Liturgi Sabda
Liturgi Sabda merupakan salah satu bagian pokok Perayaan Ekaristi. Setelah Doa Pembuka, kita memasuki Liturgi Sabda. Ada 2 struktur pokok Liturgi Sabda: (1) Pewartaan Sabda Allah, dan (2) Tanggapan atas Sabda Allah. Pewartaan Sabda Allah diwujudkan dalam pembacaan Kitab Suci dan Homili. Tanggapan Sabda Allah terungkap melalui Mazmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil.
Bacaan Kitab Suci dan Mazmur Tanggapan tidak dapat diganti dengan teks lain yang bukan dari Alkitab. Maka, praktek mengganti bacaan Misa dengan tulisan orang kudus, ajaran Gereja, atau tulisan dari buku yang sedang populer; sungguh-sungguh tidak tepat dan tidak diperbolehkan. Jika ada teks bagus yang bukan dari Kitab Suci, tapi sesuai dengan tema; teks itu dapat ditempatkan di bagian pengantar, atau homili, atau sebelum penutup; tapi jangan ditempatkan sebagai pengganti bacaan Kitab Suci.
Seluruh bagian Liturgi Sabda hendaknya dilangsungkan di mimbar. Mimbar adalah “pusat perhatian umat selama Liturgi Sabda”. Bacaan Pertama, Mazmur Tanggapan, Bacaan Kedua, Injil, Homili, Syahadat, Doa Umat, disampaikan dari mimbar.
. | PUMR no 56. Liturgi Sabda haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mendorong umat untuk merenung. Oleh karena itu, setiap bentuk ketergesa-gesaan yang dapat mengganggu permenungan harus sungguh dihindari. Selama Liturgi Sabda, Sangat cocok disisipkan saat hening sejenak, tergantung pada besarnya jemaat yang berhimpun. Saat hening ini merupakan kesempatan bagi umat untuk meresapkan sabda Allah, dengan dukungan Roh Kudus, dan untuk menyiapkan jawaban dalam bentuk doa. Saat hening sangat tepat dilaksanakan sesudah bacaan pertama, sesudah bacaan kedua, dan sesudah homili. |
Bacaan Pertama
Ada 3 bacaan pada hari Minggu dan hari raya, yaitu Bacaan Pertama, Bacaan Kedua, dan Injil. Bacaan Pertama pada hari Minggu dan hari raya diambil dari Perjanjian Lama. Bacaan Pertama berhubungan dengan Injil, sehingga ada kesinambungan antara sejarah keselamatan Allah dari Perjanjian Lama dengan Yesus Kristus yang diwartakan dalam Injil. Untuk misa harian hanya ada 2 bacaan, yaitu Bacaan Pertama dan Injil.
Setiap pembacaan Kitab Suci dalam liturgi resmi Gereja harus selalu diakhiri dengan kata-kata: “Demikianlah Sabda Tuhan”. Ini berarti yang telah dibaca adalah Sabda Allah sendiri. Allah hadir dan berbicara kepada umat-Nya melalui bacaan tadi. Untuk Bacaan Pertama dan Bacaan Kedua, umat menjawab: “Syukur kepada Allah”. Untuk Injil, umat menjawab: “Terpujilah Kristus”.
Bacaan pertama dan kedua jangan pernah dibacakan oleh pemimpin perayaan, tapi dibacakan oleh lektor. Bila ada diakon tertahbis, maka diakon yang membacakan Injil. Hal tersebut berarti bahwa pemimpin perayaan/pastor yang biasanya memberi homili bukan hanya seorang pewarta Sabda Allah; tapi juga seorang pendengar sabda pula. Sebagai pendengar sabda, pemimpin perayaan ikut mendengarkan pewartaan bacaan pertama dan kedua, serta Injil apabila dibacakan oleh diakon tertahbis.
Sumber:
Fr Antonius Pramono.
Pedoman Umum Misale Romawi
Martasudjita, E. Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005.