Tobat adalah saat umat menyampaikan penyesalan dan pertobatan atas dosa dan kesalahannya kepada Tuhan dan sesama. Pertobatan kita bukan demi menimbulkan belas kasih Allah, tapi justru karena telah disapa oleh belas kasih Allah. Ada 4 bentuk ritus tobat menurut TPE 2005.
(1) Tobat cara 1, yakni rumusannya: “Saya mengaku…” (2) Tobat cara 2, cirinya: doa tobat menggunakan ayat dan bait yang diambil dari Mazmur (Mzm 32, Mzm 51, Mzm 103). (3) Tobat cara 3, menggunakan pola litani Kyrie. Imam mengucapkan pernyataan iman mengenai Kristus, lalu disambung dengan seruan Tuhan/Kristus kasihanilah kami, dan dijawab umat Tuhan/Kristus kasihanilah kami. Kyrie bukanlah pernyataan atau seruan penyesalan dan pertobatan, tapi suatu pernyataan yang bersifat penghormatan dan permohonan kepada Kristus.
Tobat pada TPE 1979 kurang tepat karena bersifat pernyataan penyesalan: “Tuhan Yesus Kristus, kami mudah tersinggung dan sukar mengampuni, kurang sabar dan cepat marah. Tuhan kasihanilah kami”.
Contoh yang benar: “Tuhan Yesus Kristus, Engkau diutus menyembuhkan orang yang remuk redam hatinya. Tuhan kasihanilah kami”.
(4) Tobat cara 4, menggunakan pemercikan air suci sebagai peringatan akan pembaptisan. Tobat cara ini disebut Asperge me (Percikilah aku), sesuai dengan Mzm 51:9. Pengenangan baptisan dengan percikan air dapat dipakai untuk mengganti tobat di awal misa, karena baptis merupakan peristiwa pertobatan dasar kita dan pernyataan iman kita akan Tuhan Yesus Kristus. Tobat cara 4 ini cocok untuk hari Minggu atau hari raya, terutama masa Paskah. Nyanyian Asperges me untuk masa biasa; sedangkan Vidi Aquam (Aku melihat air) yang didasarkan pada teks Yeh 47:1 – 2, 9 untuk masa Paskah.
Ke-4 cara tobat ini diakhiri dengan absolusi, yang merupakan doa permohonan pengampunan: “Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita, dan mengantar kita ke hidup yang kekal”. Absolusi ini tidak memiliki kuasa pengampunan seperti absolusi dalam Sakramen Tobat. Ini berarti imam tidak boleh membuat gerakan tangan yang memberkati umat dengan tanda salib, seperti saat ia memberikan absolusi dalam penerimaan Sakramen Tobat. [Fr. A. Pramono].
Istilah Kyrie diambil dari kata-kata Yunani Kyrie eleison, yang diterjemahkan: Tuhan kasihanilah. Seruan Kyrie untuk menghormati Yesus Kristus yang kita sebut Tuhan. Seruan kasihanilah seperti seruan yang disampaikan 2 orang buta (bdk. Mat 9:27 dan Mat 20:30), atau seruan Bartimeus (Mrk 10:47).
Kyrie ini merupakan litani. Bentuk litani terdiri dari pernyataan atau permohonan, dan dijawab umat dengan seruan yang sama. Seruan Kyrie selalu digunakan menyusul doa tobat Cara 1 dan 2. Jika memakai Cara 3 dan 4, Kyrie tidak usah digunakan. Tuhan kasihanilah biasanya dilagukan oleh seluruh umat, yakni “silih-berganti oleh umat dan paduan suara atau solis”. [Fr. A. Pramono].
Sumber: Martasudjita, E. Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005. www.reginacaeli.org