Menggali Makna Bagian-bagian Misa: Prefasi, Kudus, Epiklese Konsekratoris (Edisi 14)

Bagian-bagian Doa Syukur Agung

Menurut namanya, Doa Syukur Agung [DSA] memiliki isi dan bentuk syukur. Di awal DSA kita diundang imam untuk bersyukur kepada Allah: “Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita”. Umat menjawab: “Sudah layak dan sepantasnya”. Selanjutnya, DSA menyampaikan puji syukur, sekaligus permohonan. Di akhir DSA kita mengamini doa doxologi penutup yang disampaikan imam: “Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan, sepanjang segala masa”.

DSA disusun menurut bagian inti dan pelengkap. Bagian inti meliputi: kisah dan kata-kata institusi; dan juga: prefasi, eplikese konsekratoris dan epiklese komuni [kecuali DSA I yang tidak menyebut nama Roh Kudus], dan doxologi penutup yang diakhiri dengan kata AMIN. Bagian pelengkap DSA meliputi: Sanctus, doa permohonan, dan peringatan para kudus merupakan doa lanjutan doa permohonan. Walaupun DSA terdiri dari unsur-unsur inti dan pelengkap, DSA tetap merupakan satu kesatuan Doa Syukur Agung yang seluruhnya merupakan doa Kristus bersama seluruh Gereja-Nya.

Prefasi

Setiap DSA selalu didahului dengan Prefasi. Prefasi dibuka dengan dialog pembuka. Dialog pembuka terdiri dari 3 bagian dialog antara imam dan umat.
  • Dimulai dengan salam imam: “Tuhan sertamu”. Dijawab umat: “Dan sertamu juga”. Ini berarti bahwa kita mengimani kehadiran dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Rumusan yang lain mempunyai arti yang sama, yaitu imam berkata: “Tuhan bersamamu”. Umat menjawab: “Dan bersama rohmu”.
  • Lalu imam mengajak umat: “Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan”. Kata-kata ini ada dalam Perjanjian Lama – Rat 3: 41 “Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di sorga”. Dalam Kol 3: 1-2 , Santo Paulus menasehati umat di Kolose: “…Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi”. Kita diingatkan agar pikiran kita hendaknya diarahkan kepada Tuhan.

Kemudian imam mengundang umat beriman untuk bersyukur kepada Tuhan, dengan berkata: “Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita”. Umat menjawab: “Sudah layak dan sepantasnya”.

Sesudah dialog pembuka, imam menyampaikan doa prefasi sendiri. Prefasi ini terdiri dari 3 bagian: bagian pengantar, bagian alasan pujian syukur kepada Allah Bapa dengan menyebut salah satu pokok misteri karya penyelamatan-Nya yang terlaksana melalui Yesus Kristus. Bagian ketiga adalah penutup, yang menghubungkan dengan seruan aklamasi umat: Kudus.

Sumber: Martasudjita, E. Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005.

Kudus atau Sanctus

Kudus merupakan seruan aklamasi umat yang “berpadu dengan para penghuni surga” dalam memuliakan Allah. Berpadu dengan para penghuni surga itu tampak saat imam mengucapkan atau menyanyikan: ”Bersama para malaikat dan orang kudus, kami memuliakan Dikau dengan tak henti-hentinya bernyanyi/berseru”. Lalu seluruh umat langsung menyanyikan Kudus. Kudus harus selalu ada, dan paling baik dinyanyikan, sesuai dengan isinya yang memuji Allah. Kudus merupakan bagian tak terpisahkan dari DSA, jadi harus dilambungkan oleh seluruh umat bersama imam.

Isi aklamasi Kudus tersusun dari 2 teks kitab suci. Pertama, Kudus dihubungkan dengan seruan para serafim dalam Kitab Yesaya 6: 5, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya”. Kedua, seruan Kudus ditambah dengan seruan Hosana seperti dalam Matius 21: 9; yang merupakan kutipan dari Mazmur 118: 26, “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi”. Kata hosanna merupakan kata Yunani yang dibentuk dari kata Ibrani hosianna, yang artinya: “Selamatkanlah kami! Tolonglah kami!” [bdk. Mzm 118: 25]. Dalam TPE (Tata Perayaan Ekaristi) kita, hosana diterjemahkan: “Terpujilah”.

Teks KUDUS:
Kudus, kudus, kuduslah Tuhan,
Allah segala kuasa.
Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.
Terpujilah Engkau di surga.
Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan.
Terpujilah Engkau di surga.

Epiklese Konsekratoris


Secara liturgis, epiklese berarti seruan doa permohonan kepada Allah agar mengutus Roh Kudus untuk menguduskan seseorang atau barang/hal tertentu. Seluruh DSA sebenarnya bersifat epiklesis, yakni doa syukur sekaligus permohonan agar Allah menghadirkan karya penyelamatan-Nya melalui Yesus Kristus, dalam Roh Kudus kepada Gereja.

Bagian DSA yang menyebut seruan permohonan turunnya Roh Kudus adalah saat imam memohon turunnya Roh Kudus untuk menyucikan bahan persembahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Imam membuat 2 gerakan tanda berkat yakni penumpangan tangan dan diikuti gerakan membuat tanda salib atas bahan-bahan persembahan.

Semua DSA memuat epiklese konsekratoris, kecuali DSA I. DSA I tidak menyebut kata Roh Kudus saat imam memohon agar Allah mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Tetapi sejauh diserukan doa permohonan agar Allah sendiri bertindak mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus, maka doa permohonan ini adalah doa epiklese. Dalam DSA I yang dapat dipandang sebagai epiklese: “Ya Allah, kami mohon, sudilah memberkati dan menerima persembahan kami ini sebagai persembahan yang sempurna, yang benar, dan yang berkenan pada-Mu, agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus”. Seiring dengan semangat Konsili Vatikan II, kini dipahami bahwa peristiwa perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus terjadi dalam keseluruhan Doa Syukur Agung itu sendiri.

Fr. Antonius Pramono www.reginacaeli.org
Tata Perayaan Ekaristi, Komisi Liturgi KWI - 2005

Bagikan