Doa Umat
- Ø Doa bagi Gereja, khususnya pemimpin Gereja
- Ø Doa bagi pemimpin masyarakat dan keselamatan dunia.
- Ø Doa bagi orang-orang yang sedang menderita.
- Ø Doa bagi jemaat setempat (paroki, stasi, wilayah, lingkungan).
Dalam perayaan khusus, urutan doa umat dapat disesuaikan menurut tema dan kebutuhan. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa doa umat bukanlah sebuah renungan singkat, atau pernyataan iman yang pendek. Doa umat juga bukan berita yang diambil dari surat kabar atau majalah, juga bukan komentar atau doa yang bermakna sebagai renungan yang menyayat hati.
Doa umat boleh digubah secara bebas, tapi harus disusun dengan baik, singkat, dan mengungkapkan ujud permohonan umat yang sesuai dengan kondisi aktual. Doa umat dibawakan dari mimbar atau tempat lain yang sesuai oleh petugas; entah diakon, lektor, atau petugas awam lainnya. Selama doa umat, umat berdiri. [Fr. A.Pramono]
Asal-usul bentuk susunan Liturgi Ekaristi adalah perjamuan malam terakhir yang diadakan Yesus bersama para murid-Nya. Perayaan Ekaristi diadakan dan dilaksanakan dalam Gereja atas perintah Tuhan sendiri: “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku” (Luk 22:19; 1Kor 11:24-25). Untuk mengenangkan karya penyelamatan Allah melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan Yesus, Gereja dengan setia merayakan Ekaristi.
Dalam Perjanjian Baru, ada 4 teks yang berbicara mengenai Kisah Institusi Ekaristi, yaitu: Mrk 14:22-25; Mat 26:26-29; Luk 22:15-20; 1Kor 11:23-26. Saat perjamuan malam terakhir Yesus dengan para murid merupakan pesta perjamuan sebelum wafat-Nya. Sifat pesta itu tampak dalam data: (1) pesta diadakan di sebuah ruangan atas yang besar dan lengkap (Mrk 14:15), (2) penggunaan anggur (Mrk 14:23; Luk 22:17). Sedangkan sifat perpisahan terungkap dalam kata-kata perpisahan Yesus (Luk 22:16.18), “pernyataan wasiat” (Luk 22:28-30), dan perintah untuk mengadakan Ekaristi (Luk 22:19; 1Kor 11:24-25). Jadi, Yesus meringkas seluruh karya hidup-Nya dalam perjamuan malam terakhir, dan menganugerahkan berkat-Nya kepada para murid. Berkat itu adalah warisan-Nya untuk para murid dan berlaku untuk masa datang. [Fr. A.Pramono]
Sumber: Martasudjita, E. Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005. www.reginacaeli.org
Bagikan
Doa umat boleh digubah secara bebas, tapi harus disusun dengan baik, singkat, dan mengungkapkan ujud permohonan umat yang sesuai dengan kondisi aktual. Doa umat dibawakan dari mimbar atau tempat lain yang sesuai oleh petugas; entah diakon, lektor, atau petugas awam lainnya. Selama doa umat, umat berdiri. [Fr. A.Pramono]
Liturgi Ekaristi
Liturgi Ekaristi merupakan pusat seluruh Perayaan Ekaristi, karena di sini terdapat Doa Syukur Agung yang merupakan pusat dan puncak Perayaan Ekaristi. Suatu perayaan tidak dapat disebut Perayaan Ekaristi, jika tanpa Liturgi Ekaristi. Dalam Liturgi Ekaristi inilah terletak kekhasan dan keagungan Perayaan Ekaristi Gereja Katolik. Asal-usul bentuk susunan Liturgi Ekaristi adalah perjamuan malam terakhir yang diadakan Yesus bersama para murid-Nya. Perayaan Ekaristi diadakan dan dilaksanakan dalam Gereja atas perintah Tuhan sendiri: “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku” (Luk 22:19; 1Kor 11:24-25). Untuk mengenangkan karya penyelamatan Allah melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan Tuhan Yesus, Gereja dengan setia merayakan Ekaristi.
Dalam Perjanjian Baru, ada 4 teks yang berbicara mengenai Kisah Institusi Ekaristi, yaitu: Mrk 14:22-25; Mat 26:26-29; Luk 22:15-20; 1Kor 11:23-26. Saat perjamuan malam terakhir Yesus dengan para murid merupakan pesta perjamuan sebelum wafat-Nya. Sifat pesta itu tampak dalam data: (1) pesta diadakan di sebuah ruangan atas yang besar dan lengkap (Mrk 14:15), (2) penggunaan anggur (Mrk 14:23; Luk 22:17). Sedangkan sifat perpisahan terungkap dalam kata-kata perpisahan Yesus (Luk 22:16.18), “pernyataan wasiat” (Luk 22:28-30), dan perintah untuk mengadakan Ekaristi (Luk 22:19; 1Kor 11:24-25). Jadi, Yesus meringkas seluruh karya hidup-Nya dalam perjamuan malam terakhir, dan menganugerahkan berkat-Nya kepada para murid. Berkat itu adalah warisan-Nya untuk para murid dan berlaku untuk masa datang. [Fr. A.Pramono]
Sumber: Martasudjita, E. Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005. www.reginacaeli.org
Bagikan