Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga

“Berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana"




“Sementara itu Bunda Yesus telah dimuliakan di sorga dengan badan dan jiwanya, dan menjadi citra serta awal Gereja yang harus mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang. Begitu pula di dunia ini ia menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang pasti dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan” (Vatkan II: LG no 68).

Ketika saya bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang dan pada waktu itu juga menjadi penasihat pembangunan gua Maria Kerep-Ambarawa, Jawa Tengah, ada beberapa ibu dari paroki Ambarawa datang kepada saya dengan maksud mohon rekomendasi. Rekomendasi yang dimaksudkan adalah hak dan syukur monopoli untuk berjualan aneka macam souvenir dan makanan maupun minuman di sekitar tempat perziarahan. Maklum saat itu sedang berkembang tempat perziarahan tersebut. Tentu saja saya tidak akan memberi rekomendasi yang diharapkan. Kepada mereka saya jelaskan, kurang lebih sebagai berikut: “Bunda Maria adalah Bunda Yesus, Penyelamat Dunia, teladan bagi siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus. Kehadiran tempat peziarahan Buinda Maria hendaknya juga berfungsi untuk menyelamatkan ‘dunia/lingkungan hidup’ sekitarnya, tanpa pandang bulu, SARA. Kehadiran peziarahan Bunda Maria hendaknya juga mensejahterakan dan membagiakan dunia dan lingkungan hidup sekitarnya”.


"Berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (Luk 1:45)

Kutipan di atas ini adalah pujian Elisabeth kepada Bunda Maria, yang keduanya sedang mengandung seorang anak karena rahmat Allah atau Roh Kudus. Mendengar pujian tersebut Bunda Maria tidak menjadi sombong, melainkan semakin rendah hati dan mendaraskan Kidung Magnificat, kidung populer bagi umat beriman Dalam kidung Magificat dapat direnungkan dua bagian/ujud besar dari orang beriman yang rendah hati, yaitu: kesadaran dan penghayatan akan Allah yang berkarya dalam manusia yang lemah, rapuh dan rendah hati serta Allah yang menjungkir-balikkan paradigma dunaiawi. Maka baiklah di bawah ini saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri bercermin pada isi Kidung Magnificat tersebut:

1). “Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus”.(Luk 1:49)

Kita semua adalah ciptaan Allah, hidup dan segala sesuatu yang kita miliki atau kuasai serta nikmti sampai saat ini adalah anugerah Allah yang kita terima melalui saudara-saudari kita yang baik hati. Maka selayaknya kita hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih kepada Allah dan hal itu kita wujudkan kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Hidup penuh syukur dan terima kasih berarti senantiasa gembira, ceria, segar-bugar dan dinamis, serta suka membantu orang lain dalam keadaan dan kondisi apapun dan dimanapun. Apa yang dikehendaki oleh Tuhan melalui dirinya pasti akan terlaksana dan yang bersangkutan akan hidup mulia dan berbagia untuk selamanya di sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan.

2). “Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa”(Luk 1:51-53)


Mereka yang congkak hati alias sombong, gila akan kuasa dan kedudukan serta harta benda akan dijungkir-balikkan alias diporak-porandakan, sehingga yang bersangkutan akan menderita sengsara untuk selamanya. Maka hendaknya jangan sombong, gila akan kuasa dan kedudukan maupun harta benda yang bersifat sementara. Semuanya itu tidak akan anda bawa ketika anda dipanggil Tuhan atau meninggal dunia.

Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk meneladan Bunda Maria, teladan umat beriman, yang percaya sepenuhnya kepada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi. Marilah kita hayati iman kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, dengan dambaan bahwa setelah meninggal dunia kita juga akan hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga.

“Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”(1Kor 15:21-22)


Bunda Maria senantiasa ‘dalam persekutuan dengan Kristus’, karena ia yang mengandung, melahirkan dan mendampingi Yesus, bahkan berada di kaki salib Yesus. Maka jika kita mendambakan untuk hidup bahagia dan damai sejahtera, hendaknya kita senantisa “dalam persekutuan dengan Kristus”, hidup dan bertindak sesuai dengan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, menghayati sabda-sabdaNya, dengan kata lain kita menjadi ‘alter Christi’. Kita tinggalkan cara hidup dan cara bertindak yang hanya mengikuti keinginan atau kehendak sendiri alias seenaknya sendiri, dan hidup serta bertindak sesuai dengan aturan dan tatanan hidup yang terkait dengan panggilan atau tugas pengutusan kita masing-masing.

Kami berharap dan mendambakan para ibu atau perempuan untuk meneladan Bunda Maria, yang senantiasa “dalam persekutuan dengan Kristus”, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya membawa siapapun yang bergaul dengannya atau hidup bersamanya kepada Allah. Lebih-lebih para ibu, semoga melahirkan anak laki-laki yang siap sedia “dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya”, sebagaimana digambarkan dalam kutipan dari kita Wahyu ini:“Ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.”(Why 12:5).

Pada “Tahun Imam” ini kami berharap para ibu atau orangtua dengan rendah hati berani merelakan anaknya laki-laki yang tergerak untuk mengikuti panggilan menjadi imam. Maklum sering terjadi bahwa anaknya laki-laki ingin menjadi imam, tetapi orangtua sering tidak rela atau menghalanginya. Kami berharap keluarga-keluarga katolik dapat menjadi tempat persemaian benih-benih panggilan untuk menjadi imam, bruder atau suster. Untuk hendaknya seluruh anggota keluarga hidup dan bertindak terarah “kepada Allah dan ke takhta-Nya” , sehingga cara hidup dan cara bertindak semua anggota keluarga memikat dan menarik bagi orang lain. Orangtua atau bapak-ibu hendaknya menjadi teladan hidup dan bertindak yang terarah “kepada Allah dan ke takhta-Nya” , hidup dan bertindak tidak secara materialistis atau bersikap mental bisnis, melainkan bersikap mental sosial. Kita semua dipanggil untuk tumbuh berkembang menjadi ‘man or woman with/for others’, sehingga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan nanti kita hidup mulia di sorga bersama Allah untuk selama-lamanya. Para orangtua, khususnya para ibu kami harapkan meneladan Bunda Maria, yang telah mempersembahkan Yesus demi keselamatan seluruh dunia.

“Di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir.Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu” (Mzm 45:10b-12b)


Ign Sumarya SJ