Menggali Makna Bagian-bagian Misa: Pemecahan Hosti dan Pencampuran Pecahan Kecil Hosti Suci ke Darah Kristus (21)

Pemecahan Hosti

Pemecahan hosti atau pemecahan roti merupakan tindakan yang penuh simbol. Yesus juga melakukannya saat perjamuan malam terakhir, sebelum Ia membagi-bagikan roti, roti itu dipecah-pecah dulu karena roti itu berukuran besar. Roti yang dipecah-pecah melambangkan kesatuan kita dengan Tuhan Yesus Kristus dan umat beriman lainnya. Santo Paulus berkata: “Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan Tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1Kor 10:16-17).

Dalam tulisan Lukas, kita mengenal istilah “pemecahan roti” yang menunjuk kepada Perayaan Ekaristi. Di jaman para rasul, Perayaan Ekaristi disebut Pemecahan Roti, sebab kegiatan pemecahan roti itu melambangkan persatuan umat dalam satu roti. Selain itu juga melambangkan cinta persaudaraan, sebab roti yang satu dan sama itu dipecah-pecah dan dibagikan antara saudara seiman. Praktek pemecahan roti ini masih dipertahankan sampai saat ini. Pemecahan roti menandakan bahwa umat beriman menjadi satu (1Kor 10:17), karena menyambut komuni dari roti yang satu.

Kenyataan sekarang ini, untuk komuni umat kita menggunakan hosti yang kecil-kecil; maka tidak ada lagi pemecahan roti yang kecil-kecil. Paus Paulus VI dalam pembaruan menyatakan bahwa hosti suci hendaknya dibuat agar dapat dipecah-pecahkan oleh imam; dan bagian-bagian itu hendaknya juga diberikan kepada beberapa orang beriman. Pada dasarnya, penggunaan hosti kecil tetap dapat dipertahankan.



Pencampuran Pecahan Kecil Hosti Suci ke Darah Kristus

Setelah imam memecah-mecahkan hosti suci, ia memasukkan pecahan kecil hosti suci ke Darah Kristus dalam piala. Makna ini tak mudah dijelaskan. Para ahli berpendapat: (1) praktek ini merupakan kebiasaan ritus Romawi kuno. Waktu itu ada kebiasaan, Paus mengirim potongan hosti suci, yang disebut fermentum, kepada imam-imam di gereja sekitar. Para uskup di kota lain ikut membuat praktek serupa. Ini untuk melambangkan persaudaraan dengan paus atau uskup, dan simbol kesatuan dengan kurban Kristus, (2) Ritus ini diambil dari ritus liturgi yang berkembang di Siria. Pencampuran hosti suci ke Darah Kristus melambangkan kebangkitan Kristus dan kehadiran-Nya di altar. Dengan hosti suci yang dimasukkan ke Darah Kristus, ingin mengungkapkan kehadiran Kristus yang mulia di atas altar.

Pada saat imam memasukkan pecahan kecil hosti suci ke piala yang berisi Darah Kristus, imam berdoa dalam hati: “Semoga pencampuran Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus ini memberikan kehidupan abadi kepada semua yang akan menyambut-Nya”.
Sumber : Fr. Antonius Pramono
Martasudjita,E.Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005.