HOMILI: Hari Minggu Adven I (Yer. 33:14-16; Mzm. 25:4-5ab,8-9,10,14; 1Tes. 3:12-4:2; Luk. 21:2528,34-36)

“Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu”
 
Masa Adven adalah masa menantikan/persiapan menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Persiapan hemat saya merupakan sesuatu yang penting dalam melaksanakan segala sesuatu. Persiapan yang baik merupakan tanda-tanda keberhasilan dan dengan demikian orang yang sungguh mempersiapkan dengan baik pasti akan sukses. Di dalam olahraga apa yang disebut persiapan sebelum bertanding sungguh merupakan kegiatan yang sangat penting, misalnya di Indonesia dikenal dengan nama “Pelatnas”. Jika kita mempersiapkan kegiatan atau acara-acara yang biasa atau duniawia saja begitu baik, maka hendaknya dalam rangka mempersiapkan kedatangan Penyelamat Dunia diusahakan lebih baik, karena yang akan kita sambut kedatanganNya adalah Allah, yang dengan segala kerendahan hati rela mendatangi kita dengan menjadi Manusia, seperti kita kecuali dalam hal dosa. Apa yang perlu kita lakukan selama masa Adven, antara lain adalah ‘hidup doa’ sebagaimana disabdakan oleh Yesus di bawah ini. 
 
Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (Luk 21:36)
 
Orang yang bertugas berjaga-jaga pada umumnya dalam keadaan sehat dan segar-bugar baik secara fisik, social, emosional, psikis maupun spiritual, agar dapat melaksanakan tugas pengutusannya dengan baik. Maka mungkin yang baik diusahakan pertama-tama dan kiranya dengan mudah diusahakan adalah kesehatan dan kebugaran fisik atau tubuh, karena dalam tubuh atau fisik yang sehat dan segar-bugar pada umumnya orang dengan mudah juga mengusahakan kesehatan dan kebugaran lainnya. Agar tubuh atau fisik kita sehat dan segar-bugar hendaknya makan dan minum secara teratur serta yang dikomsumsi jenis makanan dan minuman yang sehat, dan selanjutnya teratur juga dalam bekerja/belajar, istirahat serta olahraga. 
 
Selama masa Adven kiranya juga diselenggarakan pertemuan umat untuk pendalaman iman, maka ketika fisik atau tubuh kita sehat dan segar-bugar, hendaknya sungguh dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam kegiatan pendalaman iman di lingkungan-lingkungan umat. Kami percaya telah ada Panitia Khusus di tiap keuskupan atau paroki yang mempersiapkan bahan pendalaman iman, maka jangan disia-siakan apa yang telah dipersiapkan tersebut. Tentu saja selain berpartisipasi dalam kegiatan pendalaman iman secara bersama, hendaknya juga diusahakan pendalaman iman atau hidup doa secara pribadi. “Bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” (Luk 21:28), demikian sabdaNya yang hendaknya kita renungkan dan hayati. 
 
“Mengangkat muka”  berarti mengarahkan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi atau kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain dalam cara hidup dan cara bertindaknya orang senantiasa berorientasi kepada hal-hal spiritual atau rohani, tidak berarti lalu tidak bekerja sebagaimana mestinya, melainkan menghayati aneka tugas pekerjaan dan kewajiban sebagai sarana atau wahana bagi kita untuk semakin membuka diri pada Penyelenggaraan Ilahi, agar dengan demikian kita juga siap sedia menyambut kedatangan-Nya di hari Natal nanti. Selain secara pribadi kami harapkan di dalam keluarga masing-masing setiap hari, dan mungkin tidak mungkin semua anggota keluarga dapat hadir karena tugas dan pekerjaan, hendaknya diselenggarakan doa atau pendalaman iman bersama. Secara pribadi atau bersama kita juga dapat mendoakan orang-orang lain yang harus kita doakan atau minta kita doakan, entah itu saudara, kenalan atau siapapun. Secara khusus kepada mereka yang selama ini menerima sumbangan atau dana dari para donator yang bermurah hati, misalnya para seminaris, kami harapkan juga mendoakan mereka yang telah bermurah hati tersebut. 
 
Memasuki masa Adven selama bulan Desember ini, sebelum hari raya Natal, kita juga diajak untuk mengenangkan hari-hari tertentu, yang hemat saya sangat erat dengan pesta Natal, yaitu ‘Hari Hak Asasi Manusia’ (10 Desember), ‘Hari Kesatuan Nasional’ (13 Desember), ‘Hari Ibu’/ ‘Hari Sosial’ (22 Desember). Maka baiklah di hari-hari tersebut kita juga berpartisipasi untuk merayakannya sekaligus sebagai pendalaman persiapan menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Ingatlah dan sadari bahwa yang kita sambut kedatanganNya adalah Penyelamat Dunia, berarti kita juga dipanggil untuk mengajak saudara-saudari kita yang beragama atau berkeyakinan iman lain berpartisipasi dalam persiapan pesta perdamaian dunia. Selanjutnya marilah kita renungkan sapaan Paulus dibawah ini.
 
“Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya” (1Tes 3:13).
 
Sebagai orang beriman atau beragama kita semua diharapkan memiliki ‘hati tak bercacat dan kudus’ alias bersih dari noda dosa sekecil apapun. Ketika baru dilahirkan di dunia ini, keluar dari kandungan atau rahim ibu kita masing-masing, kiranya hati kita masih dalam keadaan bersih, tak bercacat sedikitpun, namun semakin tambah usia dan pengalaman pada umumnya hati kita semakin kotor, penuh dengan aneka cacat, semakin tambah usia dan pengalaman berarti juga semakin bertambah dosa-dosa dan cacat cela pada hati kita. Selama masa adven ini kiranya bagi umat Katolik khususnya ada kesempatan untuk membersihkan hati yang cacat dan kotor, yaitu dengan mengaku dosa secara pribadi, maka kami berharap kesempatan untuk mengaku dosa digunakan sebaik mungkin. 
 
Dalam kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan pendalaman iman, kiranya kita memperoleh pencerahan atau penerangan guna membantu mawas diri alias untuk lebih mengenali diri secara lebih benar  dan mendalam. Kami percaya jika kita sungguh mawas diri dengan baik dan benar, maka kita pasti akan mengakui diri sebagai pendosa yang dikasihi oleh Tuhan. Pengakuan dan penghayatan diri sebagai yang berdosa yang dikasihi oleh Tuhan hemat saya merupakan kebenaran iman sejati, maka berbahagia, bersyukur dan berterima kasih lah jika anda dapat mengakui dan menghayati diri sebagai yang berdosa yang dikasihi oleh Tuhan, karena hal itu sungguh merupakan rahmat atau anugerah Tuhan, bukan hasil kerja atau keringat kita semata-mata, melainkan terutama sebagai rahmat atau anugerah Tuhan. 
 
"Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda. Pada waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud. Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri. Pada waktu itu Yehuda akan dibebaskan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram. Dan dengan nama inilah mereka akan dipanggil: TUHAN keadilan kita” (Yer 33:14-16). Kutipan di atas ini kiranya bagi kita merupakan ajakan bagi kita semua untuk bertobat dari dosa dan cacat cela kita, agar kita menjadi orang yang sungguh bebas merdeka, dan akhirnya juga berani berkata bahwa “Tuhan keadilan kita”. Mengakui dan menghayati Tuhan sebagai yang adil berarti menyadari dan menghayati diri sebagai orang berdosa yang dikasihi dan kemudian juga dipanggil oleh Tuhan untuk meneruskan atau mewartakan keadilan atau kasih pengampunan kepada siapapun dan dimana pun. Marilah kita semua sungguh mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan Tuhan dan secara konkret kiranya bagi kita semua juga penting untuk menggalang dan memperdalam hidup persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita, tanpa pandang bulu, SARA. 
  
“TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya
(Mzm 25:8-10)
 
Minggu, 2 Desember 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ