibukan apapun, hendaknya hati, jiwa, akal budi dan tubuh senantiasa dalam keadaan bersih alias baik dan suci.

"Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu" (Kis 2:25-28)

Demikian kutipan kotbah Petrus mengutip kata-kata Daud. Baiklah jika kutipan di atas ini juga menjadi pegangan atau pedoman hidup dan kerja kita dimanapun dan kapanpun. "Aku senantiasa memandang kepada Tuhan", mungkin kata-kata ini baik senantiasa kita pegang teguh dan hayati. Tuhan, Yesus yang telah bangkit dari mati, hadir dan berkarya dalam diri orang yang beriman kepadaNya, maka marilah kita pandang aneka karya saudara-saudari kita yang beriman kepada Yesus Kristus, sebagai karya Tuhan, sehingga kita sungguh merasa ditemani oleh saudara-saudari kita dan dengan demikian kita tak akan pernah merasa kesepian, frustrasi atau putus asa meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan serta masalah.

"Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." (Mzm 16:7-11)

Jakarta, 8 Mei 2011



Romo Ignatius Sumarya, SJ

"Aku ini jangan takut!" (Kis 6:1-7; Mzm 33:1-2.4-5; Yoh 6:16-21)

"Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui" (Yoh 6:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini



Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Pesan "Jangan takut" senantiasa disampaikan oleh Tuhan kepada mereka yang terpanggil secara khusus seperti para rasul, dan kiranya juga bagi kita semua yang beriman kepada Tuhan. Perasaan takut hemat saya menghinggapi kita semua: ada yang takut kehilangan jabatan, takut kehilangan harta benda atau uang, takut jatuh, takut tidak naik kelas atau lulus ujian, takut mati, dst.. Penakut ada dua kemungkinan tindakan yang dilakukan, yaitu 'mengurung diri atau membela diri' atau dengan rendah hati mohon perlindungan dan bantuan kepada mereka yang dapat melindungi atau membantunya. Sebagai orang beriman kami mengajak dan mengingatkan kita semua jika merasa takut, marilah kita dengan rendah hati mohon perlindungan Tuhan, entah dengan berdoa atau secara konkret minta perlindungan kepada saudara-saudari kita yang kita anggap mampu melindungi kita. Dengan kata lain ketika kita takut hendaknya tidak menutup diri, melainkan membuka diri sepenuhnya terhadap aneka macam bantuan yang mungkin mendatangi kita. Penakut memang dengan mudah jatuh sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh, karena ketahanan dirinya melemah atau rapuh.
Memang untuk mengatasi ketakutan hendaknya juga jangan 'kebablasen' menjadi sombong atau begitu percaya diri, sebaliknya di satu pihak hendaknya menyadari dan menghayati bahwa dalam diri kita ada kekuatan untuk mengatasi ketakutan, di sisi lain terbuka terhadap aneka bantuan dan uluran kasih orang lain. Marilah kita imani atau hayati bahwa Yesus yang telah bangkit dari mati hadir dan berkarya dalam diri saudara-saudari kita yang berkehendak baik, dan kemudian kita tanggapi dengan positif semua kehendak baik saudara-saudari kita.

· "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." (Kis 6:2-4), demikian kata para rasul kepada segenap umat yang menyertainya,yang sedang berkumpul. Yang dimaksudkan dengan 'pelayanan meja' adalah perhatian secara phisik terhadap orang lain, terutama terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan atau para janda sebagaimana terjadi pada masa Gereja Perdana. Akhirnya memang terpilih beberapa orang yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat untuk melaksanakan tugas pengutusan tersebut. Jika kita mawas diri kiranya kita semua menyadari dan menghayati bahwa mayoritas waktu dan tenaga kita terarah pada hal-hal duniawi, dan ada kemungkinan di antara kita ada yang bertugas untuk mendistribusikan harta benda atau uang, atau secara khusus bertugas sebagai pengambil keputusan atau kebijakan dalam memberi gaji atau imbal jasa. Kami berharap dalam melaksanakan tugas pengutusan sungguh adil dan merata, sehingga tidak ada seorangpun yang kurang diperhatikan. Memang pada umumnya mereka yang miskin dan berkekurangan atau para janda kurang memperoleh perhatian yang memadai, maka baiklah jika mereka ini menjadi opsi utama dalam pelayanan atau pelaksanaan tugas pengutusan. Karena dalam Warta Gembira secara khusus disebut para janda, maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk memperhatikan para janda, yang mungkin kesepian. Tentu saja perhatian yang diberikan tidak tumbuh berkembang menjadi perbuatan amoral. Memang tidak mudah memperhatikan para janda: kalau yang memperhatikan laki-laki jangan-jangan dituduh berselingkuh, sedangkan kalau yang memperhatikan perempuan jangan-jangan dituduh lesbian. Maka baiklah ketika memperhatikan mereka tidak sendirian, paling tidak berdua, sehingga tidak mudah jatuh ke perilaku amoral, yang berlawanan dengan kehendak Tuhan.



"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN" (Mzm 33:1-2.4-5)



Jakarta, 7 Mei 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

Renungan Bulan Katekese Liturgi KAS hari ke 5 - 7

Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-5: Merenungkan Nikmatnya Ber-Ekaristi

Pada saat evaluasi pelaksanaan perayaan Ekaristi, seorang peserta bercerita begini:" Mungkin saya termasuk orang yang rajin mengikuti Ekaristi. Kalau ditanya alasannya, saya mengalami kesulitan untuk menjawabnya. Namun bagi saya, ikut Misa Kudus entah pada hari Minggu ataupun kesempatan lain merupakan dorongan otomatis. Hari minggu tiba, otomatis saya pergi ke gereja untuk mengikuti Ekaristi. Kalau tidak ke gereja, rasanya ada yang hilang dalam hidup saya. Seperti bernafas, tidak perlu berpikir banyak hal, orang langsung bernafas".

Peserta lain bersharing: "Saya pernah sangat jengkel dengan suatu perayaan Ekaristi karena dilaksanakan secara asal-asalan. Biarpun demikian, saya tetap bertahan untuk hadir dan menerima apapun yang terjadi dalam Misa Kudus itu. Pokoknya, saya berusaha mengikuti Ekaristi dengan sebaik-baiknya. Saya selalu membangun kepercayaan akan kehadiran Tuhan dalam Ekaristi kendati segala sesuatunya tidak selalu sempurna. Dan senyatanya, sampai sekarang ini Ekaristi sunggu memberikan kebahagiaan. Saya bisa menerima Tubuh Kristus, berjumpa dengan teman, menghayati kebersamaan sebagai anggota Gereja. Dulu saya mudah putus asa, tetapi setelah rajin mengikuti Ekaristi, saya lebih bisa tegar menghadapi setiap persoalan hidup. Pokoknya nikmat ikut Ekaristi. Mungkin anugerah Tuhan ya, he....he....!"

Kendati ada kekurangan di sana sini dalam pelaksanaannya, Ekaristi telah menyentuh batin banyak orang untuk semakin tekun menghayati tujuan hidupnya, memuliakan dan mengabdi Tuhan. Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa Ekaristi merupakan harta kekayaan Gereja yang tiada tara. Dari misteri Ekaristi, seluruh kekuatan untuk menghayati hidup ditimba. Marilah kita suka menceritakan Ekaristi dan mengajak siapa pun untuk merayakan Ekaristi. Gereja hidup dari Ekaristi!



Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-6: Merenungkan Berdevosi Saat Ekaristi

"Kula niku yen dereng sembahyang rosario raosipun mboten manteb", ungkap seorang ibu dalam sebuah sarasehan di lingkungannya. Tidak mengherankan setiap kali ada kesempatan, manik-manik rosario bergerak perlahan di jemari tangannya yang sudah keriput. Pun pula dalam perayaan Ekaristi. Ibu ini demikian mendem dengan devosi. Apakah tindakan seperti ini sehat? Tentu saja tidak ada yang salah dengan devosi pribadi. Namun adalah keliru jika selama mengikuti Ekaristi kita "nyambi" alias sambil melakukan yang lain, termasuk devosi seperti doa rosario, doa novena, atau apalagi "rosario santa Nokia".

Perayaan Ekaristi tidak pernah menjadi perayaan pribadi. Perayaan Ekaristi adalah perayaan bersama seluruh Gereja. Dalam perayaan Ekaristi kita tidak boleh asyik dengan diri sendiri, melainkan kita diajak untuk berpartisipasi secara penuh, sadar dan aktif. Partisipasi ini tidak diisi dengan devosi pribadi. Secara sadar umat diajak untuk menghayati misteri yang sedang dirayakan. Caranya? Ada banyak tata gerak yang bisa diikuti. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan: ikut bernyanyi, menjawab aklamasi-aklamasi, mendengarkan sabda Tuhan dan merenungkannya, hening dan menghunjukkan hati saat imam berdoa syukur agung.

Adalah tanggung jawab para imam mengingatkan umat untuk terus menerus terlibat dan berpartisipasi aktif dalam Ekaristi. Tim Liturgi paroki pun hendaknya mempersiapkan teks Ekaristi yang semakin melibatkan partisipasi umat seperti memilih nyanyian dan aklamasi yang dikenal umat, atau melatihnya apabila masih baru, ataupun mengolah bagian-bagian tertentu sesuai dengan kaidah-kaidah liturgi yang ada.

Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-7: Merenungkan Devosi yang Sehat Membantu Penghayatan Ekaristi

Tidak sedikit umat yang mau Ekaristi di gereja datang lebih awal. Ada yang satu jam, setengah jam, ataupun 15 menit sebelum Misa mulai. Dan lihatlah: mereka itu berdoa rosario dengan khusyuk, entah di tempat duduk menghadap Sakramen Mahakudus di tabernakel atau di depan patung Bunda Maria. Kadang ada yang berdoa rosario atau doa beberapa menit di gua Maria di samping atau belakang gereja. Luar biasa! Kalau tidak berdoa rosario, mereka terkadang berdoa pribadi, seperti Litani Hati Kudus Yesus, Litani Santa Perawan Maria, atau doa Koronka, atau bahkan doa jalan salib, sebelum Ekaristi dimulai!

Kebiasaan berdoa rosario atau litani atau novena entah sebelum Misa ataupun sesudah Misa, ataupun doa devosi lainnya di rumah merupakan hal yang amat sangat patut dipuji dan dibiasakan oleh siapa pun. Itulah doa-doa devosi yang apabila didoakan dengan sungguh-sungguh dan teratur justru akan membantu penghayatan perayaan liturgi. Hampir semua orang kudus dalam kisah hidup mereka memiliki hidup doa devosi yang kuat dan teratur. Contoh mutakhir ialah Paus Yohanes Paulus II yang pada tanggal 1 Mei yang lalu dibeatifikasi. Dengan sebutan beato, Paus Yohanes II tinggal selangkah lagi akan menjadi seorang Santo! Hampir semua yang mengenal beliau bersaksi bahwa Paus Yohanes Paulus II sangat dekat dengan Bunda Maria, dan doa rosario merupakan doa favorit beliau! Dan lihatlah, orang yang punya devosi kuat juga cenderung menghayati perayaan Ekaristi dengan sangat khidmat, khusyuk dan berbuah!

Demikianlah, pengalaman rohani yang dirasakan dalam devosi dibawa dalam Ekaristi sehingga Ekaristi semakin bermakna dan menghasilkan buah. Memang doa devosi yang sehat akan membantu penghayatan Ekaristi kita. Sebaliknya, apabila kita merasa kering dan bosan saat mengikuti Misa, jangan-jangan karena kita kurang persiapan batin dan kurang memiliki doa devosi yang kuat. Benarkah?

Sumber: Komlit KAS

Bulan Liturgi hari ke 10: Syahadat

10. Syahadat

Pada perayaan Ekaristi hari Minggu dan hari raya, dan juga pada pesta-pesta lain yang meriah biasanya dibawakan Syahadat.

Kita mempunyai dua rumusan syahadat: singkat dan panjang. Syahadat singkat biasa disebut Syahadat Para Rasul; inilah syahadat yang biasa kita daras juga kalau kita berdoa rosario. Syahadat Panjang juga disebut Syahadat Nikea-Konstantinopel, karena syahadat ini dirumuskan dalam Konsili Nikea, dan kemudian disempurnakan dalam Konsili Konstantinopel I (381). Syahadat panjang ini dipakai juga oleh Gereja-Gereja kristen non katolik dengan teks/terjemahan yang agak berbeda. Teks yang biasa kita pakai adalah sbb:

1. Syahadat Nikea Konstantinopel

Aku percaya akan satu Allah, - Bapa yang mahakuasa, - pencipta langit dan bumi, - dan segala sesuatu yang kelihatan - dan tak kelihatan. - Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, - Putra Allah yang tunggal. - Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. - Allah dari Allah, - Terang dari Terang, - Allah benar dari Allah benar. - Ia dilahirkan, bukan dijadikan, - sehakikat dengan Bapa; - segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. - Ia turun dari surga - untuk kita manusia - dan untuk keselamatan kita.

Ayat berikut (yang dicetak miring) diucapkan sambil membungkuk.

Ia dikandung dari Roh Kudus - dilahirkan oleh Perawan Maria - dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita. - Waktu Pontius Pilatus - Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan. - Pada hari ketiga Ia bangkit, - menurut Kitab Suci. - Ia naik ke surga - duduk di sisi Bapa. - Ia akan kembali dengan mulia, - mengadili orang yang hidup dan yang mati; - kerajaan-Nya takkan berakhir. - Aku percaya akan Roh Kudus, - Ia Tuhan yang menghidupkan; - Ia berasal dari Bapa dan Putra. - Yang serta Bapa dan Putra - disembah dan dimuliakan; - Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. - Aku percaya akan Gereja - yang satu, kudus, katolik dan apostolik. - Aku mengakui satu pembaptisan - akan penghapusan dosa. - Aku menantikan kebangkitan orang mati - dan hidup di akhirat.

2. Syahadat Para Rasul

Aku percaya akan Allah, - Bapa yang mahakuasa, - pencipta langit dan bumi. - Dan akan Yesus Kristus, - Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita,

Ayat berikut (yang dicetak miring) diucapkan sambil membungkuk. 39

yang dikandung dari Roh Kudus, - dilahirkan oleh Perawan Maria; 40
yang menderita sengsara - dalam pemerintahan Pontius Pilatus - disalibkan, wafat, dan dimakamkan; - yang turun ke tempat penantian - pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati; - yang naik ke surga - duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa; - dari situ Ia akan datang - mengadili orang yang hidup dan yang mati. - Aku percaya akan Roh Kudus, - Gereja katolik yang kudus, - persekutuan para kudus, - pengampunan dosa, - kebangkitan badan, - kehidupan kekal.

Maksud pernyataan iman atau syahadat dalam perayaan Ekaristi ialah agar:

1. seluruh umat yang berhimpun dapat menanggapi sabda Allah yang dimaklumkan dari Alkitab dan dijelaskan dalam homili;
2. dengan melafalkan kebenaran-kebenaran iman lewat rumus yang disahkan untuk penggunaan liturgis, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok misteri iman sebelum mereka merayakannya dalam Liturgi Ekaristi. 41

Pelaksanaan - Cara membawakan syahadat adalah sebagai berikut : 42

1. Syahadat dilagukan atau diucapkan oleh imam bersama dengan umat.
2. Kalau dilagukan, syahadat diangkat oleh imam atau, lebih serasi, oleh solis atau kor. Selanjutnya syahadat dilagukan entah oleh seluruh jemaat bersama-sama, entah silih berganti antara umat dan kor.
3. Kalau tidak dilagukan, syahadat dibuka oleh imam, selanjutnya didaras oleh seluruh jemaat bersama-sama atau silih berganti antara dua kelompok jemaat.
4. Baik dalam membawakan syahadat singkat maupun syahadat panjang umat membungkuk waktu mengucapkan “Ia dikandung dari Roh Kudus … manusia.” 43

Pendalaman

1. Kapan dalam misa ada Syahadat?
2. Sebutkan dua Syahadat yang biasa dipakai dalam Perayaan Ekaristi!
3. Apa makna dan maksud syahadat dalam Perayaan Ekaristi?
4. Teks mana dalam Syahadat yang kita ucapkan sambil membungkuk? Mengapa bagian ini diucapkan sambil membungkuk?


39 Pada Hari Raya Kabar Sukacita dan Hari Raya Natal berlutut
40 Pada Hari Raya Kabar Sukacita dan Hari Raya Natal berlutut
41 PUMR 67.
42 PUMR 68.
43 Lihat rubrik TPE dalam kedua syahadat ini.

Sumber: Mendalami mengenal mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

Bulan Liturgi hari ke 9: Injil

9. Injil

Diakon, atau imam, pergi ke mimbar untuk membawakan Injil; dalam perayaan meriah ia disertai pelayan altar yang membawa pedupaan dan lilin bernyala. Pembacaan Injil diawali dengan seruan:

D/I Tuhan bersamamu.
U Dan bersama Rohmu.

Atau:


D/I Tuhan sertamu.
U Dan sertamu juga.

Sambil membuat tanda salib dengan ibu jari pada Kitab Injil, diakon/imam berkata/bernyanyi:

D/I Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius / Markus / Lukas / Yohanes.
U Dimuliakanlah Tuhan.

Kemudian diakon/imam membuat tanda salib dengan ibu jari pada dahi, mulut, dan dadanya sendiri. Dalam perayaan meriah ia lalu mendupai Kitab Injil. Lalu ia membacakan/melagukan Injil. Seluruh umat mengikuti pewartaan Injil sambil berdiri. Setelah pembacaan Injil selesai, diakon/imam mengangkat Kitab Injil sambil menyerukan/melagukan salah satu aklamasi sesudah Injil.

Makna - Pewartaan Injil merupakan puncak dari Liturgi Sabda. Hal ini ternyata dari tatacara semarak di sekitar Injil yang menyangkut sikap tubuh, tata gerak, musik:

1. aklamasi sebelum Injil dengan atau tanpa Alleluya (dilagukan);
2. perarakan Kitab Injil (dilaksanakan waktu aklamasi dilagukan): imam/diakon berarak ke mimbar tempat mewartakan Injil;
3. salam untuk mengawali pewartaan (Tuhan sertamu – Dan sertamu juga; Inilah Injil Yesus Kristus ... Dimuliakanlah Tuhan; dilagukan);
4. pendupaan: pada hari raya Injil didupai [3x 3 ayunan ] sebelum diwartakan; pada hari raya putra altar berdiri di dekat mimbar sambil membawa lilin bernyala;
5. jemaat berdiri;
6. tanda salib: imam membuat tanda salib pada buku Injil; umat membuat tanda salib pada dahi, bibir, dan dada. Tata gerak ini sering diberi arti khusus, misalnya: a) supaya pewartaan Injil menyucikan pikiran, mulut, dan hati; atau b) merupakan ungkapan doa: semoga Tuhan membuka pikiran saya untuk menangkap warta Injil, semoga Tuhan menyucikan mulut saya untuk mewartakan Injil, dan semoga Tuhan membuka hati saya untuk menghayati pesan Injil;
7. aklamasi sesudah Injil (dilagukan imam/diakon sambil mengangkat buku Injil). TPE menyarankan beberapa rumus alternatif untuk ‘Demikianlah Injil Tuhan - Terpujilah Kristus’. Tidak jarang pewarta membuat kesalahan dengan mengucapkan/melagukan dua aklamasi sesudah Injil: sesudah melagukan salah satu aklamasi masih menambahkan “Demikianlah Injil Tuhan.”

Pelayan Injil - Seturut tradisi Gereja, dalam perayaan Liturgi Suci, pembacaan Injil, yang adalah “puncak Liturgi Sabda”, harus dibawakan oleh seorang pelayan tertahbis. Maka itu seorang awam, bahkan seorang biarawan/biarawati sekalipun, tidak diperkenankan membawakan bacaan Injil dalam Perayaan Misa Kudus...

Tps – Latihan

Umat dilatih melagukan aklamasi sesudah Injil, lihat TPE Umat, hlm. 33-34.

Pendalaman

1. Injil adalah puncak Liturgi Sabda. Sebutkan unsur-unsur yang menunjukkan pentingnya pewartaan Injil?
2. Apa artinya kita membuat tanda salib pada dahi, bibir, dan dada sebelum pewartaan Injil?
3. Siapakah yang diperkenankan membacakan Injil dalam Perayaan Ekaristi?


37 Lihat PUMR, 277.
38 Instruksi Sakramen Penebusan, 63.

Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

Bulan Liturgi hari ke 8: Mazmur Tanggapan

8. Mazmur Tanggapan

Makna dan Maksud - Mazmur Tanggapan merupakan unsur pokok dalam liturgi sabda, dan mempunyai makna liturgis serta pastoral yang penting karena menopang permenungan atas sabda Allah. 33 Maksud mazmur tanggapan adalah menanggapi sabda Tuhan! Dan tanggapan ini bukan dengan sembarang kata, tetapi dengan kata-kata Alkitab, yang telah dipilih secara saksama oleh para ahli liturgi.

Struktur - Mazmur Tanggapan terdiri dari ulangan dan ayat. Maksud yang terkandung di balik bentuk ini a.l.:

1. Ulangan dimaksudkan sebagai kunci penafsiran atau sebagai amanat inti dari bacaan yang baru saja didengar.
2. Ulangan memungkinkan umat ambil bagian secara aktif dalam permohonan, pujian, renungan, dll. sebagai tanggapan terhadap firman Allah.
3. Ayat/bait-bait bermaksud memperdalam amanat pewartaan.
4. Dialog antara ayat - ulangan, antara pemazmur - umat, antara pewarta dan penerima sabda, menggambarkan dialog antara Allah dan umat-Nya.

Pelaksanaan - Mazmur tanggapan muncul dari suasana hening, tanpa keributan atau pun pengumuman. Itulah sebabnya ulangan sebaiknya dihafal, sehingga umat tidak harus membaca. Saat ini bukan saat untuk memegang buku atau membalik-balik kertas. Cara membawakan mazmur tanggapan adalah sbb:

1. Pemazmur melagukan [ayat-ayat] mazmur dari mimbar atau tempat lain yang cocok. 34
2. Sesudah intro dari organis, pemazmur melagukan ulangan, kemudian umat menirukan pemazmur: melagukan ulangan.
3. Kemudian pemazmur melagukan ayat-ayat, dan sesudah setiap ayat, umat melagukan ulangan.
4. Hendaklah dihindari kebiasaan buruk: umat ikut bersenandung pada saat pemazmur melagukan ayat-ayat mazmur. Tugas umat waktu pemazmur melagukan ayat adalah meresapkan syair ayat mazmur sehingga dapat menanggapi secara mantap waktu melagukan ulangan.

Pemazmur memainkan peranan kunci dalam membawakan mazmur tanggapan. Maka ia harus sungguh memahami fungsi mazmur tanggapan dan menguasai teknik-teknik membawakannya, a.l:

1. Ulangan: Pemazmur harus mampu mengangkat ulangan dengan mantap dan meyakinkan, sesuai dengan jiwa teks, sehingga umat pun dapat serempak mengulanginya.
2. Ayat-ayat: Ayat-ayat mazmur mengungkapkan inti tanggapan kita terhadap sabda Allah.
Maka harus dibawakan dengan tepat.

Ada beberapa kemungkinan membawakan ayat-ayat mazmur:
Pertama: dilagukan sesuai dengan pola lagu yang disediakan dalam mazmur ybs. 35 Pemazmur harus mengenal pola lagu dan menjiwainya. Ia harus membawakan ayat-ayat dengan lancar, mengalir, tidak terlalu lambat atau patah-patah, tetapi sekaligus harus menjaga artikulasi supaya jelas.
Kedua: dibacakan. Kalau pemazmur tidak pandai menyanyi, ulangan dapat dilagukan sedang ayat-ayat dilafalkan/dibacakan.

Suasana dan penjiwaan: Mazmur tanggapan sangat bervariasi jiwa dan suasananya: gembira, pujian, syukur, gagah, agung / megah, susah, merana merintih, tenang (doa, renungan), dll. Semua ini harus mendapat perhatian dari pemazmur, agar ia dapat membawakan ayat-ayat mazmur tanggapan dengan suasana dan penjiwaan yang tepat.

Tempat pemazmur membawakan ayat-ayat mazmur ialah mimbar atau tempat lain yang cocok. 36 Umat mendengarkan sambil duduk. Sedapat mungkin umat berpartisipasi dengan menyanyikan ulangan, kecuali kalau yang dinyanyikan itu hanya mazmur saja tanpa ulangan.

Pendalaman

1. Apa maksud mazmur tanggapan?
2. Sebutkan beberapa cara membawakan mazmur tanggapan!
3. Dari mana pemazmur membawakan ayat-ayat mazmur tanggapan?
4. Nyanyikan satu ulangan mazmur tanggapan dengan baik [dengan artikulasi yang jelas, dengan penjiwaan yang serasi].


33. PUMR 61
34. PUMR 61.
35. Lihat Buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya.
36. PUMR 61


Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

Bulan Liturgi hari ke 7: Saat Hening

7. Saat Hening

Dalam Liturgi Sabda ada tiga kali saat hening: sesudah bacaan pertama, sesudah bacaan kedua, dan sesudah homili.

Makna - Ketiga saat hening ini sungguh merupakan bagian utuh dari ibadat. Di sini, saat hening diperlukan supaya umat, dengan dukungan Roh Kudus, dapat meresapkan bacaan, atau untuk membiarkan satu kata atau satu kalimat bergema terus dalam hati; untuk membiarkan benih-benih sabda yang ditaburkan Tuhan tumbuh di hati yang subur dan menghasilkan buah, dan untuk menyiapkan jawaban dalam bentuk doa. 32 Saat hening ini adalah kegiatan bersama: pelayan ibadat dan semua anggota jemaat yang lain harus berhening. Tak seorang pun boleh sibuk dengan musik, buku, atau kertas (misalnya mencari-cari teks nyanyian mazmur) atau mencarikan tempat duduk untuk orang yang datang terlambat.

Pelaksanaan - Sesudah aklamasi “Demikianlah sabda Tuhan – Syukur kepada Allah,” seluruh jemaat hening. Pemazmur jangan buru-buru berdiri; ia masih tetap duduk hening. Harus diusahakan agar lamanya saat hening selalu sama (misalnya 20 detik), sehingga umat tidak merasa gelisah. Ketika saat hening sudah cukup (20 detik) pemazmur berdiri dan berjalan tenang dan khidmat ke mimbar atau tempat lain dari mana ia akan melagukan mazmur tanggapan. Lalu organis memainkan intro mazmur tanggapan.

Hal yang sama terjadi sesudah bacaan kedua. Di sini umat baru berdiri ketika pemazmur atau solis berdiri dan berjalan ke tempat ia akan melagukan Alleluya/Bait Pengantar Injil.


Pendalaman

1. Ada berapa kali saat hening dalam Liturgi Sabda? Sebutkan!
2. Untuk apa saat hening itu?
3. Apa saran Anda supaya saat hening dapat berfungsi maksimal?


32 Bdk. PUMR 56.

Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

“Barangsiapa percaya kepada Anak ia beroleh hidup yang kekal” (Kis 5:27-33; Mzm 33:17-20; Yoh 3:31-36)

“Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Yoh 3:31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kepercayaan kepada Tuhan masa kini menurut pengamatan saya sungguh mengalami erosi. Mengapa? Salah satu sarana yang mengganggu untuk percaya adalah HP (Hand Phone). Ketika kita belum memiliki HP kiranya kita jarang sekali menghubungi atau mengontak suami, isteri, anak, pacar, tunangan atau pegawai kita dst.. , namun ketika memiliki HP ada kemungkinan hampir setiap jam menghubunginya. Pertanyaan refleksif: ketika saya menghubungi dengan HP tersebut merupakan tanda cintakasih atau curiga/was-was alias kurang percaya kepada mereka? Jika kita jujur mawas diri hemat saya karena curiga., was-was atau kurang/tidak percaya. Jika kepada saudara atau sesama kita kurang/tidak percaya maka percaya kepada Tuhan layak dipertanyakan. Percaya kepada Tuhan dan percaya kepada saudara/sesama hemat saya tak dapat dipisahkan. Maka kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita saling percaya satu sama lain dan tidak mudah curiga atau was-was; persembahkan saudara-saudari kita dalam bepergian, bekerja atau belajar kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi. Yesus adalah Utusan Allah Bapa untuk menyelamatkan dunia seisinya, maka marilah jika kita mendambakan hidup kekal selamanya setelah dipanggil Tuhan, kita percaya sepenuhnya kepada Yesus. Percaya kepada Yesus berarti senantiasa menghayati sabda-sabda-Nya serta meneladan cara hidup dan cara bertindak-Nya. Marilah kita juga percaya kepada saudara-saudari kita yang tidak bersama dengan kita juga baik adanya, dan kita sendiri senantiasa mendoakannya.

· "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kis 5:29), demikian jawaban Petrus ketika diancam untuk para tokoh Yahudi.. Baiklah kata-kata atau jawaban Petrus tersebut juga menjadi pegangan cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun, sebagai perwujudan bahwa kita sungguh beriman, sungguh mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Allah antara lain hidup dan berkarya dalam diri manusia yang berkehendak baik maupun ciptaan-ciptaan lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan atau tanaman. “Allah tinggal dalam ciptaan-ciptaan-Nya dalam unsur-unsur, memberi ‘ada’nya: dalam tumbuh-tumbuhan memberi daya tumbuh, dalam binatang-binatang daya rasa, dalam manusia memberi pikiran; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran” (St.Ignatius Loyola: LR no 235). Maka marilah kita lihat dan taati kehendak atau karya Allah dalam ciptaan-ciptaan-Nya tersebut; kita hormati dengan rendah hati semua ciptaan Allah, antara lain secara konkret tidak merusaknya melainkan merawat dan mengasihinya. Dengan kata lain mentaati kehendak Allah juga berarti mengasihi lingkungan hidup serta mengusahakan lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga semua ciptaan Allah, terutama manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah dapat hidup dalam dalam sejahtera di dalamnya, serta tumbuh berkembang semakin dekat dengan Allah maupun sesamanya. Hendaknya kita sebagai sesama manusia juga saling mengasihi satu sama lain tanpa pandang bulu. Kami berharap para pemimpin atau atasan dapat menjadi ‘wakil Allah’ di dunia ini, sehingga dapat menjadi teladan ketaatan kepada Allah. Dengan kata lain para pemimpin atau atasan hendaknya dengan rendah hati terus menerus mengusahakan kesucian diri, sehingga semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia, khususnya yang mereka pimpin atau menjadi bawahannya.

“Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu” (Mzm 34:17-20)

Jakarta, 5 Mei 2011


Romo Ign Sumarya, SJ

Bulan Katekese Liturgi: Memahami Perayaan Ekaristi

Penyejuk Imani Katolik 8 Mei 2011

Siaran video dokumenter "BEATIFIKASI JOHANNES PAULUS II" di Penyejuk Imani Katolik Indosiar

Minggu, 8 Mei 2011, mulai pukul 5.30 WIB

Mohon maaf, dengan ini tidak ada siaran ulang untuk tayangan episode 1 Mei 2011.

Ada 2 buku terbaru yang kami hadirkan untuk lebih mengenal pemikiran-pemikiran Paus Yohanes Paulus II, sosok yang luar biasa ini. Kami kutipkan sedikit isinya :

- 20 Misteri Rosario Suci Paus Yohanes Paulus II (Joseph Murphy) : “Paus Yohanes Paulus II senantiasa memiliki devosi istimewa kepada Bunda Allah. Jubah kepausannya bertuliskan kata-kata pertama (Totus tuus) dari doa kepada Santa Perawan Maria. Ia senantiasa membawa rosario bersamanya dan terus menerus mendaraskannya. Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae menjadi kenangan abadi akan penghargaan Paus yang tinggi terhadap doa ini” (h.13)

- Yohanes Paulus II : Gereja Berdialog (Krispurwana Cahyadi, SJ) : “Paus Yohanes Paulus II menggambarkan dirinya sebagai Paus dialog. Tentu gambaran tersebut dinyatakannya karena melihat kemendesakan dan ketidakterhindarinya kebutuhan serta tantangan bagi dialog di tengah dunia yang semakin berwajah majemuk ini, yang menghadapi tantangan berat akan keadilan dan perdamaian. Salah satu yang melekat di dalamnya adalah dialog agama” (h.73)

Selamat menyaksikan dan selamat membaca.

Bulan Liturgi hari ke 6: Liturgi Sabda

6. Liturgi Sabda

Liturgi Sabda diawali dengan pewartaan bacaan-bacaan dari Alkitab dan diakhiri dengan Doa Umat. Unsur selengkapnya adalah: Bacaan 1 - Mazmur Tanggapan – Bacaan 2 – Bait Pengantar Injil – Aklamasi Sebelum Injil – Injil – Aklamasi Sesudah Injil – Homili – Syahadat – Doa Umat.
"Bacaan-bacaan Alkitab dan mazmur tanggapannya merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda. 19 Dalam bacaan-bacaan ini, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya. 20 Di situ Allah menyingkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan makanan rohani. Lewat sabda-Nya, Kristus sendiri hadir di tengah-tengah umat beriman. 21

Dalam Perayaan Ekaristi, bacaan-bacaan Alkitab tidak boleh dihilangkan atau dikurangi, apalagi diganti dengan bacaan lain yang bukan dari Alkitab; 22 begitu juga nyanyian (mazmur) yang diambil dari Alkitab.23 Tidak diizinkan mengganti bacaan dan mazmur tanggapan, yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Alkitab.” Sebab lewat Sabda Allah yang diwariskan secara tertulis itulah "Allah masih terus berbicara kepada umat-Nya." 24

Cara Pelaksanaan – Liturgi Sabda haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mendorong umat untuk merenung. Oleh karena itu, setiap bentuk ketergesa-gesaan yang dapat mengganggu permenungan harus sungguh dihindari.

Konstitusi Liturgi menandaskan bahwa Tuhan benar-benar hadir dalam sabda-Nya, karena Ia sendirilah yang berbicara bilamana, dalam gereja, Alkitab dibacakan. 26 Hal yang sama ditegaskan oleh Pedoman Umum Misale Romawi: “Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendirilah yang bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus mewartakan kabar baik, sebab Ia hadir dalam sabda itu.” 27

Pembacaan Alkitab dalam perayaan Ekaristi bukanlah sekedar penyampaian kisah informatif tentang Allah dan cara-cara Dia berurusan dengan manusia di masa lalu. Pembacaan Alkitab dalam perayaan Ekaristi adalah suatu peristiwa, sesuatu yang sedang terjadi, sebuah campur tangan Allah secara nyata dalam masalah dan keprihatinan jemaat yang tengah berkumpul. Jadi, pada saat Alkitab dibacakan Allah sungguh hadir dan berkarya nyata, sama seperti dulu, semasa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Ia hadir dan berkarya di tengah umat Israel. Pada saat Alkitab dibacakan, Allah menyelamatkan umat yang sedang berhimpun, menyembuhkan, membangun, menasihati, menegur ... dll sesuai dengan firman yang diwartakan. Maka tepat sekali penegasan Konstitusi Liturgi bahwa dalam liturgi, terutama dalam perayaan Ekaristi terlaksana karya penebusan kita. 29 Dalam liturgi sabda kita tidak hanya mendengar bahwa Allah dulu menebus umat Israel, tetapi mengalami bahwa Ia kini menebus kita pada saat dan tempat kita sedang beribadat. Oleh karena itu pembacaan sabda Tuhan merupakan unsur yang sangat penting dalam liturgi. Umat wajib mendengarkannya 30 dengan penuh perhatian supaya mereka sungguh terlibat dalam peristiwa yang sedang terjadi.

Unsur dasar Liturgi Sabda adalah pewartaan dan pendengaran, mewartakan dan mendengarkan, pewarta dan pendengar. Maka, Gereja menekankan pentingnya membacakan dan mendengarkan sebagai ritual dasar Liturgi Sabda. Pembacaan adalah tugas lektor, diakon, dan imam. Mendengarkan adalah tugas jemaat. Buku Pedoman Umum Misale Romawi menegaskan, “Umat wajib mendengarkan dengan penuh hormat.” 31

Tata gerak yang lazim waktu mendengarkan adalah duduk (tegak); tangan dengan telapak tengadah tertumpang pada paha > simbol penerimaan sabda Tuhan.

Pendalaman

1. Sebutkan unsur-unsur Liturgi Sabda secara urut!
2. Mengapa bacaan tidak boleh diganti dengan teks-teks yang bukan dari Alkitab?
3. Dalam Liturgi Sabda Allah hadir dan bersabda kepada umat? Bagaimana sebaiknya sikap kita selama Liturgi Sabda?
4. Apa unsur dasar Liturgi Sabda?


19. PUMR 55.
20. Bdk. KL, no. 33: SBL 2A, no. 33.
21. Bdk. KL, no. 7: SBL 2A, no. 7.
22. PUMR 57.
23. Bdk. Yohanes Paulus II, Surat Apostolik Vicesimus quintus annus, 4-12-1988, no. 13.
24. Tata Bacaan Misa (TBM), 12.
25. PUMR 56.
26. KL, no. 7.
27. PUMR 29.
28. J.D. Crichton, Perayaan Ekaristi, hlm. 75-76.
29. KL, no. 2.
30. PUMR 29.
31. PUMR 29.


Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

"Barangsiapa percaya kepada Anak ia beroleh hidup yang kekal" (Kis 5:27-33; Mzm 34:2.9.17-20; Yoh 3:31-36)

"Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh 3:31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Kepercayaan kepada Tuhan masa kini menurut pengamatan saya sungguh mengalami erosi. Mengapa? Salah satu sarana yang mengganggu untuk percaya adalah HP (Hand Phone). Ketika kita belum memiliki HP kiranya kita jarang sekali menghubungi atau mengontak suami, isteri, anak, pacar, tunangan atau pegawai kita dst.. , namun ketika memiliki HP ada kemungkinan hampir setiap jam menghubunginya. Pertanyaan refleksif: ketika saya menghubungi dengan HP tersebut merupakan tanda cinta kasih atau curiga/was-was alias kurang percaya kepada mereka? Jika kita jujur mawas diri hemat saya karena curiga., was-was atau kurang/tidak percaya. Jika kepada saudara atau sesama kita kurang/tidak percaya maka percaya kepada Tuhan layak dipertanyakan. Percaya kepada Tuhan dan percaya kepada saudara/sesama hemat saya tak dapat dipisahkan. Maka kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita saling percaya satu sama lain dan tidak mudah curiga atau was-was; persembahkan saudara-saudari kita dalam bepergian, bekerja atau belajar kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi. Yesus adalah Utusan Allah Bapa untuk menyelamatkan dunia seisinya, maka marilah jika kita mendambakan hidup kekal selamanya setelah dipanggil Tuhan, kita percaya sepenuhnya kepada Yesus. Percaya kepada Yesus berarti senantiasa menghayati sabda-sabda-Nya serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Marilah kita juga percaya kepada saudara-saudari kita yang tidak bersama dengan kita juga baik adanya, dan kita sendiri senantiasa mendoakannya.

"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kis 5:29), demikian jawaban Petrus ketika diancam untuk para tokoh Yahudi.. Baiklah kata-kata atau jawaban Petrus tersebut juga menjadi pegangan cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun, sebagai perwujudan bahwa kita sungguh beriman, sungguh mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Allah antara lain hidup dan berkarya dalam diri manusia yang berkehendak baik maupun ciptaan-ciptaan lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan atau tanaman. "Allah tinggal dalam ciptaan-ciptaan-Nya dalam unsur-unsur, memberi `ada'nya: dalam tumbuh-tumbuhan memberi daya tumbuh, dalam binatang-binatang daya rasa, dalam manusia memberi pikiran; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran" (St.Ignatius Loyola: LR no 235). Maka marilah kita lihat dan taati kehendak atau karya Allah dalam ciptaan-ciptaan-Nya tersebut; kita hormati dengan rendah hati semua ciptaan Allah, antara lain secara konkret tidak merusaknya melainkan merawat dan mengasihinya. Dengan kata lain mentaati kehendak Allah juga berarti mengasihi lingkungan hidup serta mengusahakan lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga semua ciptaan Allah, terutama manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah dapat hidup dalam dalam sejahtera di dalamnya, serta tumbuh berkembang semakin dekat dengan Allah maupun sesamanya. Hendaknya kita sebagai sesama manusia juga saling mengasihi satu sama lain tanpa pandang bulu. Kami berharap para pemimpin atau atasan dapat menjadi `wakil Allah' di dunia ini, sehingga dapat menjadi teladan ketaatan kepada Allah. Dengan kata lain para pemimpin atau atasan hendaknya dengan rendah hati terus menerus mengusahakan kesucian diri, sehingga semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia, khususnya yang mereka pimpin atau menjadi bawahannya.

"Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu" (Mzm 34:17-20)

Jakarta, 5 Mei 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

Bulan Liturgi hari ke 5: Doa Pembuka

5. Doa Pembuka
Doa pembuka merupakan akhir dan sekaligus puncak bagian pembukaan Perayaan Ekaristi.
Struktur - Doa Pembuka mempunyai struktur baku: ajakan > hening > permohonan > penutup yang terdiri dari doksologi dan aklamasi. Doa pembuka ditujukan kepada Bapa dengan perantaraan Putra dalam persekutuan Roh Kudus, dan diakhiri dengan penutup trinitaris atau penutup panjang: 17 “Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.”

Pelaksanaan - Imam mengajak umat “Marilah kita berdoa.” Lalu semua hening sejenak untuk menyadari kehadiran Tuhan dan mengungkapkan doa/keprihatinan pribadi. Lalu imam mengucapkan inti doa yang menyatakan isi perayaan pada hari ybs. Permohon selalu ditutup dengan doksologi, dan akhirnya jemaat menyetujui doa itu dengan aklamasi “Amin.”

Doa Pembuka adalah doa presidensial, artinya doa pemimpin. Maka, hanya pemimpin seorang diri yang membawakan doa ini atas nama seluruh umat kudus dan semua yang hadir, dan melalui dia Kristus sendiri memimpin himpunan umat. 18 Selama imam mengucapkan inti doa, jemaat memadukan hati dalam doa itu, sehingga pada akhir doa dapat mengamininya dengan mantap. Kebiasaan mengajak umat ikut mengucapkan/membaca doa pembuka tidak selaras dengan hakikat doa pembuka sebagai doa presidensial. Kebiasaan ini juga meniadakan peluang imam untuk membawakan doa ini dengan penghayatan yang serasi.

Doa Pembuka dapat dilafalkan dan dapat juga dilagukan (pada pesta dan hari raya).
Tata gerak - Umat berdiri dengan ’sikap doa’, khidmat. Sangat kurang pas kalau selama doa ini umat berdiri santai, tangan dilipat di dada atau di belakang, atau tangan bertumpu pada bangku/kursi.

Tips – Latihan
Umat dilatih melagukan beberapa aklamasi “Amin,” lihat TPE Umat, hlm. 28.

Pendalaman

1. Bagaimana struktur baku doa pembuka?
2. Pada saat hening sejenak, apa yang harus kita lakukan?
3. Apa artinya doa pembuka adalah doa presidensial?


17. PUMR 54.
18. PUMR 30.

Sumber: Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

“Barangsiapa melakukan yang benar ia datang kepada terang” (Kis 5:17-26; Mzm 34:2-9; Yoh 3:16-21)


“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Sluman-slumun slamet” = Diam-diam agar selamat, demikian salah satu motto orang Jawa. Motto ini sebenarnya baik, namun oleh para penjahat difahami dan dihayati lain, yaitu jika melakukan kejahatan hendaknya diam-diam, bersembunyi dalam kegelapan, agar tidak ketahuan alias selamat. Memang para penjahat, korupsi, pencuri atau pencopet senantiasa melakukan kejahatannya di dalam ‘kegelapan’. Kita semua orang beriman diharapkan menjadi saksi iman alias senantiasa melakukan apa yang benar dengan terang-terangan alias tanpa takut dan gentar. “Barangsiapa melakukan yang benar ia datang kepada terang”, demikian sabda Yesus, Sang Terang Sejati, yang telah wafat di kayu salib dan bangkit dari mati, untuk menerangi siapapun yang beriman kepada-Nya. Sebagai yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati marilah kita senantiasa melakukan apa yang baik dan benar alias menghayati keutamaan-keutaman sebagai buah Roh, seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23). Kami percaya jika kita senantiasa melakukan yang benar dan baik, maka kita sendiri senantiasa berada didalam terang dan sepak terjang atau kehadiran kita dimanapun dan kapanpun dapat menerangi mereka yang berada di dalam ‘kegelapan’ alias dapat menjadi petunjuk jalan bagi mereka yang ingin membebaskan diri dari aneka macam bentuk kejahatan yang telah atau sedang mereka lakukan.

· "Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak." (Kis 5:20), demikian kata malaikat kepada para rasul yang berada di dalam penjara yang terkunci dengan kuat. Karena para rasul adalah benar dan senantiasa dengan terbuka tanpa takut sedikipun mewartakan Kabar Baik, Yesus yang telah bangkit dari mati, maka mereka menerima anugerah pembebasan dari penjara. Suatu mujizat terjadi, meskipun pintu penjara terkunci rapat dan kuat para rasul dapat keluar dari penjara. Mungkin kita tidak terpenjara secara phisik seperti para rasul, tetapi karena kita benar dan senantiasa hidup dalam terang, setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita, maka ada kemungkinan kita diliputi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Percayalah, imanilah bahwa jika hidup benar dalam terang, setia pada iman, panggilan serta tugas pengutusan, kita pasti akan mampu mengatasinya. Maka marilah kita senantiasa setia. “Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur,Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kita semua yang telah dibaptis baru saja memperbaharui janji baptis di malam Paskah, sedangkan rekan-rekan imam baru saja memperbaharui janji imamat di hari Kamis Putih, maka marilah kita setia pada pembaharuan janji tersebut. Tentu saja pertama-tama dan terutama kami mengingatkan kita semua yang telah dibaptis, entah imam, bruder atau suster atau awam, untuk setia pada janji baptis yang mendasari keanggotaan kita sebagai anggota paguyuban umat yang beriman kepada Yesus Kristus. Dalam pembaruan janji baptis kita memperbaharui janji hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan, maka marilah kita saling membantu dan bergotong royong dalam penghayatan janji tersebut. Jika kita setia dan unggul dalam janji baptis, maka janji-janji lain yang mengikuti seperti janji perkawinan, janji imamat atau kaul akan dapat dengan mudah kita hayati atau laksanakan.

“Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu” (Mzm 34:3-6)


Jakarta, 4 Mei 2011


Romo Ignatius Sumarya, SJ

Renungan Bulan Katekese Liturgi KAS Hari ke 1 - 4

  • Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-1: Merenungkan Liturgi Yang Signifikan

Hari ini hari Minggu Paskah II. Bacaan Injil mengisahkan Tuhan Yesus yang menampakkan diri kepada para murid yang sedang berkumpul pada hari pertama atau apa yang kita sebut hari Minggu. Pada waktu itu Thomas tidak ikut berkumpul. Barulah saat dia ikut berkumpul dalam pertemuan para murid hari Minggu, seminggu kemudian, Thomas berjumpa dengan Tuhan yang bangkit. Menarik sekali bahwa Tuhan menjumpai para murid yang sedang berkumpul pada hari Minggu, dan murid yang tidak ikut hadir tidak ikut mengalami Tuhan yang bangkit. Siapa, yang tidak ikut hadir dalam pertemuan umat, biasanya juga tidak ikut mengalami rahmat Tuhan yang hadir.

Kata Minggu berasal dari kata Portugis Dominggos, yang dibentuk dari akar kata Latin Dominus yang berarti Tuhan. Hari Minggu= hari Tuhan. Hari Minggu itu hari Tuhan sebab pada hari itu Tuhan bangkit. Dan Tuhan yang bangkit menjumpai umat-Nya yang rajin berkumpul dan beribadat bersama untuk memuji dan memuliakan Allah, mendengarkan Sabda-Nya dan merayakan Ekaristi kudus. Hari Minggu itu hari yang suci, hari kegembiraan, hari bebas kerja, pangkal dari segala pesta, dasar dan inti segenap tahun liturgi (SC 106). Inilah hari Minggu yang sarat makna dan arti, sebuah hari yang terpokok dari sepekan, sejak para rasul. Itulah sebabnya seluruh perayaan liturgi yang puncaknya Ekaristi pada hari Minggu adalah sebuah liturgi yang signifikan, artinya berdaya makna.

Arah Dasar Umat Allah KAS 2011-2015 mengajak seluruh umat beriman untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang semakin signifikan dan relevan. Kini saatnya kita menggali kekayaan liturgi dan seluruh tradisinya, sebab tradisi liturgi suci yang sudah 2000 tahun ini pastilah sarat makna dan berdaya makna. Dari tradisi liturgi suci ini, telah begitu banyak orang kudus atau orang suci yang menimba kekuatan bagi hidup kesuciannya.

  • Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-2: Merenungkan Liturgi Yang Relevan

Hari ini adalah peringatan wajib Santo Atanasius, seorang uskup dan pujangga Gereja. Atanasius menjadi orang besar dan orang kudus, bukan hanya karena imannya yang mendalam dan teguh, tetapi juga benar karena mengimani Yesus Kristus, Sang Putra yang menjadi manusia. Keteguhan dan kebenaran imannya dibentuk oleh sikap dan pandangannya yang terbuka dalam menanggapi permasalahan yang sedang dihadapi Gereja pada zamannya. Santo Atanasius terkenal sebagai teolog yang gigih mempertahankan keallahan Yesus Kristus, yang merupakan iman Gereja namun sedang dirongrong oleh bidaah Arianisme. Santo Atanasius menjadi besar karena ia tanggap pada masalah pastoral zamannya. Ia menjadi manusia yang relevan sesuai dinamika masyarakat dan umatnya.

Masalahnya bagaimanakah membuat liturgi yang relevan, artinya sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan masyarakat sekitar? Tetapi tidak sedikit orang yang mengeluh: mengapa kita tidak boleh memperlakukan tata liturgi secara bebas? Mengapa banyak aturan dalam liturgi Gereja? Jawabannya: semua norma liturgi aslinya ingin menjaga dan memastikan bahwa umat beriman berjumpa dan mengalami Misteri Tuhan yang kudus dan kini hadir di tengah kita (Redemptionis Sacramentum no. 1,2, dan 11).

Relevansi liturgi justru terletak pada inti perayaan liturgi sebagai perayaan perjumpaan kita dengan misteri Tuhan yang hadir dan menyelamatkan kita, bukan terletak pada kemauan dan selera pribadi kita ataupun kelompok. Untuk memastikan hal ini dan terlebih sebagai perayaan seluruh Gereja, norma-norma liturgi itu disusun dan perlu diindahkan. Itulah salah satu makna penting berkaitan dengan Arah Dasar KAS yang mengundang umat untuk memiliki iman yang relevan bagi masyarakat di Indonesia. Membuat liturgi yang relevan bukan berarti memasukkan segala keinginan dan simbolisasi yang sedang laku di masyarakat ke dalam liturgi, melainkan membantu umat yang konkret untuk dapat masuk ke dalam keagungan Misteri Suci yang dirayakan.
  • Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-3: Merenungkan Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak Hidup Beriman


Hampir di semua gereja paroki atau stasi di manapun, pada saat Misa Malam Natal ataupun Malam Paskah selalu dipenuhi umat beriman. Orang boleh senyum-senyum karena selalu ada umat yang "nongolnya" di gereja ya pas Natal atau Paskah itu. Orang menyebutnya: Katolik napas, natal paskah. Syukurlah, sebagian besar umat Katolik umumnya pergi Misa Kudus di setiap hari Minggu. Bahkan sebagian umat sangat rajin mengikuti Ekaristi harian. Ini lebih hebat lagi. Pertanyaan sekarang ialah apakah perayaan Ekaristi kita telah berdampak dalam kehidupan dan perjuangan kita sehari-hari?

Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa Ekaristi adalah "sumber dan puncak kehidupan umat kristiani" (dokumen Lumen Gentium 11). Artinya, hidup dan seluruh acara-kegiatan-pekerjaan ataupun pelayanan kita menemukan kekuatannya dari Ekaristi dan diarahkan kepada Ekaristi. Kita dapat tetap gembira, sabar, tabah, dan tahan banting dalam mengarungi perjalanan hidup kita yang tidak mudah ini hanya karena kekuatan dari Allah yang kita timba dari Ekaristi. Begitu pula rencana, cita-cita dan kegiatan kita dalam hidup bersama ataupun pribadi diarahkan kepada kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa kita yang puncaknya dirayakan dalam perayaan Ekaristi.

Marilah kita menjadi orang Katolik yang cinta mati pada Ekaristi atau cinta pol pada Ekaristi. Cinta kepada Ekaristi itu bukan sekedar hadir dan rajin mengikuti Misa Kudus, akan tetapi juga tekun mewujudkan dalam hidup sehari-hari apa yang kita alami dalam Ekaristi, yakni persatuan dengan Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan yang secara istimewa kita alami dalam Ekaristi kita hadirkan melalui tindakan cinta kepada sesama kita. Dengan demikian Ekaristi tidak sekedar ceremonial agung dan megah, melainkan menjadi "sakramen kasih Allah yang hidup" melalui tindakan kasih yang nyata dalam pergaulan dengan sesama.

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-4: Merenungkan Ekaristi Sebagai Sumber dan Puncak dari Devosi

Ibu si penjual soto di dekat sebuah tempat peziarahan Maria amat hafal dengan seorang peziarah yang selalu mampir ke warungnya di setiap hari Minggu siang. Terjadilah dialog kecil sebagai berikut: " Mas rajin sekali ya ke sini, ziarah ke Bunda Maria", kata penjual soto itu sambil melayani pemuda peziarah itu. "Iya bu, setiap Minggu kalau tidak ke sini, menghadap Bunda Maria, rasanya ada yang kurang", kata mas-mas tadi. "Sayangnya, tidak setiap Minggu ada Misa Kudus ya di sini, mas", kata penjual soto. "Ah, tidak masalah kok bu. Yang penting saya ketemu Bunda Maria. Tidak bisa Misa hari Minggu ya tidak masalah bagi saya..", sahut peziarah tersebut sambil menikmati sotonya yang terasa lezat itu.

Itulah contoh seorang yang begitu berdevosi kepada Bunda Maria melalui ziarah tetapi malah mengabaikan yang terpokok dan terpenting bagi umat beriman Katolik: perayaan Ekaristi atau Misa pada hari Minggu. Berdevosi itu sangat baik dan bahkan sangat dianjurkan oleh Gereja. Akan tetapi segala macam devosi, apa pun, tetaplah mengalir dari dan menuju pada Ekaristi Kudus. Ekaristi adalah sumber dan puncak segala macam devosi. Devosi adalah olah kesalehan melalui penghormatan kepada Tuhan atau orang kudus dengan penuh cinta. Namun apa pun bentuk devosinya, Ekaristi tetap menjadi sumber dan puncaknya.

Kelompok-kelompok doa, seperti Legio, Kerahiman Ilahi, Karismatik, Tritunggal Mahakudus, Meditasi Katolik, Hati Kudus, Monika, ataupun kelompok doa lainnya diharapkan tetap menempatkan Ekaristi sebagai pusat hidup pribadi dan sekaligus pusat hidup kelompok doanya. Bahkan Ekaristi dapat disebut sebagai sakramen kesatuan dan persatuan untuk seluruh umat dari berbagai kelompok doa atau devosi ini. Apapun kelompoknya, semuanya menjadi satu dan sama dalam Misa Kudus!

Sumber: Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang

Pengantar Bulan Katekese Liturgi KAS: Devosi Ekaristi dan Ragam Devosi

Tema dan judul Renungan Bulan Katekese Liturgi pada tahun 2011 ini adalah Devosi Ekaristi dan Ragam Devosi. Tema ini sebenarnya merupakan usaha penjabaran langkah pertama dari roh Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung Semarang tahun 2011-2015, yakni sebagai murid-murid Kristus menghadirkan Kerajaan Allah yang semakin signifikan dan relevan. Salah satu misi pokok yang ingin diambil adalah mengembangkan habitus baru berdasarkan semangat Injil dengan beriman mendalam dan tangguh. Dalam rentang waktu 5 tahun ini ke depan, Komisi Liturgi KAS juga ingin mengembangkan suatu perayaan liturgi yang signifikan dan relevan. Nah, untuk tahun 2011 ini kita mendalami devosi, khususnya devosi Ekaristi dan aneka ragam devosi lainnya.

Tema Devosi Ekaristi dan Ragam Devosi selain dipilih untuk mendukung Ardas KAS 2011-2015 bagi pengembangan iman yang mendalam dan tangguh, juga karena untuk melanjutkan tema tahun 2010 lalu mengenai Ekaristi dan sekaligus yang sangat penting pula untuk mempersiapkan hati dan budi kita semua menyongsong Kongres Ekaristi Keuskupan II KAS pada bulan Juni 2012 nanti. Demikianlah seluruh umat KAS diajak hadir dengan sadar dan terlibat secara aktif dalam tanggung jawab sejarah Umat Allah KAS sejak 71 tahun yang lalu dan tradisi kerohanian yang luar biasa yang salah satunya adalah gerakan Adorasi Ekaristi dan salah satu puncaknya ialan Kongres Ekaristi Keuskupan I KAS bulan Juni 2008 yang lalu. Puncak tersebut bukan akhir perjalanan melainkan sebuah titik yang masih perlu dilanjutkan ke titik puncak lainnya, dalam mana perayaan Ekaristi sendiri senantiasa tetap menjadi sumber dan puncak kehidupan seluruh umat Kristiani (LG 11).

Pada bulan Mei pula, Gereja di seluruh Indonesia mengadakan Bulan Liturgi Nasional yang memiliki tema tersendiri. Umat beriman KAS tentu saja tetap boleh menggunakan bahan dari Komisi Liturgi KWI. Hanya saja, tetap diharapkan bahwa umat beriman di KAS bisa secara teratur dan setiap hari merenungkan tema Devosi Ekaristi dan Ragam Devosi seperti ditawarkan di buku ini. Renungan BKL ini juga boleh diperdalam lagi pada bulan Oktober, bulan rosario.

Renungan harian yang ditawarkan di sini merupakan bahan renungan yang bisa dibaca secara pribadi atau dibacakan dalam acara doa bersama, khususnya doa rosario keluarga atau lingkungan. Pada tahun 2011 ini, alangkah baiknya apabila seluruh keluarga berkumpul bersama setiap malam untuk berdoa rosario dan merenungkan bahan BKL ini, agar tradisi doa terus dihidupi dalam keluarga kita masing-masing.

Beberapa catatan lain:

1. Renungan dibuat singkat dan berlangsung sekitar 5-6 menit saja.
2. Renungan terdiri atas pengalaman hidup sehari-hari, pendalaman liturgi dan sabda Allah.
3. Renungan ini dapat dibacakan pada awal doa atau di antara peristiwa-peristiwa atau pada akhir doa rosario, atau di tempat lain yang sesuai. Pemimpin bebas menentukan kapan renungan ini disampaikan.
4. Memang sangatlah baik, apabila dalam kelompok ada kemungkinan waktu untuk sharing dan berdiskusi mengenai isi BKL. Maka pada bahan BKL ini ditawarkan satu bahan sarasehan. Bahan sarasehan ini hanyalah sebuah tawaran, terutama bagi kelompok yang ingin mengadakan pendalaman bersama. Semoga berguna!

Semoga Tahun 2011 ini benar-benar menjadi tahun penuh rahmat, dan kita mensyukuri tanpa henti karena kebaikan Tuhan yang senantiasa berlimpah. Berkah Dalem.



Yogyakarta, 2 Februari 2011

Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah

Komisi Liturgi KAS

Bulan Liturgi hari ke 4: Madah Kemuliaan (Gloria)

4. Madah Kemuliaan (Gloria)
Sesuai dengan petunjuk Penanggalan Liturgi, dilagukan/diucapkan Madah Kemuliaan.

Kemuliaan kepada Allah di surga, - dan damai di bumi kepada orang - yang berkenan pada-Nya. - Kami memuji Dikau. - Kami meluhurkan Dikau. - Kami menyembah Dikau. - Kami memuliakan Dikau. - Kami bersyukur kepada-Mu, - karena kemuliaan-Mu yang besar. - Ya Tuhan Allah, raja surgawi, - Allah Bapa yang mahakuasa. - Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal. - Ya Tuhan Allah, Anak Domba Allah, Putra Bapa. - Engkau yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami. - Engkau yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami. - Engkau yang duduk di sisi Bapa, kasihanilah kami. - Karena hanya Engkaulah kudus. - Hanya Engkaulah Tuhan. - Hanya Engkaulah mahatinggi, ya Yesus Kristus, - bersama dengan Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa. - Amin.

Inti Madah Kemuliaan adalah memuji Allah Bapa dan Anakdomba Allah, serta memohon belaskasihan Tuhan. Madah Kemuliaan adalah madah yang sangat dihormati dari zaman kristen kuno. Madah ini dilagukan oleh jemaat yang berhimpun atas dorongan Roh Kudus. Teks madah ini tidak boleh diganti dengan teks lain. 15 Maka teks-teks saduran hendaknya tidak dipakai.

Kapan dibawakan - Madah Kemuliaan diucapkan/dilagukan untuk memberi warna pesta kepada perayaan ibadat yang dilaksanakan. Maka, Madah Kemuliaan biasanya diucapkan/dilagukan pada hari-hari pesta: Minggu (kecuali Adven dan Prapaskah), hari raya dan pesta serta pada perayaan-perayaan yang setingkat. Pada pesta-pesta ini, Madah Kemuliaan dibawakan langsung sesudah Tuhan Kasihanilah Kami atau sesudah Tobat Cara 3.

Pelaksanaan - Madah Kemuliaan diangkat/dibuka oleh imam atau, lebih cocok, oleh solis atau oleh kor, kemudian dilanjutkan oleh seluruh umat bersama-sama, atau silih berganti antara umat dan kor, atau oleh paduan suara saja. 16 Bisa juga silih berganti antara umat bagian kiri - bagian kanan.
Pendalaman

1. Apa inti Madah Kemuliaan?
2. Bolehkan teks Madah Kemuliaan diganti dengan saduran teks yang ada dalam TPE? Tahukah Anda beberapa contoh saduran Madah Kemuliaan? Sebutkan!
3. Kapan Madah Kemuliaan diucapkan/dilagukan?
4. Bagaimana cara membawakan Madah Kemuliaan?

15 PUMR 53. Teks-teks saduran seperti misalnya teks Kemuliaan Misa Dolo-dolo, Misa Senja, dll. Bertentangan dengan ketentuan PUMR 53. Maka seyogyanya tidak lagi dipakai sebagai Kemuliaan.
16 PUMR 53.



Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

Agustinus: Pencari Kebenaran yang Tak Kenal Lelah

Agustinus adalah bapa Gereja purba yang terkenal. Ia lahir di Tagaste, Afrika Utara pada 13 November 354. Ibunya, Monika, seorang beriman Kristen dari suatu keluarga yang taat agama. Sedangkan ayahnya, Patricius, seorang tuan tanah dan sesepuh kota yang masih kafir. Berkat semangat doa Monika yang tak kunjung padam, Patricius bertobat dan dipermandikan menjelang saat kematiannya. Kekafiran Patricius sungguh berpengaruh besar pada diri anaknya, Agustinus. Karena itu Agustinus belum juga dipermandikan menjadi Kristen meskipun sudah besar. Usaha ibunya untuk menanamkan benih iman Kristen padanya seolah-olah tak berdaya mematahkan pengaruh kekafiran ayahnya.

Sejak kecil Agustinus sudah menampilkan kecerdasan yang tinggi. Karena itu ayahnya mencita-citakan agar ia menjadi seorang terkenal. Ia masuk sekolah dasar di Tagaste. Karena kecerdasannya, ia dikirim untuk belajar bahasa Latin dan macam-macam tulisan Latin di Madauros. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Kartago untuk belajar ilmu retorika. Di Kartago, ia belajar dengan tekun hingga menjadi seorang murid yang terkenal. Namun akhirnya tidak lagi tertipu oleh pengaruh cara hidup banyak orang yang tidak mengikuti ajaran moral. Agustinus hanyut tanpa arah tujuan dari satu sekte ke sekte lain, pikirannya selalu mencari kebenaran. Namun sekte yang paling menarik dirinya ialah aliran Manikhean, yang menyatakan menjadi pengikut kebenaran. Selama beberapa tahun ia meragukan semua kebenaran agama-agama.

Pikiran yang mendalam, tajam seperti pikiran Agustinus tidak dapat puas dengan iman sederhana, yang selalu gelap. Ia menghendaki terang, bukan kegelapan. Iman sebaiknya diterangi oleh kebenaran, dan hal itu tidak dapat ditemukan di dalam Gereja. Konsepsi kristiani tentang Allah baginya tampak antropomorfis yang menjijikkan dan pemecahan Katolik terhadap kejahatan sama sekali tidak meyakinkan. Penganut-penganut Manikeisme memberi pemecahan yang memuaskan pada masalah kejahatan. Mereka mempunyai organisasi keagamaan yang sehat, hidup religius yang terlibat dan keras. Perasaan liturgis yang megah dan doa-doa yang puitis. Pikiran dan hati Agustinus puas. Ia tulus dan jujur dan berpikir bahwa dirinya pada akhirnya menemukan kebenaran. Agustinus percaya bahwa di dalam Manikeisme dirinya telah menemukan apa yang dicarinya : kebijaksanaan tanpa iman, moralitas tanpa rasa salah dan hidup kristiani yang tanpa kelemahan-kelemahan. Baginya dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melihat kekeliruan sekte itu. Selama waktu lama Agustinus yakin bahwa dirinya sudah menemukan kebenaran bahkan sampai mengatakan kepada ibunya bahwa pada suatu hari ibunya juga akan menjadi seorang Manikhean. Pada akhirnya ketajaman pikirannya berhasil menembus busa sabun dan secara bertahap Agustinus menemukan bahwa busa sabun itu hampa.

Pada tahun 383 ia pergi ke Roma lalu ke Milano, kota pemerintahan dan kota kediaman Uskup Ambrosius, seorang mantan gubernur yang saleh. Di kota itu ia menyaksikan dari dekat cara hidup biarawan yang mengikuti suatu disiplin hidup yang baik dan membahagiakan. Mereka bijaksana, ramah dan saling mengasihi. Hatinya tersentuh dan mulailah ia berpikir, "Apa yang mendasari hidup mereka? Injilkah yang menjiwai hidup mereka?" Kecuali itu Agustinus sering mendengar kotbah-kotbah Uskup Ambrosius dan tertarik pada ajarannya. Semuanya itu kembali menyadarkan dia akan nasihat-nasihat ibunya tatkala ia masih di Tagaste. Suatu hari, ia mendengar suara ajaib seorang anak, "Ambil dan bacalah! Ambil dan bacalah!". Tanpa banyak berpikir ia segera menjamah kitab Injil itu, membukanya dan membaca: "Marilah kita hidup sopan seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya" (Rom 13:13-14).

Agustinus yang telah banyak mendalami filsafat itu akhirnya terbuka pikirannya dan melihat kebenaran sejati, yakni wahyu ilahi yang dibawakan Yesus Kristus. Ia kemudian bertobat dan bersama dengan sahabatnya Alipius, ia dipermandikan pada tahun 387, pada usia 33 tahun. Dalam bukunya 'Confessio' ia menuliskan riwayat hidup dan pertobatannya dan dengan terus terang mengakui bahwa ia sangat terbelenggu oleh kejahatan dosa dan ajaran Manikeisme. Suara hatinya terus mendorong dia agar memperbaiki cara hidupnya seperti banyak orang lain yang meneladani Santo Antonius dari Mesir.

Pada tahun 388 ia kembali ke Afrika bersama ibunya Monika. Di kota pelabuhan Ostia, ibunya meninggal dunia. Pada tahun-tahun pertama di Afrika ia bertapa dan banyak berdoa bersama beberapa rekannya. Kemudian dia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 391, dan bertugas di Hippo sebagai pembantu uskup kota itu. Sepeninggal uskup itu pada tahun 395, ia dipilih menjadi uskup Hippo. Selama 35 tahun ia menjadi pusat kehidupan keagamaan di Afrika. Rahmat Tuhan yang besar atas dirinya dimuliakan di dalam bentuk kidung dan tulisan. Tulisan-tulisannya meliputi 113 buah buku, 218 buah surat, dan 500 buah kotbah.

Tak terbilang banyaknya orang berdosa yang bertobat karena membaca tulisan-tulisannya. Tulisan-tulisan itu hingga kini dianggap oleh ahli filsafat dan teologi sebagai sumber penting dari pengetahuan rohani. Semua kebenaran kristiani diuraikan secara tepat dan mendalam sehingga mampu menggerakkan hati orang. Sebagai orang uskup, Agustinus sangat menaruh perhatian besar pada umatnya terutama yang miskin dan melarat. Dialah yang mendirikan asrama dan rumah sakit pertama di Afrika Utara demi kepentingan umatnya. Agustinus meninggal dunia pada tahun 430 tatkala bangsa Vandal mengepung Hippo. Jenazah Agustinus berhasil diamankan oleh umatnya dan kini dimakamkan di basilik Santo Petrus.

Sumber: Panduan Misa Novena III Santo Antonius