Menggali Makna Bagian-bagian Misa: Doa Syukur Agung


Doa Syukur Agung

Doa Syukur Agung [DSA] adalah pusat dan puncak seluruh Perayaan Ekaristi. Maka aturan di sekitar DSA sangat rinci dan ketat, karena dalam DSA dihadirkan seluruh misteri penebusan Kristus bagi kita, di atas altar. Wafat dan kebangkitan Kristus dirayakan oleh seluruh Tubuh Mistik Kristus, yaitu Kristus dan Gereja-Nya, berkat Roh Kudus.

Secara liturgis, Perayaan Ekaristi dipimpin oleh imam dalam bentuk perjamuan sakramental di altar. Dari sisi yuridis, sahnya Perayaan Ekaristi tergantung dari materi yang digunakan [roti dan anggur], dan forma sacramenti [keseluruhan DSA].

DSA harus didoakan oleh pelayan yang sah [imam yang sah dan tidak terkena hukuman]. Pengaturan yang jelas dan tegas, untuk menjamin agar Perayaan Ekaristi sungguh suatu perayaan yang menghadirkan misteri penebusan Kristus. PUMR [Pedoman Umum Misale Romawi] menerangkan DSA sebagai berikut: “Pusat dan puncak seluruh Perayaan Ekaristi sekarang dimulai, yakni Doa Syukur Agung, suatu doa syukur dan pengudusan. Imam mengajak jemaat untuk mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berdoa dan bersyukur. Dengan demikian, seluruh umat yang hadir diikutsertakan dalam doa ini. Ini disampaikan imam atas nama umat Allah kepada Allah Bapa, dalam Roh Kudus, dengan pengantaraan Yesus Kristus. Maksud doa ini ialah agar seluruh umat beriman menggabungkan diri dengan Kristus dalam memuji karya Allah yang agung dan dalam mempersembahkan kurban” [PUMR 78].

Istilah dan Makna Doa Syukur Agung
Istilah Doa Syukur Agung dipakai untuk menerjemahkan kata Latin prex eucharistica. Dalam bahasa Yunani, eucharistia, berarti puji syukur. Kata eucharistia merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani berakhah yang merupakan doa berkat dalam tradisi perjamuan makan Yahudi. Maka istilah DSA menunjuk pada isi dan sekaligus bentuk seluruh Perayaan Ekaristi; yakni puji syukur atas misteri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus. Itulah sebabnya dari awal hingga akhir DSA, warna dan suasananya adalah pujian dan syukur kepada Allah Bapa, dengan pengantaraan Yesus Kristus, dan dalam Roh Kudus.

Istilah lain DSA yang dipakai di Gereja Barat ialah canon [bhs.Latin]. Canon berasal dari bahasa Yunani kanon, yang berarti: patokan, garis petunjuk, aturan, pedoman. Seperti sebuah garis yang menjadi patokan, canon dipakai untuk mengukur apakah sesuatu sudah lurus, benar, atau malah menyimpang. Kata canon untuk DSA ini merupakan singkatan dari Canon actionis gratiarum; yakni norma atau patokan untuk tindakan memuji dan bersyukur, atau ber-Ekaristi.

Sumber: Martasudjita, E. Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005.
Fr. Antonius Pramono www.reginacaeli.org


Bagikan