Tampilkan postingan dengan label Masa Adven. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masa Adven. Tampilkan semua postingan

Masa Adven


oleh Romo. Ign. Sumarya, SJ


Para pelajar atau mahasiswa-mahasiswi yang sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan umum atau ujian pada umumnya ditandai dengan keprihatinan dalam hidupnya, antara lain rajin belajar dan mengurangi untuk bersenang-senang seperti nonton atau bepergian. Hal tersebut dilakukan dengan harapan dapat sukses dalam ulangan atau ujian, dan dengan demikian ulangan atau ujian membuahkan kegembiraan atau kebahagiaan. Hari ini kita memasuki Tahun Baru Liturgi, masa adven, waktu untuk mempersiapkan diri menyambut Kelahiran Penyelamat Dunia, Hari Raya Natal. Warna pakaian liturgi adalah ungu, simbol keprihatinan, maka selama masa adven kita juga dipanggil untuk berprihatin, yang antara lain ditandai dengan bentuk matiraga sesuai dengan panggilan, tugas pengutusan dan lingkungan hidup kita masing-masing.

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat" (Luk21:34)


Dalam kutipan Injil Lukas di atas ini yang dimaksudkan dengan hari Tuhan kiranya adalah kematian kita, saat kita dipanggil Tuhan, dimana Tuhan mendatangi kita secara pribadi dan memanggil kita untuk hidup mulia kembali di sorga untuk selama-lamanya.

Adven berasal dari bahasa Latin advenio /adveniare
yang antara lain berarti mendekati, dan menjadi kata sifat adventus yang berarti hal mendekati. Kita memasuki masa adven berarti memasuki kegiatan atau gerakan dalam mendekati atau menyongsong kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Sebagaimana seorang ibu atau bapak menyongsong kelahiran anaknya senantiasa dijiwai oleh harapan dan matiraga tertentu, maka pada masa adven ini kita juga diajak mawas diri perihal keutamaan harapan dan matiraga.

Ada tiga keutamaan utama, yaitu iman, harapan dan cinta. Apa isi harapan? Baiklah saya kutipan surat Petrus untuk mawas diri perihal harapan sbb.: "Kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2Pet1:5-7). Isi dari harapan tidak lain adalah kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan. Maka marilah di masa adven kita mawas diri perihal keutamaan-keutamaan yang menjadi isi dari harapan tersebut:

Kebajikan: selama masa adven kita dipanggil untuk berbuat baik atau melakukan apa yang baik sebanyak mungkin kepada saudara-saudari kita, dan tentu saja.pertama-tama kepada mereka yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita. Di perjalanan, entah ketika sedang berjalan kaki atau sebagai penumpang atau pengendara/pengemudi juga ada banyak kesempatan untuk berbuat baik, misalnya memberi kesempatan orang cacat, tua, lemah untuk duduk, menghormati kendaraan yang lebih kecil, memberi kesempatan orang lain untuk lewat lebih dahulu, dst

Pengetahuan: berbuat baik pada masa kini mungkin butuh pengetahuan, agar tindakan baik yang dilakukan efisien, efektif dan afektif. Dengan kata lain di masa adven ini kita dipanggil untuk menghayati dan meningkatkan sikap mental belajar alias mencari tahu sebanyak mungkin dalam berbagai hal dengan berbagai cara yang dimungkinkan. Berbagai perkembangan dan pertumbuhan yang sedang dan akan terus berlangsung menuntut kita semua untuk belajar terus menerus. Orang yang terus menerus belajar akhirnya pasti akan menyadari dan mengakui diri sebagai yang terbatas, tak mungkin mengetahui semuanya, dengan kata lain ia akan sampai pada keutamaan penguasaan diri.

Penguasaan diri: menguasai diri rasanya tidak mudah, karena orang pertama-tama harus mampu mengenal diri sendiri sebaik dan seoptimal mungkin. Orang yang dapat menguasai diri akan mampu menempatkan diri atau memfungsikan diri dalam kehidupan bersama yang terus tumbuh berkembang saat ini. Ketika orang dapat menguasai diri, maka tindakan terhadap orang lain adalah melayani bukan menguasai, dan ketika orang setia melayani orang lain lahirlah ketekunan.

Ketekunan. Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 27). Penuh daya tahan dan bersemangat itulah yang menjadi panggilan kita dalam menghadapi aneka tantangan dan hambatan serta masalah, dengan kata lain orang tetap bergairah dalam berbagai masalah dan kesempatan. Buah dari ketekunan terus menerus tidak lain adalah kesalehan.

Kesalehan. Kesalehan dalam bahasa Jawa sumeleh berarti pasrah diri pada Yang Ilahi, tentu saja tidak berarti pasif melainkan aktif dan proaktif, karena Yang Ilahi atau Tuhan juga aktif dan proaktif terus-menerus. Mempersembahkan diri kepada Tuhan berarti mengikuti kehendak dan perintah Tuhan, dan kehendak atau perintah-Nya yang utama dan pertama adalah “saling mengasihi.

Untuk mengusahakan keutamaan-keutamaan, isi harapan, di atas kiranya butuh matiraga atau lakutapa, maka hendaknya di masa adven juga mawas diri perihal matiraga atau lakutapa.

Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya (1Tes3:12-13).

Penyelamat Dunia yang kita songsong kelahiran atau kedatangan-Nya adalah Penyelamat bagi semua orang, maka baiklah kita siapkan dengan mawas diri perihal panggilan kita, sebagaimana diingatkan Paulus kepada umat Tesalonika bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang tehadap yang lain dan terhadap semua orang. Jika kita dapat mawas diri dengan baik dan benar, kiranya kita akan mampu menyadari dan menghayati diri sebagai yang terkasih artinya sampai saat ini telah menerima kasih berkelimpahan dari Allah melalui sesama atau saudara-saudari kita. Jika masing-masing dari kita dapat menghayati diri sebagai yang terkasih, maka panggilan untuk saling mengasihi dengan semua orang mudah sekali, karena bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian saling mengasihi.

Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa, sambil berkata: Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam TUHAN. Semua orang yang telah bangkit amarahnya terhadap Dia akan datang kepada-Nya dan mendapat malu (Yes45:22-24), demikian peringatan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua orang beriman. Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam Tuhan , inilah yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan di masa Adven, dalam rangka menyongsong Hari Kelahiran Penyelamat Dunia, Pembawa keadilan dan kekuatan. Sebagai orang beriman kita diingatkan untuk lebih mengandalkan diri pada Tuhan daripada kekuatan sendiri, harta benda atau uang yang kita miliki dan kuasai. Kita dipanggil untuk tidak bersikap mental materialistis, melainkan bermoral baik dan rendah hati. Ingatlah dan hayatilah bahwa hidup kita serta segala sesuatu yang menyertai kita atau yang kita miliki dan kuasai sampai kini adalah anugerah Tuhan, yang kita terima melalui siapapun yang telah berbuat baik dengan kita, hidup dan bekerja dengan kita. Maka di masa Adven ini dengan rendah hati kita juga dipanggil untuk mengenangkan kebaikan-kebaikan saudara-saudari atau sesama kita alias memperbaharui, memperdalam dan memperkuat hidup persaudaraan atau persahabatan kita. Kedatangan Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia dan hadir di tengah-tengah kita merupakan anugerah persahabatan Allah kepada manusia. Marilah kita semua berpaling kembali kepada Allah serta memperdalam persembahan diri kita kepada Allah. Biarkanlah dirimu diselamatkan, artinya persembahkan diri anda secara total kepada Tuhan. Kepada mereka yang terbiasa suka marah kami harapkan bertobat dan tidak marah lagi.

"Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!
(Mzm24:8-10)

Makna “Kedatangan” di Masa Adven dan Meneladani Yohanes Pembaptis

Makna “Kedatangan” di Masa Adven

Adven dikenal sebagai masa untuk menantikan “kedatangan”. Kedatangan yang dimaksudkan dalam masa Adven adalah kedatangan Yesus Kristus. Kita mengimani Yesus Kristus adalah Tuhan. Jadi kedatangan ini berarti: kedatangan-Nya di masa silam, ketika Tuhan memasuki dunia ini, lalu kedatangan-Nya di masa kini di dalam masyarakat dan keluarga kita, dan akhirnya kedatangan-Nya kelak pada akhir zaman dengan semarak dan mulia, untuk menghakimi orang hidup dan mati, serta untuk mengembalikan kerajaan-Nya kepada Bapa [1 Kor 15:24].

Kita perlu mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya. Seruan Yohanes untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan adalah “bertobatlah!”. Bertobat berarti kita mengubah jalan pikiran, ganti haluan secara mental ke arah yang lebih baik. Maka kita harus melakukan perubahan mental yang begitu “mendalam” [lahir dan batin] sehingga seluruh hidup kita berubah. Melalui pertobatan, dengan mengubah jalan pikiran serta kelakuan, kita mempersiapkan diri untuk menyongsong kedatangan Tuhan. [Fr. A. Pramono].

Meneladani Yohanes Pembaptis

Yohanes yang disebut “Pembaptis” adalah tokoh yang dinubuatkan sebagai utusan yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Yohanes Pembaptis bukan sembarang tokoh. Dalam ingatan orang zaman itu, dia adalah tokoh suci yang mempesona orang banyak. Mereka datang meminta nasihat, mencari kejernihan batin di tempat Yohanes Pembaptis tinggal, yakni di padang gurun. Mereka datang kepadanya minta dibaptis. Melalui pembaptisan, orang mau bertobat dan siap menerima pengampunan dosa. Yohanes juga tampil seperti seorang nabi.

Yohanes Pembaptis memberikan teladan kehidupan bagi kita. Pertama, teladan kesederhanaan. Yohanes hanya memakai jubah dari bulu unta [Mrk 1:6]. Orang banyak mengakuinya bagai seorang nabi, tapi ia tetap hidup sederhana dan tinggal di padang gurun, makanannya pun hanya belalang dan madu hutan. Kedua, rendah hati. Yohanes adalah tokoh yang populer pada zaman itu. Banyak orang [dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem] datang kepadanya untuk mengaku dosa dan dibaptis. Meskipun terkenal, Yohanes mengakui bahwa Yesus lebih berkuasa dari dia. Ia mengatakan, “membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak”. Kita terkadang sulit untuk mengakui keunggulan orang lain. Kita maunya diakui dan dianggap berguna bagi orang lain, tanpa sadar bahwa sesungguhnya kehebatan kita berasal dari Tuhan. Tuhan jauh lebih hebat dan unggul dari kita. Maka, lihatlah Yohanes Pembaptis. Dia tetap rendah hati, tidak mau mengagungkan diri, meski dia terkenal dan dibutuhkan banyak orang. [Fr. A. Pramono].

Daftar Acuan : Kristologi, sebuah sketsa. Nico Syukur Dister, OFM. Kanisius.
Wah...apa itu?. Agustinus Gianto, S.J. Kanisius.


Bagikan

Adven, Saatnya Bertobat

Adven, Saatnya Bertobat

Istilah “Adven” berasal dari bahasa Latin “adventus”, yang berarti “kedatangan dengan semarak”. Sebelum hari Natal, ada 4 minggu masa Adven, dimana Gereja memperingati dan mengenangkan bahwa Tuhan datang. Tuhan datang dalam diri Yesus Kristus yang lahir di dunia ini. Tuhan Yesus datang untuk mewartakan Kerajaan Allah.
Melalui kelahiran-Nya di dunia, Dia mau memberikan kegembiraan kepada manusia.


Maka dari itu kita tidak sepantasnya sembarangan menyambut kelahiran Yesus di dunia ini. Kita harus mempersiapkan diri dan hati kita untuk menyambut kedatangan-Nya. Untuk mempersiapkan kelahiran Tuhan Yesus, Gereja telah menetapkan masa Adven sebagai masa persiapan menyambut kelahiran Tuhan Yesus.

Merayakan masa Adven berarti pula mengalami sungguh-sungguh kerinduan akan kedatangan Allah, serta bertobat dan berbalik kepada-Nya. Maka hendaknya kesempatan ini dipakai untuk bertobat dan mengaku dosa melalui pastor. Sekaranglah saatnya kita bertobat. Masa Adven menjadi masa pertobatan bagi kita semua. Kita bertobat, mohon ampun atas dosa-dosa kita, agar kita bersih dan tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. [Fr. A.Pramono-www.reginacaeli.org]

Yesaya, Pewarta Kedatangan Kristus

Yesaya adalah tokoh yang menonjol dalam liturgi Masa Adven. Ada tiga tokoh yang ditonjolkan dalam Masa Adven, yaitu Bunda Maria, Yohanes Pembaptis, dan Yesaya. Yesaya merupakan Nabi yang berkarya di Kerajaan Selatan [Kerajaan Yehuda]. Ia berkarya sampai akhir abad ke-8 SM.

Kitab Nabi Yesaya paling sering dipakai dalam Masa Adven karena banyak menubuatkan tentang datangnya Mesias. Bab 7 sampai dengan bab 12 disebut sebagai “buku tentang Immanuel”. Nubuat-nubuat tentang Immanuel ini, oleh umat Kristen dihubungkan dengan kedatangan Yesus Kristus. Nubuat yang menunjukkan persiapan kedatangan Kristus dapat dilihat dalam Yesaya 40:3, bunyinya: ”Ada suara yang berseru-seru: ‘Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!’ ” Suara yang berseru-seru ini menurut Injil Markus adalah Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis diutus Tuhan untuk mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus. Jadi, nabi Yesaya telah dipakai Tuhan untuk mengabarkan kedatangan Mesias. Kabar itu terlaksana dengan kehadiran Yesus Sang Mesias ke dunia.

Yesaya punya kepercayaan yang besar; ia mengimani dengan teguh bahwa Allah akan menganugerahkan Kristus kepada manusia. Keteguhan iman Yesaya terungkap dalam kata-kata: “Kuatkanlah hatimu, jangan takut, lihat itu Allahmu!” Nabi Yesaya mengajak kita untuk selalu berharap kepada Allah, sebab Allah pasti menguatkan dan menghibur kita, saat kita lemah dan berduka. [Fr. A.Pramono--www.reginacaeli.org]



Bagikan

Waktu Liturgi

Waktu liturgi melambangkan misteri sejarah keselamatan Allah yang memuncak dalam Misteri Paskah Yesus Kristus. Tata waktu liturgi tampak jelas dalam pengaturan Tahun Liturgi, yang dibuka dengan Minggu Adven I, memuncak dalam perayaan Paskah dan diakhiri dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Sebagai pilar penyangga tahun liturgi adalah Natal dan Paskah. Kedua Hari Raya itu didahuli dan diakhiri masa khusus.

Liturgi kita juga mengenal hari-hari raya, hari pesta, hari peringatan baik wajib maupun fakultatif dan hari biasa. Semua hari itu dengan caranya masing-masing ingin menjelaskan dan menguraikan mister Yesus Kristus. Dalam siklus mingguan, hari Minggu menjadi puncak dan memulai pekan mingguan. Hari Minggu adalah hari Tuhan (Portugis: Dominggo, Latin: Dominus) sebab pada hari itu Tuhan bangkit.

Masa atau Tahun Liturgi Gereja. Sangat lama dalam sejarah liturgi Gereja, keseluruhan perayaan pesta liturgi dalam peredaran tahun tidak dilihat dan dipahami sebagai satu kesatuan. Dengan demikian, konsepsi dan istilah “Tahun Liturgi” lama tidak dikenal. Bahkan, buku Missale Romanum 1570 pun juga belum mengenalnya. Istilah Tahun Liturgi pertama kali digunakan dalam dokumen resmi Gereja Katolik baru pada tahun 1948 dalam Mediator Dei. Dengan Konstitusi Liturgi dari Vatikan II, pengertian Tahun Liturgi disusun dan dikembangkan. Sejak itu Tahun Liturgi dimengerti sebagai Perayaan Gereja yang mengenangkan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus dalam rangka perjalanan peredaran lingkaran tahun. Proses terbentuknya perayaan liturgi Kristiani dalam peredaran waktu berakar dalam tahun pesta Yahudi. Ada dua akar pokok yang berasal dari tradisi Yahudi bagi pembentukan masa liturgi Kristiani.

  • Lingkaran perayaan liturgi mingguan: yakni siklus tujuh hari menurut pola hari Sabat Yahudi.
  • Lingkaran perayaan liturgi tahunan: yakni hari-hari raya dan pesta Kristiani menurut pola hari-hari raya Yahudi.

Orang-orang Kristen yang bukan Yahudi tentu saja tidak terlalu merasa terikat dengan siklus hari raya Yahudi. Namun, siklus mingguan tetap berlaku, di mana kini hari pertama minggu itu, yakni hari Minggu sebagai hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, dipandang sebagai hari yang lebih penting daripada Sabat Yahudi. Sedangkan, lingkaran hari-hari raya Yahudi dikristenkan seperti hari raya Paskah, hari raya Pentakosta, dll. Perayaan liturgi mingguan dan tahunan ini merupakan masa liturgi tertua. Baru pada abad ke-4 misalnya, muncul hari raya Natal, tgl. 25 Desember, yang sebelumnya merupakan pesta kafir yakni pesta dewa matahari yang tak terkalahkan. Dalam perkembangan sejarah liturgi, muncul aneka macam hari raya dan pesta peringatan untuk Tuhan maupun orang-orang kudus.

Teologi Tahun Liturgi

a.) Misteri Paskah sebagai Pusat dan Jantung Tahun Liturgi. Bertolak dari pengertian dasar, bahwa misteri Paskah menjadi pusat seluruh liturgi Gereja (bdk. SC 5-6) kita dapat pula menyatakan bah misteri paskah adalah pusat dan jantung hati Tahun Liturgi. Sebagaiman suatu rangkaian acara rapat, pertemuan ataupun perayaan pesta apa pun selalu mempunyai inti acara, demikian pula rangkaian perayaan liturgi sepanjang tahun inti acara juga. Inti acara tahun liturgi ilah perayaan misteri wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Misteri Paskah menjadi inti acara atau pusat dan jantung hati tahun liturgi, karena perayaan liturgi, dirayakan sepanjang tahun selalu merupakan perayaan kenangan penuh syukur atas karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam wafat dan kebangkitan Kristus. Kita tahu bahwa Misteri Paskah ini pula yang menjadi pangkal tolak seluruh iman Kristiani. Dengan istilah jantung hati, kami memang dengan sengaja mau menunjuk aspek pentingnya Misteri Paskah sebagai pusat seluruh Tahun Liturgi.

Itu berarti, puncak pesta perayaan liturgi Gereja adalah Tri Hari Suci, ketiak Kristus menyerahkan diriNya, menderita, wafat, dimakamkan, dan bangkit dari kematian, yakni Kamis Putih hinggu Minggu Paskah. Lalu Malam Paskah tentu saja menjadi puncak dari segala puncak pesta. Maka, liturgi malam Paskah merupakan liturgi Gereja yang hingga kini paling meriah, menurut tata urutan, banyaknya bacaan, melimpahnya simbol, dan lamanya liturgi. Demikianlah dari pengalaman kita sendiri menjadi jelas, bagaimana perayaan liturgi Tri Hari Suci selalu terasa khusus dan meriah.

b.) Tahun Liturgi Menghadirkan Seluruh Misteri Kristus. Apabila Misteri Paskah Kristus menjadi pusat dan jantung hati seluruh perayaan liturgi sepanjang tahun, maka itu bukan berarti, bahwa misteri Kristus yang lainnya tidak menjadi penting lagi. Tahun Liturgi bagaimanapun juga selalu menghadirkan seluruh misteri Kristus. Dalam teologi, misteri Kristus dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tahap perutusan Sang Sabda menjadi manusia (inkarnasi) dan kelahiran, hidup tersembunyi di Nazaret dan hidup publik-Nya, penderitaan dan wafat-Nya, kebangkitan dan peninggian-Nya memang secara historis merupakan kejadian yang tidak bersamaan, namun selalu terentang dalam fase-fase historis. Akan tetapi, sebagai suatu karya keselamatan Allah, seluruh misteri peristiwa Kristus itu hanyalah satu realitas, satu realitas tindakan penyelamatan Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus.

Demikian pula setiap kali kita merayakan liturgi, entah kapan dan dengan ujub dan tema apa pun, kita sebenarnya merayakan dan menghadirkan seluruh misteri Kristus itu. Dengan amat indah dan urut, Tahun Liturgi Gereja menghadirkan aspek-aspek misteri Kristus itu, seolah-olah satu persatu, agar umat beriman terbuka kepada kekayaan, keutamaan, dan pahala Tuhannya dan dengan demikuan misteri-misteri Kristus itu dapat hadir dengan cara tertentu (SC 102)

Struktur dan Susunan Pokok Tahun Liturgi

a.) Struktur Dasar Tahun Liturgi. Tahun liturgi dibuka dengan hari Minggu Adven I. Pada mulanya waktu awal Tahun Liturgi tidaklah selalu sama. Hal ini berkaitan juga dengan soal: kapan awal tahun masing-masing bangsa terjadi. Baru mulai abad ke-10-11 ketika buku-buku liturgi selalu membuka lingkaran perayaan tahunnya pada hari Minggu Adven I, maka pelan-pelan hari Minggu Adven I semakin dipandang sebagai awal masa Liturgi Gereja. Apabila masa adven menjadi persiapan Gereja menantikan kedatangan Sang Penyelamat Yesus Kristus ke dunia yang puncaknya dirayakan dalam Hari Raya Natal, maka Tahun Liturgi diakhiri dengan hari Minggu Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Suasana Hari Raya Kristus Raja ialah suasana penyelesaian keselamatan Allah dalam Kristus yang masih menjadi harapan kita. Kita menantikan langit dan dunia yang baru, di mana Kristus Sang Raja datang kembali sebagai Hakim untuk menyelesaikan segala sesuatunya dan menaklukkan segala sesuatu, sehingga “Allah menjadi semua di dalam semua” (1Kor 15:28). Inilah tujuan seluruh sejarah manusia dan seluruh Gereja. Dalam rentang waktu antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan-Nya yang kedua kalinya nanti itu hiduplah Gereja. Gereja hidup, bergerak, dan berziarah menuju kepada janji kepenuhan hari penyelamatan Allah yang di satu pihak sudah terlaksana dalam Kristus dan di lain pihak bergerak kepada penyelesaian akhirinya. Dalam rentang waktu itulah Gereja berliturgi untuk pemuliaan Allah dan dengan demikian juga pengudusan manusia.

Sebagai pilar dan tiang penyangga Tahun Liturgi itu adalah lingkaran Paskah dan Lingkaran Natal. Lingkaran Paskah dipersiapkan dengan Masa Prapaskah dan diikuti Masa Paskah yang diakhiri dengan hari raya Pentakosta. Lingkaran Natal dipersiapkan dengan Masa Adven dan dilanjutkan dengan Masa Natal hingga Pesta Pembaptisan Tuhan.

Di antara dua pilar penyangga utama “bangunan Tahun Liturgi” dipenuhi dengan oleh Masa Biasa, selama 33-34 pekan, yang senantiasa berpuncak dalam setiap hari Minggu (Biasa) yang merupakan peryaan klasik dan awali Gereja atas Misteri Paskah dan berbagai hari raya dan pesta dan peringatan oran-orang kudus.

b.) Hari Minggu sebagai Perayaan Awali Gereja akan Misteri Paskah. Lama dalam sejarah liturgi, makna dan kedudukan hari Minggu dalam perayaan liturgi tidak diperhatikan. Dulu orang selalu disibukkan dengan aneka pesta khusus entah untuk Tuhan, Bunda Maria, ataupun para kudus lainnya. Suatu kecenderungan yang masih sering kita rasakan hingga kini ialah hobi begitu banyak panitia dan komisi gerejawi yang membuat tema-tama khusus pada hari Minggu. Akibat yang kurang baik ialah bahwa rangkaian bacaan migguan dikorbankan dan makna hari Minggu sebagai perayaan awali Gereja akan Misteri Paskah kurang diperhatikan. Sebab dari tradisi hari Minggu menjadi hari pertemuan jemaat Kristiani untuk memuji dan bersyukur atas karya keselamatan Allah, sebagaimana dinampakkan dalam wafat dan kebangkitan Kristus. Acara utama pertemuan jemaat Kristiani pada hari Minggu itu adalah Perayaan Ekaristi dan mendengarkan Sabda Tuhan.

“Berdasarkan Tradisi para Rasul yang berasal mula pada hari kebangkitan Kristus sendiri, Gereja merayakan misteri Paskah sekali seminggu, pada hari yang tepat sekali disebut Hari Tuhan atau Minggu. Pada hari itu umat beriman wajib berkumpul untuk mendengarkan sabda Allah dan ikut serta dalam Perayaan Ekaristi, dan dengan demikian mengenangkan sengsara, kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukur kepada Allah, yang melahirkan mereka kembali ke dalam pengharapan yang berkat kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati (1Ptr 1:3). Demikianlah hari Minggu itu pangkal segala hari pesta. Hari itu hendaknya dianjurkan dan ditandaskan bagi kesalehan kaum beriman, sehingga juga menjadi hari kegembiraan dan bebas dari kerja. Kecuali bila memang sungguh sangat penting, perayaan-perayaan lain jangan diutamakan terhadap hari Minggu, sebab perayaan Minggu memang merupakan dasar dan inti segenap tahun Liturgi” (SC 106).

c.) Penghormatan Kepada Orang-Orang Kudus. Perayaan liturgi untuk menghormati orang kudus tidak pernah merupakan perayaan liturgi demi kejayaan dan kehebatan dan kekudusan orang-orang suci itu. Gereja selalu merayakan liturgi penghormatan orang kudus dalam rangka mengungkapkan imannya kepada Yesus Kristus. Meski pernah ada praktek yang berlebih-lebihan dalam menghormati orang suci, Gereja sendiri secara resmi tidak pernah melupakan inti imannya, yang memandang Yesus Kristus sebagai satu-satunya pengantara Allah dan manusia (1Tim 2:5-6). Apa bila Gereja menghormati orang kudus, itu selalu berarti: Gereja merayakan rahmat kemenangan satu-satunya Penebus dan Pengantara kira: Yesus Kristus dan di situ Gereja bersyukur atas buah penebusan Kristus yang kini telah dinikmati oleh para kudus.

Masuknya peringatan orang-orang kudus dalam liturgi Gereja memuat tiga makna.

Pertama: dalam diri orang kudus Gereja mengagumi dan memuliakan buah penebusan yang unggul dan dengan gembira merenungkan apa sepenuhnya dirindukan dan dicita-citakan sekarang (bdk. SC 103). Di situ Gereja mewartakan Misteri Paskah yang telah dihidupi oleh para kudus itu.

Kedua: Gereja menggabungkan diri dengan para kudus dalam memuji dan memuliakan Allah serta memohon mereka menjadi pendoa kita di surga.

Ketiga: Kepada orang beriman Gereja menyajikan hidup orang kudus sebagai teladan hidup beriman.

Bacaan Misa Dalam Perayaan Ekaristi. Pada semua hari Minggu dan hari raya selalu ada tiga bacaan misa: bacaan pertama Perjanjian Lama, yang kedua dari Surat Perjanjian Baru, dan yang ketiga Injil. Agar umat beriman dapat mendengarkan bacaan Kitab Suci selengkapa dan seluas mungkin (hampir seluruh bagian Kitab Suci), maka untuk hari Minggu dan hari raya ini bacaan misa dibagikan menurut Tahun A, B dan C. Cara mengenali cukup mudah, yakni tahun yang habis dibagi tiga pasti tahun C; lalu tahun yang lain dihitung dari sana.

Ada dua prinsip pemilihan bacaan yakni,
- Prinsip kesesuaian tema. Prinsip kesesuain tema berarti prinsip pemilihan bacaan menurut isi tema yang sesuai satu sama lain. Prinsip ini diterapkan untuk lingakaran masa Natal dan Paskah, termasuk Minggu Adven dan Prapaskah. Untuk hari Minggu, bacaan I dan Injil juga manganut prinsip kesesuain tema.
- Prinsip lintasan atau urutan. Prinsip urutan berarti prinsip pemilihan bacaan menurut urutan bagian kitab yang sedang dibacakan. Prinpsip urutan tema diterapkan untuk bacaan II pada hari Minggu Biasa. Artinya, bagian Kitab Suci yang dibacakan sebagai bacaan II pada hari Minggu Biasa diambil dari bagian prikop berikut dari bagian Kitab Suci yang dibacakan sebagai bacaan II pada hari Minggu Biasa sebelumnya. Itulah sebabnya bacaan II tidak selalu sesuai dengan Injil dan bacaan I.

Tahun A bacaan Injil diambilkan dari Matius, Tahun B dari Markus, dan Tahun C dari Lukas. Injil Yohanes digunakan untuk minggu-minggu terakhir Masa Prapaskah dan Masa Paskah. Sedangkan Kisah Para Rasul selalu dipakai untuk bacaan I dalam masa Paskah. Pada umumnya ketiga bacaan misa pada hari Minggu dan hari raya selalu dibacakan. Konferensi Wali Gereja Indonisa memberi kemungkinan dua bacaan saja pada hari Minggu, apabila secara pastoral itu dirasakan manfaatnya.

Bacaan pada hari biasa pada umumnya selalu dua buah. Untuk bacaan I ada dua rangkaian Tahun, yaitu Tahun I dan Tahun II. Tahun I dipakai untuk tahun-tahun ganjil dan Tahun II tahun-tahun genap. Bacaan II selalu merupakan bacaan Unjil yang selalu diulang untuk setiap tahun. Bacaan Unjil untuk hari-hari biasa dibagi sbb.: pekan 1-9 Markus, pekan 10-21 Matius, pekan 22-34 Lukas.

Bacaan untuk pesta atau peringatan santo-santa selalu dipilihkan secara tematis, sesuai dengan hidup dan kekhasan santo atau santa yang diperingati.

Manusia Sebagai Simbol Liturgis --- E. Martasudjita, Pr

Adven: Syukur atas habitus baru, bertekad bulat mewujudkan pembaruan hidup beriman.

Saudara saudari terkasih,
Minggu depan kita akan memasuki Masa Adven Pekan Pertama.
Apa itu masa Adven? Masa adven adalah masa di mana kita diajak untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Kata Adven berasal dari kata Latin "adventus" yang berarti: kedatangan. Selama masa adven, kita menantikan-nantikan kedatangan Tuhan. Dalam menantikan kedatangan Tuhan, Gereja mengajak kita untuk tidak bersikap pasif, tetapi aktif. Konkretnya, kita diajak untuk berjaga-jaga dalam semangat kasih, iman dan pengharapan.

Di zaman sekarang, "berjaga-jaga" menantikan pemenuhan sebuah janji sering kali sangat membosankan dan menjengkelkan. Mengapa? Di samping begitu lama pemenuhannya, pribadi yang berjanji juga acapkali begitu mudah mengingkari janji yang telah diikrarkan. Begitulah, janji-janji yang diucapkan dan diikat antar manusia bisa saja tidak pernah ditepati. Lain halnya kalau kita berbicara tentang janji Allah. Jika Allah yang berjanji, maka Ia pasti akan menepatinya. Allah tak pernah membuat kita kecewa.

Sub tema Ibadat Lingkungan selama Masa Adven 2009 adalah:
  • Pertemuan I: Makna Adven.
  • Pertemuan II: Tanggung jawab Keluarga dalam Gereja.
  • Pertemuan III: Panggilan Keluarga dalam mewujudkan iman di masyarakat.
  • Pertemuan IV: Meneladan Maria dalam pembaruan hidup beriman

Merayakan masa Adven berarti pula mengalami sungguh-sungguh kerinduan akan kedatangan Allah, serta bertobat dan berbalik kepada-Nya. Maka hendaknya kesempatan ini dipakai untuk bertobat dan mengaku dosa melalui pastor. Sekaranglah saatnya kita bertobat. Masa Adven menjadi masa pertobatan bagi kita semua. Kita bertobat, mohon ampun atas dosa-dosa kita, agar kita bersih dan tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus.


Bagikan