Masa Adven


oleh Romo. Ign. Sumarya, SJ


Para pelajar atau mahasiswa-mahasiswi yang sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan umum atau ujian pada umumnya ditandai dengan keprihatinan dalam hidupnya, antara lain rajin belajar dan mengurangi untuk bersenang-senang seperti nonton atau bepergian. Hal tersebut dilakukan dengan harapan dapat sukses dalam ulangan atau ujian, dan dengan demikian ulangan atau ujian membuahkan kegembiraan atau kebahagiaan. Hari ini kita memasuki Tahun Baru Liturgi, masa adven, waktu untuk mempersiapkan diri menyambut Kelahiran Penyelamat Dunia, Hari Raya Natal. Warna pakaian liturgi adalah ungu, simbol keprihatinan, maka selama masa adven kita juga dipanggil untuk berprihatin, yang antara lain ditandai dengan bentuk matiraga sesuai dengan panggilan, tugas pengutusan dan lingkungan hidup kita masing-masing.

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat" (Luk21:34)


Dalam kutipan Injil Lukas di atas ini yang dimaksudkan dengan hari Tuhan kiranya adalah kematian kita, saat kita dipanggil Tuhan, dimana Tuhan mendatangi kita secara pribadi dan memanggil kita untuk hidup mulia kembali di sorga untuk selama-lamanya.

Adven berasal dari bahasa Latin advenio /adveniare
yang antara lain berarti mendekati, dan menjadi kata sifat adventus yang berarti hal mendekati. Kita memasuki masa adven berarti memasuki kegiatan atau gerakan dalam mendekati atau menyongsong kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia. Sebagaimana seorang ibu atau bapak menyongsong kelahiran anaknya senantiasa dijiwai oleh harapan dan matiraga tertentu, maka pada masa adven ini kita juga diajak mawas diri perihal keutamaan harapan dan matiraga.

Ada tiga keutamaan utama, yaitu iman, harapan dan cinta. Apa isi harapan? Baiklah saya kutipan surat Petrus untuk mawas diri perihal harapan sbb.: "Kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2Pet1:5-7). Isi dari harapan tidak lain adalah kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan. Maka marilah di masa adven kita mawas diri perihal keutamaan-keutamaan yang menjadi isi dari harapan tersebut:

Kebajikan: selama masa adven kita dipanggil untuk berbuat baik atau melakukan apa yang baik sebanyak mungkin kepada saudara-saudari kita, dan tentu saja.pertama-tama kepada mereka yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita. Di perjalanan, entah ketika sedang berjalan kaki atau sebagai penumpang atau pengendara/pengemudi juga ada banyak kesempatan untuk berbuat baik, misalnya memberi kesempatan orang cacat, tua, lemah untuk duduk, menghormati kendaraan yang lebih kecil, memberi kesempatan orang lain untuk lewat lebih dahulu, dst

Pengetahuan: berbuat baik pada masa kini mungkin butuh pengetahuan, agar tindakan baik yang dilakukan efisien, efektif dan afektif. Dengan kata lain di masa adven ini kita dipanggil untuk menghayati dan meningkatkan sikap mental belajar alias mencari tahu sebanyak mungkin dalam berbagai hal dengan berbagai cara yang dimungkinkan. Berbagai perkembangan dan pertumbuhan yang sedang dan akan terus berlangsung menuntut kita semua untuk belajar terus menerus. Orang yang terus menerus belajar akhirnya pasti akan menyadari dan mengakui diri sebagai yang terbatas, tak mungkin mengetahui semuanya, dengan kata lain ia akan sampai pada keutamaan penguasaan diri.

Penguasaan diri: menguasai diri rasanya tidak mudah, karena orang pertama-tama harus mampu mengenal diri sendiri sebaik dan seoptimal mungkin. Orang yang dapat menguasai diri akan mampu menempatkan diri atau memfungsikan diri dalam kehidupan bersama yang terus tumbuh berkembang saat ini. Ketika orang dapat menguasai diri, maka tindakan terhadap orang lain adalah melayani bukan menguasai, dan ketika orang setia melayani orang lain lahirlah ketekunan.

Ketekunan. Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 27). Penuh daya tahan dan bersemangat itulah yang menjadi panggilan kita dalam menghadapi aneka tantangan dan hambatan serta masalah, dengan kata lain orang tetap bergairah dalam berbagai masalah dan kesempatan. Buah dari ketekunan terus menerus tidak lain adalah kesalehan.

Kesalehan. Kesalehan dalam bahasa Jawa sumeleh berarti pasrah diri pada Yang Ilahi, tentu saja tidak berarti pasif melainkan aktif dan proaktif, karena Yang Ilahi atau Tuhan juga aktif dan proaktif terus-menerus. Mempersembahkan diri kepada Tuhan berarti mengikuti kehendak dan perintah Tuhan, dan kehendak atau perintah-Nya yang utama dan pertama adalah “saling mengasihi.

Untuk mengusahakan keutamaan-keutamaan, isi harapan, di atas kiranya butuh matiraga atau lakutapa, maka hendaknya di masa adven juga mawas diri perihal matiraga atau lakutapa.

Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya (1Tes3:12-13).

Penyelamat Dunia yang kita songsong kelahiran atau kedatangan-Nya adalah Penyelamat bagi semua orang, maka baiklah kita siapkan dengan mawas diri perihal panggilan kita, sebagaimana diingatkan Paulus kepada umat Tesalonika bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang tehadap yang lain dan terhadap semua orang. Jika kita dapat mawas diri dengan baik dan benar, kiranya kita akan mampu menyadari dan menghayati diri sebagai yang terkasih artinya sampai saat ini telah menerima kasih berkelimpahan dari Allah melalui sesama atau saudara-saudari kita. Jika masing-masing dari kita dapat menghayati diri sebagai yang terkasih, maka panggilan untuk saling mengasihi dengan semua orang mudah sekali, karena bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian saling mengasihi.

Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa, sambil berkata: Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam TUHAN. Semua orang yang telah bangkit amarahnya terhadap Dia akan datang kepada-Nya dan mendapat malu (Yes45:22-24), demikian peringatan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua orang beriman. Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam Tuhan , inilah yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan di masa Adven, dalam rangka menyongsong Hari Kelahiran Penyelamat Dunia, Pembawa keadilan dan kekuatan. Sebagai orang beriman kita diingatkan untuk lebih mengandalkan diri pada Tuhan daripada kekuatan sendiri, harta benda atau uang yang kita miliki dan kuasai. Kita dipanggil untuk tidak bersikap mental materialistis, melainkan bermoral baik dan rendah hati. Ingatlah dan hayatilah bahwa hidup kita serta segala sesuatu yang menyertai kita atau yang kita miliki dan kuasai sampai kini adalah anugerah Tuhan, yang kita terima melalui siapapun yang telah berbuat baik dengan kita, hidup dan bekerja dengan kita. Maka di masa Adven ini dengan rendah hati kita juga dipanggil untuk mengenangkan kebaikan-kebaikan saudara-saudari atau sesama kita alias memperbaharui, memperdalam dan memperkuat hidup persaudaraan atau persahabatan kita. Kedatangan Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia dan hadir di tengah-tengah kita merupakan anugerah persahabatan Allah kepada manusia. Marilah kita semua berpaling kembali kepada Allah serta memperdalam persembahan diri kita kepada Allah. Biarkanlah dirimu diselamatkan, artinya persembahkan diri anda secara total kepada Tuhan. Kepada mereka yang terbiasa suka marah kami harapkan bertobat dan tidak marah lagi.

"Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!
(Mzm24:8-10)