HOMILI: Hari Minggu Paskah V

Kis 6:1-7; Mzm 33:1-2.4-5.18-19; 1Ptr 2:4-9; Yoh 14:1-12.

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku"

Orang yang mau meninggal pada umumnya gelisah, ada yang sangat gelisah dan ada yang kurang atau nampak tidak gelisah alias tenang-tenang saja. Kegelisahan yang ada menunjukkan kurangnya percaya kepada Allah alias kurang beriman. Dalam perjalanan hidup orang yang kurang atau tidak beriman pasti ia hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri alias sombong, tidak mengakui atau menghayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang menyertai hidup atau yang telah dan sedang dimiliki, dikuasai dan dinikmati merupakan anigerah Allah. Mereka yang mudah gelisah berarti tidak percaya bahwa Allah hidup dan berkarya dalam dirinya yang lemah dan rapuh melalui aneka sapaan, perhatian dan peerlakuan sesama manusia "Jangan gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan dan hayati, maka marilah kita renungkan dan hayati di dalam hidup kita sehari-hari sabda tersebut.

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku" (Yoh 14:1).

Hati memang merupakan pusat atau inti jati diri manusia, ingat dengan kata-kata jantung hati, patah hati, perhatian, dst.. ebagai umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk tidak gelisah melainkan percaya kepada Allah dan juga percaya kepada Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Percaya berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada yang dipercaya, maka percaya kepada Allah berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak, antara lain meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu" (Yoh 14:12), demikian sabda Yesus.

Pekerjaan atau tugas panggilan utama Yesus adalah menyelamatkan atau membahahagiakan orang lain, antara lain `memberi makan kepada yang lapar, memberi minuman kepada yang haus, memberi pakaian yang telanjang, menyembuhkan mereka yang sakit, membangkitkan yang mati, melawat atau mengunjungi yang terpenjara, membebaskan yang tertawan, dst..'. Maka marilah meneladan Yesus, dan kiranya jika kita rajin dan tekun mengerjakan apa yang dikerjakan oleh Yesus, kami yakin pada suatu saat kita akan mampu mengerjakan apa-apa yang lebih besar daripada apa yang dapat kita kerjakan sekarang. Hendaknya dalam melaksanakan pekerjaan apapun asal hal itu menyelamatkan atau membahagiakan orang lain maupun diri kita sendiri, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa, tidak gelisah, mengeluh atau menggerutu ketika harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Hadapi aneka masalah, hambatan serta tantangan dengan penuh kepercayaan dan kegairahan sebagai tanda bahwa Tuhan senantiasa menyertai atau mendampingi kita, karena kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan.

Aneka tantangan, hambatan dan masalah hemat saya merupakan wahana untuk meningkatkan dan memperdalam kemampuan, keterampilan dan kecerdasan kita, sehingga jika kita hadapi dengan keteguhan hati dan bantuan rahmat Allah kita akan semakin terampil dan cerdas dan dengan demikian benarlah sabda Yesus bahwa kita akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi. Maka kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Jika tidak ada hambatan, masalah atau tantangan yang muncul, hendaknya diciptakan tantangan, masalah dan hambatan yang dapat diatasi oleh anak-anak; semakin lama tantangan, masalah atau hambatan semakin diperbesar, agar anak-anak juga semakin diperdalam, diperkembangkan dan diteguhkan keterampilan dan kecerdasannya. Maka kami berharap agar anak-anak dijauhkan dari aneka macam bentuk pemanjaan yang mencelakakan masa depan hidup mereka. Kami juga mengingatkan para pengelola atau pelaksana proses pendidikan di sekolah, sebagai pembantu orangtua dalam mendidik anak-anak, sesuai dengan namanya hendaknya anak-anak atau para peserta didik lebih diperhatikan dalam peningkatan atau pendalaman sikap belajar terus- menerus; hendaknya para peserta didik dibina dan didik agar mereka semakin terampil dalam belajar: belajar hidup, belajar bekerja, belajar agar terampil belaajar dan belajar bekerja. `Ongoing education/ongoing formation' hendaknya menjadi pedoman, acuan dan sasaran proses pembelajaran entah di dalam keluarga maupun sekolah.

"Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib"(1Ptr 2:9)

Sapaan atau peringatan Petrus diatas ini hendaknya sungguh kita renungkan dan hayati sebagai orang-orang yang beriman, yang terpilih untuk fungsi atau jabatan tertentu dalam hidup maupun bekerja bersama sehari-hari. Kita semua dipanggil untuk hidup kudus atau suci serta menghayati imamat rajani dalam hidup sehari-hari. Menjadi imam berarti menjadi penyalur rahmat Allah bagi sesama manusia serta dambaan sesama manusia bagi Allah. Dalam hidup dan bekerja bersama menjadi imam bagaikan `leher' dalam tubuh manusia, yang berfungsi sebagai `jalan atau penyalur', yaitu jalan makanan, minuman dan udara. Dalam melaksanakan fungsinya leher tidak pernah korupsi sedikitpun seperti gigi atau mulut. Leher juga tidak pernah menyakiti; leher senantiasa siap sedia untuk dilewati dan kerjanya atau fungsinya tak pernah berhenti seperti anggota tubuh lain butuh istirahat.

Menghayati imamat rajani juga dipanggil untuk `memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar bagi Dia', Yang dimaksudkan dengan perbuatan-perbuatan besar antara lain adalah apa-apa yang menyelamatkan atau membahagiakan jiwa manusia. Maka hendaknya keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia menjadi acuan, pedoman dan tolok ukur keberhasilan hidup dan bekerja dimanapun dan kapanpun. Dengan kata lain hendaknya kecerdasan spiritual menjadi cita-cita atau tujuan aneka usaha dan kegiatan atau kesibukan kita setiap hari. orang cerdas secara spiritual maka yang bersangkutan dengan mudah untuk mengusahakan kecerdasan lainnya seperti kecerdasan phisik, kecerdasan intelektual, kecerdasan social, kecerdasan emosional, dst…

Dalam kehidupan jemaat perdana sebagai dikisahkan dalam kutipan Kisah Para Rasul hari ini dikatakan bahwa butuh orang-orang baik untuk pelayanan meja guna mendukung para rasul yang memusatkan perhatian pelayanan mereka dalam pewarta Firman atau Sabda Tuhan. Yang dimaksudkan dengan pelayanan meja adalah pelayanan kebutuhan hidup sehari-hari umat manusia seperti sandang, pangan dan papan (pakaian, makanan/minuman dan tempat tinggal), yang pada masa kini hemat saya lebih dilakukan oleh rekan-rekan awam sebagai penghayatan iman dalam hidup sehari-hari. Maka dengan ini kami berharap kepada rekan-rekan awam untuk memperhatikan saudara-saudarinya yang berkekurangan dalam hal pakaian, makanan/minuman maupun tempat tinggal. Marilah kita wujudkan bersama sila kelima dari Pancasila, Keadilan social bagi seluruh bangsa, dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:1-2.4-5)


Ign Sumarya - 22 Mei 2011

Sabtu-Minggu, 21-22 Mei 2011: HARI MINGGU PASKAH V/TAHUN A

Yesus adalah jalan menuju Bapa yang dijamin benar, sebagaimana dalam Injil Minggu ini "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6). Siapa yang berjalan dalam jalan kebenaran itu, ia akan memperoleh hidup yang kekal. Kalau Yesus mengatakan "Akulah jalan", "Aku" di sini mau menunjukkan hidup, sabda, dan karya-Nya. Kalau hidup kita bercermin pada hidup Yesus, kita akan menemukan hidup yang kekal. Jika apa yang keluar dari mulut kita seperti yang disabdakan Yesus, itulah jalan kebenaran yang sedang kita lalui. Jika kita beriman kepada-Nya, kita akan mendapatkan kehidupan sejati. Yesus telah bangkit, Dia tidak akan mati lagi. Demikian pula orang yang setia beriman kepada-Nya di dalam kehidupan sampai tiba saatnya dipanggil menuju keabadian.

RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA

TANDA SALIB DAN SALAM

PENGANTAR

SERUAN TOBAT, TUHAN KASIHANILAH KAMI

I. Saudara-saudari, marilah mengakui bahwa kita telah berdosa, supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.

I. Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah jalan yang mengantar kami kepada Bapa
K. Tuhan, kasihanilah kami
U. Tuhan, kasihanilah kami
I. Engkaulah Kebenaran yang membebaskan kami
K. Kristus, kasihanilah kami
U. Kristus, kasihanilah kami
I. Engkaulah Kehidupan yang memenuhi kami dengan sukacita
K. Tuhan, kasihanilah kami
U. Tuhan, kasihanilah kami.

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, - mengampuni dosa kita, - dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin

KEMULIAAN

DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)

I. Allah Bapa kami yang mahabaik, Engkau telah membukakan pintu gerbang iman bagi semua bangsa segala zaman. Kami mohon, berilah kami pada zaman sekarang ini orang-orang yang membaktikan diri dalam doa dan pelayanan sabda. Tambahkanlah jumlah para murid yang percaya penuh akan sabda Putera-Mu dan yang saling menaruh cinta tanpa pamrih, sebagaimana dipe-rintahkan kepada kami. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U.Amin.

LITURGI SABDA

BACAAN I (Kis 6:1-7)

"Mereka memilih tujuh orang yang penuh dengan Roh Kudus."

L. Pembacaan dari Kisah Para Rasul:
Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN PS 831
Refren: Kita memuji Allah karna besar cinta-Nya.
1. Bersorak-sorailah dalam Tuhan, hai orang-orang benar! sebab memuji-muji itu layak bagi orang jujur. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali.

2. Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang pada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia-Nya.

BACAAN II (1Ptr 2:4-9)

"Kamulah bangsa yang terpilih, kaum imam yang rajawi."

L. Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus:
Saudara-saudara terkasih, datanglah kepada Kristus, batu yang hidup, yang dibuang oleh manusia, tetapi dipilih dan dihormati di hadirat Allah. Biarlah kamu pun dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani, yang berkenan kepada Allah karena Yesus Kristus. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepadanya tidak akan dipermalukan. Karena itu, bagi kamu yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya, “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru; juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.” Mereka tersandung padanya karena mereka tidak taat kepada firman Allah; dan memang sudah ditentukan untuk itu. Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, kaum imam yang rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. Maka kamu harus memaklumkan perbuatan-perbuatan agung Allah. Ia telah memanggil kamu keluar dari kegelapan masuk ke dalam terang-Nya yang menakjubkan.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL PS 959
Alleluya, Alleluya, Alleluya
Akulah jalan, kebenaran dan hidup.
Tak seorang pun dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.

BACAAN INJIL (Yoh 14:1-12)

"Akulah jalan, kebenaran, dan hidup!"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:
Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;


I: Demikianlah Injil Tuhan.
U: Terpujilah Kristus.

HOMILI

AKU PERCAYA

DOA UMAT
I. Apa pun yang kita mohon dalam nama Yesus, akan diberikan oleh Bapa, agar dengan demikian Bapa dimuliakan. Maka marilah kita berdoa:

L. Bagi para imam dan diakon: Semoga Allah Bapa menerangi para imam dan para diakon agar semakin menyadari bahwa tugas mereka di tengah umat Allah adalah tugas pelayanan. Marilah kita mohon
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Bagi mereka yang mencurahkan tenaga dan bakatnya di negara-negara sedang berkembang: Semoga Allah Bapa memberkati mereka yang mencurahkan tenaga dan bakatnya di negara-negara berkembang agar semangat pengorbanan mereka memberi kesaksian atas iman akan masa depan yang lebih cerah, di mana semua orang akan terpenuhi keperluannya. Marilah kita mohon
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Bagi para penderita: Semoga Allah Bapa menerangi kita agar kita memberikan pelayanan yang baik dan penuh cinta kasih kepada para penderita. Marilah kita mohon
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L. Bagi kita semua: Semoga Allah Bapa membimbing kita agar saling melayani dan saling membantu dalam kesibukan dan kesulitan kita. Marilah kita mohon
U. Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

I. Allah Bapa kami, terimalah ungkapan sederhana tentang apa saja yang kami perlukan dan kami inginkan. Demi kemurahan hati-Mu berilah apa yang kami perlukan untuk ikut membangun kerajaan-Mu di dunia dewasa ini. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.
LITURGI EKARISTI

A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN


LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN


DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN

I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Allah Bapa kami yang maha agung, inilah persembahan di mana Engkau memercayakan diri-Mu kepada kami dan kami memercayakan diri kami kepada-Mu: suatu pertukaran di mana Engkau memperkenankan kami ikut serta dalam hidup ilahi-Mu yang luhur. Semoga pengertian iman ini tercermin dalam hidup sehari-hari. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.
B. DOA SYUKUR AGUNG

PREFASI

KUDUS


DOA SYUKUR AGUNG


C. KOMUNI
BAPA KAMI

DOA DAMAI

I. Dalam membangun umat Allah diperlukan sekali kerukunan dan perdamaian. Maka kita berdoa kepada Kristus, sumber kerukunan dan kedamaian kita: Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu

ANAK DOMBA ALLAH

PERSIAPAN KOMUNI


KOMUNI


PENGUMUMAN


DOA SESUDAH KOMUNI

I. Marilah kita berdoa
I. Allah Bapa kami, sumber kehidupan, dampingilah umat-Mu yang telah Kaupuaskan dengan sakramen-sakramen suci. Doronglah kami agar meninggalkan yang lama dan menempuh jalan yang baru. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami.
U. Amin.

RITUS PENUTUP

BERKAT
I. Tuhan sertamu
U. Dan sertamu juga
I. Semoga karena kebangkitan Sang Putra Tunggal, Allah menganugerahkan rahmat penebusan dan berkat kepada Saudara yang telah diangkat menjadi anak-Nya.
U. Amin.
I. Semoga Saudara ikut menikmati kebahagiaan abadi bersama dengan Kristus yang telah menebus dan membebaskan saudara.
U. Amin.
I. Saudara telah dibangkitkan lewat pembaptisan, semoga setelah mengamalkan hidup yang benar di dunia ini, Saudara disambut Kristus di tanah air surgawi.
U. Amin.
I. Semoga Saudara sekalian dilindungi, dibimbing, dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa; Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. Amin.

PENGUTUSAN


I. Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai. alleluya, alleluya.
U. Syukur kepada Allah, alleluya, alleluya.
I. Marilah pergi! Kita diutus,
U. Amin.


LAGU SYUKUR

Renungan Bulan Katekese Liturgi KAS Hari ke 16-20

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-16: Merenungkan Bentuk Devosi Ekaristi Bersama

Ada sebuah keluarga yang mempunyai kebiasaan beradorasi Ekaristi di kapel adorasi Gereja Paroki Kumetiran pada setiap Jumat siang. Suatu kali karena kesibukan sekolah dan cuaca yang sedang tidak menentu, keluarga ini sempat beberapa minggu lowok beradorasi. Anaknya yang paling kecil (laki-laki kelas 4 SD) bertanya kepada ibunya, "Bu, kok kita dah lama ga nyembah Tuhan di Kumetiran?" Jawab ibunya, "Ya besok pulang sekolah kita ke sana, ibu juga sudah kangen je!" Pengalaman di atas adalah hasil pendidikan Katolik dalam keluarga dan buah dari gerakan "Adorasi Ekaristi" yang dilakukan oleh Keuskupan Agung Semarang.

Adorasi Ekaristi merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi bersama. Selain itu, masih ada Prosesi atau Perarakan Sakramen Mahakudus dengan berkat dan Kongres Ekaristi sebagai bentuk devosi Ekaristi lainnya. Adorasi Ekaristi bersama sendiri dapat berbentuk pujian (Astuti untuk Jawa) kepada Sakramen Mahakudus yang di banyak tempat dilakukan pada Kamis menjelang Jumat Pertama atau Jumat Pertama dalam bulan sesudah Misa. Di KAS, gerakan Adorasi Ekaristi digalakkan lagi sejak tahun 2006 dan bahkan pada tanggal 27-29 Juni 2008, di adakan Kongres Ekaristi Keuskupan I Keuskupan Agung Semarang di Ambarawa.

Melalui berbagai devosi Ekaristi kita bisa mengungkapkan iman kita kepada Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi. Adorasi Ekaristi ini sebuah devosi yang amat istimewa. Bahkan St. Alfonsus Liguori berkata: " Dari semua devosi, sembah sujud terhadap Yesus dalam Sakramen Mahakudus adalah yang paling agung daripada sakramen lain, yang paling berkenan kepada Allah dan paling bermanfaat bagi kita". Doa sembah sujud kepada Sakramen Mahakudus itulah yang kita kenal dengan Adorasi Ekaristi. Maka marilah kita rajin berdevosi Ekaristi.

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-17: Merenungkan Bentuk Devosi Ekaristi Pribadi

Di bangku Gereja duduklah seorang anak yang bersebelahan dengan seorang kakek. Setelah sambut komuni, si kakek menundukkan kepala dan berdoa hening cukup lama. Si anak melihat apa yang dilakukan oleh kakek itu. Lalu ia berkata kepada ibunya, "Bu, lihat! Kakek itu bobok". Ibunya menjawab, "Tidak! Kakek sedang berdoa". "Lho, kok ibu tidak berdoa? Malah buka HP?" tanya anak kecil itu. "Ssst...diam! Ibu sedang SMS bapak biar segera jemput kita. Biar kita ga kelamaan nunggu di greja", jawab ibunya.

Pengalaman di atas sering kita jumpai di gereja kita, bukan? Ya, begitulah rasanya sekarang ini banyak orang yang mulai tidak bisa memanfaatkan waktu hening sesudah komuni. Atau malah imamnya atau paduan suara tidak memberikan kesempatan hening bagi umat untuk berdoa pribadi? Nah, doa pujian syukur yang sesudah penerimaan komuni merupakan salah satu bentuk devosi Ekaristi pribadi. Intinya, kita berdoa syukur kepada Tuhan yang telah hadir dan bersatu dengan kita. Karena sifatnya pribadi maka tidak ada aturan resmi mengenai apa yang harus didoakan, berapa lama dan tentu orang lain juga tidak harus mengetahuinya.

Bentuk devosi Ekaristi pribadi lainnya adalah doa visitasi atau kunjungan kepada Sakramen Mahakudus. Istilah kerennya visitatio sanctissimi. Sangat bagus apabila kita secara teratur mampir berkunjung ke Sakramen Mahakudus di tabernakel yang di kapel atau gereja, meski sebentar. Tentu saja apabila itu memungkinkan. Kita saja merasa senang apabila dikunjungi teman atau saudara. Tuhan Yesus pun demikian, Dia sangat senang kita kunjungi! Sayangnya saja, ada banyak orang yang lebih suka mengunjungi blog-nya, FB-nya, Twitter-nya secara amat teratur daripada visitasi!

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-18: Merenungkan Adorasi Ekaristi Abadi

Pada hari ini marilah kita mendoakan bersama Doa bagi Tersebarnya Adorasi Ekaristi Abadi yang disusun oleh Beato (Paus) Yohanes Paulus II:

Allah Bapa di surga, tambahkanlah iman kami kepada kehadiran sungguh-sungguh Putra-Mu Yesus Kristus dalam Ekaristi Mahakudus. Kami merasa harus menyembah-Nya, memberikan pujian syukur kepada-Nya dan mengadakan silih bagi dosa-dosa. Kami mendambakan kedamaian dalam hati kami dan bangsa-bangsa. Kami merindukan pertobatan dari dosa-dosa kami dan belas kasih pengampunan-Mu. Semoga kami memeliharanya melalui doa-doa dan kesatuan kami dengan Tuhan yang hadir dalam Ekaristi. Utuslah Roh Kudus-Mu kepada semua orang untuk mengaruniakan kepada mereka kasih, keberanian, kekuatan dan kerelaan untuk menanggapi undangan Adorasi Ekaristi. Kami mohon kepada-Mu, sebarkanlah Adorasi Ekaristi Abadi di paroki-paroki di seluruh dunia. Semua ini kami mohon dalam nama Yesus Kristus Tuhan kami. Amin. Santa Maria Bunda Sakramen Mahakudus, bantulah kami untuk menyebarkan kemuliaan Putramu melalui Adorasi Ekaristi Abadi.

Sebagai info saja: di Keuskupan Agung semarang yang memiliki umat Katolik sekitar 400 ribu lebih, dengan hampir 90 paroki, baru memiliki satu Kapel Adorasi Ekaristi Abadi, yaitu di Gua Maria Kerep Ambarawa! Padahal Beato Yohanes Paulus II mengajak kita berdoa agar di setiap paroki ada Adorasi Ekaristi Abadi. Marilah kita usulkan ke seluruh umat dengan para gembalanya: membangun ruang untuk Adorasi Ekaristi di sekitar gereja atau pastoran, syukur-syukur kemudian berkembang menjadi gerakan Adorasi Ekaristi Abadi. Oh Tuhan, betapa indahnya iman umat-Mu akan Tuhan yang hadir dalam Ekaristi di KAS ini!


* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-19: Merenungkan Adorasi Ekaristi Jumat Pertama

Umat di wilayah Gayamharjo, Gereja Marganingsih Jali, Stasi Dalem biasa mengadakan Adorasi Ekaristi setiap hari Jumat Pertama setelah Perayaan Ekaristi, mulai sekitar jam 17.30 sampai dengan jam 01.00 dini hari. Giliran adorasi dilaksanakan per kelompok setiap satu jam. Hampir seluruh warga umat lingkungan dari yang tua, muda, hingga anak-anak kecil terlibat hadir. Dan yang mengharukan, semakin malam justru semakin banyak yang datang, termasuk anak-anak kecilnya. Kebiasaan ini sudah berjalan sejak awal tahun 2008 seiring dengan gerakan Adorasi Ekaristi di seluruh KAS.

Kebiasaan Adorasi Ekaristi yang dilakukan umat dari wilayah Jali di atas tentu hanya salah satu contoh saja. Ada banyak wilayah dan paroki di seluruh KAS yang juga aktif mengadakan Adorasi Ekaristi pada hari Jumat Pertama atau Kamis malam Jumat Pertama. Pilihan Adorasi Ekaristi pada haru Jumat Pertama kiranya berkaitan dengan tradisi devosi umat Katolik kepada Hati Kudus Yesus. Dan itu tentu saja sangat baik "Oleh hati Penebus yang terbuka itu semua orang ditarik dan diundang menimba kegembiraan dari sumber keselamatan" (Prefasi Hati Yesus I).

Hanya saja di sana sini ada indikasi, bahwa yang hadir dalam Adorasi Ekaristi pada hari Jumat Pertama itu semakin lama semakin sedikit sekarang ini. Benarkah? Sementara itu di paroki-paroki yang pastornya selalu ikut hadir, memberi teladan, dan bahkan memimpin Adorasi Ekaristi Jumat Pertama itu, jumlah umat yang hadir tetap banyak. Apakah Adorasi Ekaristi di tempat kita masih gayeng atau hidup? Nah, besok tanggal 25-26 Juni 2011 semua paroki di seluruh KAS diharapkan kembali mengadakan Adorasi Ekaristi sehari karena saat itu adalah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Kebiasaan indah ini telah dipraktekkan di KAS sejak tahun 2007. Marilah tim-tim liturgi, tim devosi dan kelompok doa siap-siap!

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-20: Merenungkan Penjaga Bakti

Pada suatu hari pukul 01.00 dini hari, hujan mengguyur di kota Ambarawa dan sekitarnya. Tampak dua orang ibu memasuki Kapel Adorasi Ekaristi Abadi di Kerep Ambarawa. Setelah melepas mantol hujan, mereka mengambil tempat duduk, langsung berhening berdoa di depan Sakramen Mahakudus yang ditahtakan selalu di situ. Mereka terkadang berdoa dengan menggunakan buku, atau rosario, dan lain saat hening pribadi. Sekitar satu setengah jam mereka berjaga bakti atau berdoa Adorasi Ekaristi. Setelah selesai doa Adorasi, mereka ditanya, kok mau datang doa pada dini hari di Kapel Adorasi. Salah satu ibu menjawab, "Sudah kewajiban kami untuk melakukan tugas jaga bakti karena kami sudah dijadwal". Saat ditanya pengalamannya melakukan jaga bakti, mereka menjawab. "Aduh, apa ya pengalamannya?...Tapi semenjak kami ikut adorasi, kami lebih tenang tidak kemrungsung. Kami lebih sabar pada suami dan anak-anak. Pada umumnya saat doa, kami merasa damai dan punya niat untuk hidup lebih baik. Ya itulah, berawal dari kewajiban, lama-lama kok suka adorasi," sahutnya sambil bergegas pulang.

Dua ibu itu tentu telah melaksanakan dengan baik seruan Paus Yohanes Paulus II: "Gereja dan dunia sungguh memerlukan kebaktian kepada Ekaristi Mahakudus. Yesus menantikan kita dalam Sakramen Kasih-Nya ini. Marilah kita tidak berhemat dengan waktu kita. Marilah kita tidak hitung-hitung dengan waktu kita untuk menjumpai Tuhan dalam Adorasi dan kontemplasi yang penuh iman dan siap memberi silih bagi dosa besar dan kejahatan dunia. Semoga adorasi kita tak akan pernah berhenti!"

Marilah kita pun tidak ketinggalan semangat untuk menjadi anggota tetap Penjaga Bakti, yakni orang-orang yang bertugas jaga bakti, beradorasi Ekaristi!!!

Sumber: Komisi Liturgi KAS

Renungan Bulan Katekese Liturgi KAS Hari ke 11-15

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-11: Merenungkan Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Praktek Devosi

Ada umat yang sangat rajin melakukan ziarah ke gua Maria, hampir seminggu sekali. Mereka melakukannya dengan tertib dan disiplin. Banyak berkat yang diterima dari ziarah yang dilakukannya: usahanya lancar, doa-doa permohonannya terkabul, hidupnya tenang. Namun sayangnya orang ini jarang mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan tidak pernah mau berkumpul dengan umat di lingkungannya.

Itulah salah satu hal yang harus dihindari: terlalu bersemangat berdevosi tetapi malah tidak melaksanakan perayaan Ekaristi yang mestinya menjadi sumber dan puncak hidupnya. Selain itu bila kita berdevosi dengan kuat pada orang kudus tertentu misalnya, jangan sampai kebablasen hingga menggeser Tuhan Yesus Kristus. Bila ada orang yang begitu bersemangat sampai berkata: " Ya Bunda Maria, hantarkanlah doa ini kepada Bapa di surga, sebab engkaulah pengantara yang ajaib.." nah inilah devosi yang sudah tidak benar. Sebab satu-satunya pengantara hanyalah Tuhan Yesus Kristus sendiri! Inilah contoh praktek devosi yang tidak sejalan dengan ajaran iman yang benar dari Gereja.

Devosi mestinya juga mendorong orang untuk semakin menghayati kasih kepada Tuhan dan sesama. Kalau ada orang yang sangat aktif ikut kelompok doa, tiap hari juga rajin berdoa rosario, lalu juga bahkan seminggu sekali Adorasi, akan tetapi kalau orang itu mudah mendendam, suka membicarakan kejelekan orang lain, sulit mengampuni, pelit dan kikir pada orang yang meminta bantuan.... nah inilah praktek devosi yang belum baik. Praktek devosi yang baik tentunya mendorong orang semakin mengasihi sesama dan suka berkorban bagi orang lain!

Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-12: Merenungkan Bahaya Magis Devosi

Suatu hari ada seorang ibu muda yang menuju gereja. Namun gereja sepi. Rama paroki pas jalan-jalan di pekarangan pastoran. Ibu tadi bertanya, "Rama, ada misa sore Jumat pertama tidak?" "Tidak bu", jawab Rama tadi. "Misanya pagi hari, dan sore hari misa di stasi namun di jauh sana, mulai jam 17.00. Ada yang dapat saya bantu?" " Begini Rama, hari ini adalah hari novena saya yang terakhir, yang ke-9.Tadi pagi anak saya rewel sehingga saya tidak bisa ke gereja. Waduh....saya kecewa sekali, kurang satu saja tidak ada misa. Novena saya batal, romo! Permohonan saya pasti tidak terkabul!"

Itulah contoh paham yang kurang tepat dalam praktek devosi. Mengapa? Sebab ibu muda tadi memandang jumlah angka sembilan sebagai syarat terkabulnya doa. Inilah praktek bahaya magis. Praktek magis ialah praktek yang memandang sumber terkabulnya doa, sumber rahmat dan berkat terletak pada rumusan atau mantra tertentu, jam atau waktu tertentu, benda atau alat suci tertentu, angka atau tempat tertentu. Padahal yang benar: sumber terkabulnya doa atau sumber berkat hanyalah Tuhan Allah sendiri. Apabila orang memandang terkabulnya doa tergantung pada jam doanya (misalnya jam 24.00) atau menggunakan rumusan doa tertentu ("kalau doa novena ini pasti jozz lho doanya, pasti terkabul), itulah praktek magis. Terkabul atau tidak, menerima berkat atau tidak, bukankah hanya tergantung pada Allah sendiri dan bukan pada rumus/mantra atau waktu tertentu itu.

Termasuk magis ialah yang berbau klenik, seperti memperlakukan rosario sebagai jimat (mungkin karena diberkati Paus?), seperti orang Jawa yang memperlakukan keris pusaka. Melaksanakan doa devosi mestinya lebih digerakkan oleh rasa kasih sayang dan penyerahan kepada Tuhan, memohon bantuan doa dari orang-orang kudus, dan selebihnya menyerahkan segalanya pada kebaikan dan kebijaksanaan Allah sendiri!

* Merenungkan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-13: Kelompok Doa dan Devosi

Frederikus Dursasana, seorang pengurus Paroki yang mengurusi jaringan kelompok doa di Paroki Banjarjungut "mutung" alias kapok. Ia tidak mau berkontak dengan salah satu kelompok doa yang ada di parokinya. Kejadiannya seperti ini: suatu ketika dia membuat program tim kerjanya untuk mengumpulkan seluruh kelompok doa di parokinya. Namun ketika ia menghubungi salah satu pengurus kelompok doa, serta merta ia mendapat jawaban yang mengejutkan: "Kami ini kelompok doa mandiri. Kami tidak mau urusan kami dicampuri oleh orang lain. Kan sebelum dewan paroki terbentuk kamu sudah ada. Lagi pula kami memiliki pengurus di atas kami, di tingkat kevikepan dan keuskupan. Ini malah ada-ada saja. Pokoknya kami gak mau".

Terkadang masih ada anggota kelompok doa yang kurang memahami: betapa penting dan perlunya membangun persaudaraan berbagai kelompok doa dalam paguyuban. Di Keuskupan Agung Semarang, kita mengenalnya sebagai Jaringan persaudaraan antara Kelompok Doa di Keuskupan Agung Semarang (Jarongan KODOK). Maksud paguyuban ini ialah agar wajah Gereja sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban (communio) menjadi tampak. Dengan jaringan KODOK dibangunlah suatu persaudaraan antar kelompok-kelompok dia agar dapat: saling memperkaya dan meneguhkan, serta saling berbagi karunia tanpa kehilangan kekhasan masing-masing, sehingga dapat bekerjasama dalam semangat kasih dan kesatuan sebagai umat Allah di Keuskupan dan Gereja semesta.

Di tingkat Kevikepan dan akhirnya setiap paroki juga diharapkan terbentuknya jaringan kelompok doa ini. Jaringan kelompok dia ini diajak untuk berkumpul secara berkala, menjalin komunikasi dan tukar pengalaman. Jaringan kelompok doa ini diharapkan menjadi penggerak doa di paroki, kevikepan dan keuskupan tercinta kita.

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-14: Merenungkan Makna Devosi Ekaristi

Silahkan Anda memperhatikan: bagaimana sikap orang saat menerima komuni, cara berjalannya, lalu apa yang ia buat setelah menerima komuni. Macam-macam bukan? Ada yang maju dengan khidmat, tangan terkatup dan sangat liturgis, sementara itu ada yang maju dengan santai, mata memandang ke mana-mana dan tidak konsen. Setelah menerima komuni begitu pula: ada yang berlutut dan berdoa dengan khidmat, sementara itu ada yang sebentar berdoa (sekitar 8 detik) dan langsung bisik-bisik dengan yang disampingnya, bahkan tangannya masuk ke tas untuk mengecek HP, apakah ada SMS masuk.

Mereka yang khidmat menyambut komuni, berdoa dengan berlama-lama setelah komuni, dan bahkan masih menyempatkan diri berdia beberapa menit setelah Misa selesai ialah orang yang telah memiliki devosi Ekaristi yang baik. Devosi Ekaristi dapat berbentuk Adorasi Ekaristi, prosesi Sakramen Mahakudus, Kongres Ekaristi, visitasi atau kunjungan Sakramen Mahakudus, ataupun doa syukur setelah komuni. Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa berbagai devosi Ekaristi ini "memperpanjang dan mengintensifkan segala yang terjadi dalam perayaan Ekaristi sendiri" (SCar no.66). Itulah makna pokok devosi Ekaristi. Devosi Ekaristi memang tidak dapat dipisahkan dari perayaan Ekaristi.

Selain menjadi perpanjangan dan pendalaman perayaan Ekaristi sendiri, devosi Ekaristi memenuhi kerinduan kita yang ingin berdoa secara berlama-lama di hadapan Sakramen Mahakudus. Bukankah saat Misa, kita sering kurang waktu untuk berdoa pribadi? Nah, kerinduan untuk mengeluarkan semua uneg-uneg kepada Yesus yang hadir dalam Ekaristi dapat kita "puaskan" melalui devosi-devosi ini.

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-15: Merenungkan Devosi Ekaristi Kekuatan Panggilan

Buku Ibadat Adorasi Ekaristi yang dikeluarkan oleh Komlit KAS tahun 2007 menawarkan 7 tema untuk adorasi Ekaristi. Tema ke 6 adalah Ekaristi sebagai "Pusat Hidup Panggilan". Bacaan yang dikutip adalah Matius 9: 35-38. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu".

Pada haru Minggu Panggilan ini, marilah kita memohon kepada Sang Empunya tuaian, yakni Allah sendiri, agar mengirimkan orang-orang yang dipanggil menjadi pelayan kebun anggur. Semoga anak-anak, remaja dan kaum muda kita, termasuk dari keluarga kita atau bahkan kita sendiri yang masih muda siap berangkat ke Seminari atau membiara dalam jalan panggilan khusus! Semua pihak perlu berdoa dan membangun suasana yang mendukung panggilan suci ini! Untuk itu Adorasi Ekaristi dapat menjadi kekuatan suburnya hidup panggilan.

Kesempatan adorasi Ekaristi tiap Jumat Pertama, kesempatan khusus pada waktu pertemuan atau rekoleksi Remaja dan Kaum Muda diisi dengan doa meditatif Taize dengan pentahtaan Sakramen Mahakudus. Bisa juga saat pembinaan Dewan Paroki direncanakan ada kesempatan 30 menit untuk adorasi Ekaristi yang mendekatkan pengurus Dewan dengan kehadiran Tuhan sendiri yang menyentuh hati pengurus Dewan. Pelbagai kesempatan adorasi itu semoga menjadi sarana yang mendekatkan umat beriman untuk menjadi peka akan sentuhan kasih Tuhan yang menyapa.

Sumber: Komisi Liturgi KAS

Renungan Bulan Katekese Liturgi KAS Hari ke 5-10

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-5: Merenungkan Nikmatnya Ber-Ekaristi

Pada saat evaluasi pelaksanaan perayaan Ekaristi, seorang peserta bercerita begini:" Mungkin saya termasuk orang yang rajin mengikuti Ekaristi. Kalau ditanya alasannya, saya mengalami kesulitan untuk menjawabnya. Namun bagi saya, ikut Misa Kudus entah pada hari Minggu ataupun kesempatan lain merupakan dorongan otomatis. Hari minggu tiba, otomatis saya pergi ke gereja untuk mengikuti Ekaristi. Kalau tidak ke gereja, rasanya ada yang hilang dalam hidup saya. Seperti bernafas, tidak perlu berpikir banyak hal, orang langsung bernafas".

Peserta lain bersharing: "Saya pernah sangat jengkel dengan suatu perayaan Ekaristi karena dilaksanakan secara asal-asalan. Biarpun demikian, saya tetap bertahan untuk hadir dan menerima apapun yang terjadi dalam Misa Kudus itu. Pokoknya, saya berusaha mengikuti Ekaristi dengan sebaik-baiknya. Saya selalu membangun kepercayaan akan kehadiran Tuhan dalam Ekaristi kendati segala sesuatunya tidak selalu sempurna. Dan senyatanya, sampai sekarang ini Ekaristi sunggu memberikan kebahagiaan. Saya bisa menerima Tubuh Kristus, berjumpa dengan teman, menghayati kebersamaan sebagai anggota Gereja. Dulu saya mudah putus asa, tetapi setelah rajin mengikuti Ekaristi, saya lebih bisa tegar menghadapi setiap persoalan hidup. Pokoknya nikmat ikut Ekaristi. Mungkin anugerah Tuhan ya, he....he....!"

Kendati ada kekurangan di sana sini dalam pelaksanaannya, Ekaristi telah menyentuh batin banyak orang untuk semakin tekun menghayati tujuan hidupnya, memuliakan dan mengabdi Tuhan. Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa Ekaristi merupakan harta kekayaan Gereja yang tiada tara. Dari misteri Ekaristi, seluruh kekuatan untuk menghayati hidup ditimba. Marilah kita suka menceritakan Ekaristi dan mengajak siapa pun untuk merayakan Ekaristi. Gereja hidup dari Ekaristi!

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-6: Merenungkan Berdevosi Saat Ekaristi

"Kula niku yen dereng sembahyang rosario raosipun mboten manteb", ungkap seorang ibu dalam sebuah sarasehan di lingkungannya. Tidak mengherankan setiap kali ada kesempatan, manik-manik rosario bergerak perlahan di jemari tangannya yang sudah keriput. Pun pula dalam perayaan Ekaristi. Ibu ini demikian mendem dengan devosi. Apakah tindakan seperti ini sehat? Tentu saja tidak ada yang salah dengan devosi pribadi. Namun adalah keliru jika selama mengikuti Ekaristi kita "nyambi" alias sambil melakukan yang lain, termasuk devosi seperti doa rosario, doa novena, atau apalagi "rosario santa Nokia".

Perayaan Ekaristi tidak pernah menjadi perayaan pribadi. Perayaan Ekaristi adalah perayaan bersama seluruh Gereja. Dalam perayaan Ekaristi kita tidak boleh asyik dengan diri sendiri, melainkan kita diajak untuk berpartisipasi secara penuh, sadar dan aktif. Partisipasi ini tidak diisi dengan devosi pribadi. Secara sadar umat diajak untuk menghayati misteri yang sedang dirayakan. Caranya? Ada banyak tata gerak yang bisa diikuti. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan: ikut bernyanyi, menjawab aklamasi-aklamasi, mendengarkan sabda Tuhan dan merenungkannya, hening dan menghunjukkan hati saat imam berdoa syukur agung.

Adalah tanggung jawab para imam mengingatkan umat untuk terus menerus terlibat dan berpartisipasi aktif dalam Ekaristi. Tim Liturgi paroki pun hendaknya mempersiapkan teks Ekaristi yang semakin melibatkan partisipasi umat seperti memilih nyanyian dan aklamasi yang dikenal umat, atau melatihnya apabila masih baru, ataupun mengolah bagian-bagian tertentu sesuai dengan kaidah-kaidah liturgi yang ada.

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-7: Merenungkan Devosi yang Sehat Membantu Penghayatan Ekaristi

Tidak sedikit umat yang mau Ekaristi di gereja datang lebih awal. Ada yang satu jam, setengah jam, ataupun 15 menit sebelum Misa mulai. Dan lihatlah: mereka itu berdoa rosario dengan khusyuk, entah di tempat duduk menghadap Sakramen Mahakudus di tabernakel atau di depan patung Bunda Maria. Kadang ada yang berdoa rosario atau doa beberapa menit di gua Maria di samping atau belakang gereja. Luar biasa! Kalau tidak berdoa rosario, mereka terkadang berdoa pribadi, seperti Litani Hati Kudus Yesus, Litani Santa Perawan Maria, atau doa Koronka, atau bahkan doa jalan salib, sebelum Ekaristi dimulai!

Kebiasaan berdoa rosario atau litani atau novena entah sebelum Misa ataupun sesudah Misa, ataupun doa devosi lainnya di rumah merupakan hal yang amat sangat patut dipuji dan dibiasakan oleh siapa pun. Itulah doa-doa devosi yang apabila didoakan dengan sungguh-sungguh dan teratur justru akan membantu penghayatan perayaan liturgi. Hampir semua orang kudus dalam kisah hidup mereka memiliki hidup doa devosi yang kuat dan teratur. Contoh mutakhir ialah Paus Yohanes Paulus II yang pada tanggal 1 Mei yang lalu dibeatifikasi. Dengan sebutan beato, Paus Yohanes II tinggal selangkah lagi akan menjadi seorang Santo! Hampir semua yang mengenal beliau bersaksi bahwa Paus Yohanes Paulus II sangat dekat dengan Bunda Maria, dan doa rosario merupakan doa favorit beliau! Dan lihatlah, orang yang punya devosi kuat juga cenderung menghayati perayaan Ekaristi dengan sangat khidmat, khusyuk dan berbuah!

Demikianlah, pengalaman rohani yang dirasakan dalam devosi dibawa dalam Ekaristi sehingga Ekaristi semakin bermakna dan menghasilkan buah. Memang doa devosi yang sehat akan membantu penghayatan Ekaristi kita. Sebaliknya, apabila kita merasa kering dan bosan saat mengikuti Misa, jangan-jangan karena kita kurang persiapan batin dan kurang memiliki doa devosi yang kuat. Benarkah?


* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-8: Merenungkan Kewajiban Merayakan Ekaristi Hari Minggu

"Wah hari Minggu ini, aku belum ke gereja. Di gereja mana ya yang masih ada Misa Minggu sore?" cetus Riri pada temannya Mikaela. Riri dan Mikaela sama-sama mahasiswi di sebuah perguruan tinggi. Mereka kaum muda yang baik. Mereka selalu ingat untuk mesti pergi ke gereja pada hari Minggu. Tak ayal lagi, itu hasil didikan orang tua mereka.

Sangat betul bahwa orang Katolik memiliki kewajiban untuk mengikuti Ekaristi pada hari Minggu. Semua itu disebut dengan jelas dalam Lima Perintah Gereja, yang pada nomer dua dinyatakan: "Ikutlah Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu" (Puji Syukur no.7). Dasar perintah Gereja mengenai hal itu sebenarnya sudah ditegaskan oleh para Bapa Konsili Vatikan II pada Konstitusi Liturgi artikel 106 yang antara lain menyatakan: "Pada hari itu (Minggu) umat beriman wajib berkumpul untuk mendengarkan sabda Allah dan ikut serta dalam Perayaan Ekaristi". Kebiasaan untuk berkumpul dan mengikuti Misa Kudus ini sudah menjadi tradisi sejak para Rasul sendiri. Berkumpul, berdoa bersama, mendengarkan sabda Allah, mengikuti Ekaristi sudah menjadi habitus kristiani yang bertahan sejak kuno hingga kini.

Sayangnya tidak sedikit umat yang mengikuti Misa Minggu hanya sejauh sempat atau ada waktu. Yang sering mereka pikirkan pertama-tama untuk acara Sabtu dan Minggu besok ialah mau refreshing ke mana, bukan "ayo mempersiapkan Misa Minggu besok". Padahal liburnya hari Minggu menurut sejarahnya justru agar orang dapat mengkhususkan hari itu untuk Tuhan. Sebab hari Minggu itu hari Tuhan, saat Tuhan bangkit dan hari Minggu memang menjadi hari berkumpulnya umat beriman!

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-9: Merenungkan Arti Devosi dan Tempatnya dalam Liturgi

Ada orang yang begitu cinta pada warna ungu. Lalu apa-apanya diberi warna ungu. Semua pakaiannya berwarna ungu, sampul buku, taplak meja, warna cat rumah dan kamar, semuanya ungu. Sementara orang lain begitu suka nonton sinetron selama berjam-jam. Ia hafal semua tayangan sinetron di televisi. Nah, orang yang cinta warna ungu ataupun suka sinetron itu dalam arti tertentu boleh disebut "berdevosi" pada warna ungu atau sinetron.

Lha kok bisa begitu? Iya memang bisa. Kata devosi berasal dari kata Latin devotio, yang kata kerjanya: devovere. Kata kerja devovere berarti mencintai, menyerahkan diri, menghormati pada seseorang atau suatu hal. Berdevosi berarti memiliki cinta dan menyerahkan diri dengan seluruh perasaan dan hatinya pada seseorang atau sesuatu itu. Nah, dalam arti sangat umum dan profan, contoh di atas dapat disebut \'suatu devosi". Akan tetapi devosi dalam pengertian liturgi menunjuk olah kesalehan atau ibadat yang dilaksanakan dengan penuh cinta dan perasaan, secara teratur dan tetap (ajeg-bhs Jawa). Devosi itu tidak termasuk liturgi yang resmi, akan tetapi sangat dianjurkan oleh Gereja. Nyatanya, devosi sangat membantu penghayatan iman dalam perayaan liturgi. Orang yang devosinya kuat biasanya memiliki penghayatan liturgi yang baik dan kuat pula.

Mengapa perayaan liturgi kita sering terasa kering? Jawabnya sering justru terletak pada diri kita, yaitu kita kurang banyak berdoa dan berdevosi sebelumnya. Dengan banyak devosi, pikiran-hati-perasaan kita terbiasa dalam suasana doa. Dan ketika ber-Ekaristi misalnya, kita mudah menikmati perayaan suci itu. Padahal untuk berdevosi, kita diberi kelonggaran oleh Gereja. Bila liturgi itu ditata dengan macam-macam norma yang sering terasa ketat, devosi tidak. Boleh saja misalnya kita berdoa rosario secara terbagi-bagi (pagi: 20 kali Salam Maria, siang: 10 kali Salam Maria, malam 20 lagi Salam Maria). Boleh saja kita jalan salib hanya dalam 5 atau 7 perhentian. Yang penting: kita berdoa betul dengan sungguh-sungguh dan penuh cinta saat berdoa devosi itu! Enak kan? Maka ya marilah dicoba saja!

* Renungan Bulan Katekese Liturgi Hari ke-10: Merenungkan Hal-hal yang Positif dalam Devosi

Tidak sedikit orang yang kalau sedang memimpin doa mengucapkan kata Tuhan berkali-kali. "Tuhan Engkau mahabaik,.....Tuhan Engkau selalu mengasihi kami....Tuhan sentuhlah kami.....Tuhan jamahlah kami.....Tuhan......Tuhan....." Doa seperti ini tentu tidak salah. Hanya saja kalau kita sedang membuat doa yang tertulis dalam rangka Misa Kudus, sebutan atau kata-kata tidak boleh diulang-ulang begitu. Tetapi untuk sebuah doa devosi, doa spontan dalam rangka pertemuan bersama ya boleh-boleh saja, dan tidak apa-apa.

Penyebutan Tuhan yang berkali-kali dalam doa di atas masuk ke tataran devosi. Dan justru itulah sumbangan atau hal yang positif yang pertama dari devosi: devosi memenuhi kerinduan afektif dari iman dan doa-doa kita. Harus diakui bahwa perayaan liturgi sering terasa kering dan gitu-gitu saja. Rumusan doa-doa dalam Misa Kudus umpamanya terasa singkat, padat dan formal juga. Tetapi ketika kita berdevosi, kita bisa mengulang-ulang doa dengan nyaman. Ambil contoh lain: doa rosario. Doa rosario intinya mengucapkan doa yang diulang-ulang, entah itu Bapa Kami dan terutama Salam Maria. Dan itu baik, tetapi itulah devosi. Hal positif lain dari devosi ialah bahwa devosi itu berciri sederhana, spontan, fleksibel, sesuai dengan hati dan perasaan, dan doa-doanya disampaikan dengan hati dan penuh kasih. Unsur kecocokan dan perasaan memainkan peran penting dalam devosi.

Hidup dan berkembangnya devosi-devosi di tengah umat menjadi pertanda baik bahwa sesungguhnya umat merindukan dan mendambakan pengalaman dekat atau \'intim\' dengan Tuhan. Umat merindukan pengalaman \'mistik\'. Selain itu dengan tumbuh dan berkembangnya devosi-devosi di tengah umat, Gereja menjadi semakin hidup dan dinamis. Dan dengan itu pula Gereja menampilkan dirinya sebagai kumpulan umat yang berdoa.

Sumber: Komisi Liturgi KAS

"Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku Aku akan melakukannya" (Kis 13:44-52; Mzm 98:1-4; Yoh 14:7-14)


"Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." (Yoh 14:7-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Sebagai orang yang beriman atau percaya kepada Yesus Kristus, kita semua dipanggil untuk senantiasa hidup dan bertindak "dalam nama Yesus" secara khusus ketika sedang mengajukan aneka bentuk permohonan entah kepada Tuhan maupun saudara-saudari kita. Mengajukan permohonan "dalam nama Yesus" berarti mohon segala sesuatu yang dapat menyelamatkan jiwa, maka belum tentu sesuai dengan selera atau keinginan pribadi, apalagi kalau yang diinginkan akan "mematikan jiwa" alias hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Sebagai umat beriman atau beragama hendaknya senantiasa mohon apa-apa yang dapat menyelamatkan jiwa manusia entah jiwa kita sendiri atau jiwa orang lain, dan dengan demikian pasti akan dikabulkan. Dalam Liturgi Gereja Katolik ada 4 (empat) permohonan atau ujud doa utama, yaitu bagi para pemimpin Negara atau masyarakat/bangsa, para pemimpin umat beragama atau Gereja, bagi mereka yang miskin dan berkekurangan dan bagi diri kita sendiri. Mengingat dan memperhatikan situasi Negara kita, dimana para pemimpin rasanya masih dijiwai oleh sikap serakah, maka marilah kita berdoa agar para pemimpin Negara kita dibebaskan dari perbudakan keserakahan, agar saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan terbebaskan dari penderitaan, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman.

"Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13:46-47), demikian kata Paulus dan Barnabas kepada orang-orang Yahudi, yang iri hati terhadap Paulus dan Barnabas seraya menghujatnya. Apa yang dikatakan oleh Paulus dan Barnabas ini kiranya juga sering menjadi kenyataan dalam hidup kita sehari-hari, yaitu kita kurang percaya kepada saudara-saudari kita yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita, melainkan lebih percaya kepada orang lain, yang jauh. Kita sering iri hati kepada kesuksesan atau keberhasilan saudara-saudari kita dan kemudian berusaha untuk "menghujatnya" melalui aneka cara alias menjelek-jelekkannya. Iri hati memang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain. Orang-orang Yahudi merasa kenal Allah tetapi tidak percaya kepada para utusan Allah, maka Paulus dan Barnabas meninggalkan mereka dan pergi kepada "bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah", menurut orang-orang Yahudi. Apa yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas kiranya dapat menjadi teladan kita. Marilah kita tanpa takut dan gentar berani menegor saudara-saudari kita yang iri hati atau sombong, dan ketika mereka tidak mendengarkan kita baiklah dengan rendah hati kita tinggalkan mereka dan kemudian berpaling kepada orang lain yang siap sedia untuk mendengarkan kita. Sebagai orang beriman atau secara khusus yang percaya kepada Yesus Kristus kita semua dipanggil untuk "menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah" alias kurang percaya kepada Allah/penyelenggaraan Ilahi.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah" (Mzm 98:1-4)



Ign 21 Mei 2011

Bulan Liturgi hari ke 22: Aklamasi Anamnesis

22. Aklamasi Anamnesis

Sesudah kisah institusi, imam mengajak umat melagukan/mengucapkan salah satu aklamasi anamnesis, misalnya sebagai berikut:

I Marilah menyatakan misteri iman kita.
U Wafat Kristus kita maklumkan, - kebangkitan-Nya kita muliakan, - kedatangan-Nya kita rindukan.


Aklamasi berarti seruan, pekik; anamnesis berarti kenangan. Dengan melafalkan atau melagukan aklamasi anamnesis, kita mengenangkan karya keselamatan yang dilaksanakan Tuhan, sehingga seluruh peristiwa penyelamatan yang dulu dikerjakan Tuhan kini sungguh hadir dan kita semua sebagai Gereja mengalaminya (secara sakramental).

Pengenangan karya keselamatan itu terungkap jelas dalam semua rumus aklamasi anamnesis, misalnya: Kristus telah wafat, Kristus telah bangkit, Kristus akan kembali;
atau:
Wafat-Mu kami kenang, yang Tuhan yang bangkit mulia. Datanglah, umat-Mu menanti penuh iman dan harapan.


Aklamasi anamnesis ini paling baik kalau dilagukan. 69 Diakon, atau – kalau tidak ada diakon – imam mengangkat aklamasi dengan suara lantang. Kemudian umat menanggapinya dengan mantap dan lantang pula. Maka, lagu-lagu aklamasi anamnesis harus sungguh dihafal dan dilagukan dengan penghayatan yang penuh. Jangan dengan ragu-ragu atau setengah suara. Lagu ini berada pada puncak DSA; maka harus dibawakan dengan amat baik. Kalau umat masih ragu-ragu melagukan salah satu anamnesis, dirigen berkewajiban melatih mereka sampai mereka mahir membawakannya.

Tips – Latihan

Umat dilatih melagukan semua aklamasi anamnesis dengan baik, lihat TPE Umat, hlm. 52-55.

Pendalaman

1. Apa makna aklamasi anamnesis?
2. Ada berapa aklamasi anamnesus dalam DSA kita sekarang? Coba tunjukkan dalam buku doa (Puji Syukur / Tata Perayaan Ekaristi) Anda.
3. Mengapa aklamasi anamnesis seyogyanya dilagukan?

69 Lihat Musik dalam Ibadat Katolik, no. 54.


Baca: Aklamasi Anamnesis Tanpa Amin

Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

Bulan Liturgi hari ke 21: Kisah-Institusi

21. Kisah Institusi

Sambil mengatupkan tangan, imam berkata:

Ketika akan diserahkan untuk menanggung sengsara dengan rela, Yesus mengambil roti, mengucap syukur kepada-Mu, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, seraya berkata: Terimalah dan makanlah: inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu.

Imam memperlihatkan hosti suci kepada umat, lalu meletakkannya kembali pada patena. Kemudian ia berlutut menyembah. Sesudah itu, sambil mengatupkan tangan, imam melanjutkan:


Demikian pula, sesudah perjamuan, Yesus mengambil piala. Sekali lagi Ia mengucap syukur kepada-Mu, lalu memberikan piala itu kepada murid-murid-Nya, seraya berkata: Terimalah dan minumlah: inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku.

Imam memperlihatkan piala kepada umat, lalu meletakkannya di atas korporale. Kemudian ia berlutut menyembah.

Kisah institusi adalah kisah yang menuturkan bagaimana Yesus mengadakan Ekaristi. Kisah institusi merupakan jantung dari setiap perayaan Ekaristi. Dalam kisah institusi ini kata-kata dan tindakan Kristus sendiri diulangi, dan dengan demikian dilangsungkan kurban yang diadakan oleh Kristus sendiri dalam perjamuan malam terakhir. Di sini Kristus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur, dan memberikannya kepada jemaat yang hadir untuk dimakan dan diminum. 67

Dalam kisah institusi ini Gereja secara kelihatan melaksanakan apa yang diamanatkan Yesus pada Perjamuan Terakhir. Inilah alasannya, mengapa kata-kata institusi itu mujarab (efficax), artinya dengan pengucapan kata-kata itu dinyatakan bahwa roti sungguh menjadi Tubuh Kristus, dan anggur menjadi Darah Kristus.

Kisah institusi sering disamakan dengan “sabda dan tindakan Kristus,” karena kisah itu menghadirkan kembali apa yang telah dikatakan dan dilakukan oleh Yesus pada Perjamuan Terakhir.

Pada akhir kisah institusi dikatakan, “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku.” Inilah yang kita lakukan setiap kali kita merayakan Ekaristi. Merayakan Ekaristi berarti kita melaksanakan amanat Yesus dan mengenang atau mengalami kembali kehadiran-Nya; kalau dulu di tengah para rasul, kini di tengah kita, umat-Nya.

Pelaksanaan - Tanda dan simbol: Kisah institusi biasa dikatakan sebagai puncak Perayaan Ekaristi. Untuk menggarisbawahi saat penting ini, putra altar membunyikan bel/gong pada saat-saat yang telah ditentukan. Di samping itu, ada sejumlah tata gerak yang disarankan baik untuk imam maupun untuk umat. Imam memperlihatkan hosti/anggur kepada umat, lalu berlutut menyembah. Bagaimana sikap umat? Dalam Pedoman Umum Misale Romawi hanya dikatakan umat berlutut. Tetapi di samping itu dapat dilaksanakan tata gerak lain yang berkaitan dengan apa yang dilakukan imam, yakni: pada saat imam memperlihatkan hosti/anggur, umat menatapnya, dan pada waktu imam berlutut menyembah, umat pun ikut menyatakan hormat yang bisa diungkapkan dengan membuat sembah, membungkuk, dlsb. Pada hari-hari raya penghormatan juga dinyatakan dengan pembakaran dupa, misalnya.

Pendalaman

1. Carilah DSA III dalam buku doa (Puji Syukur atau Tata Perayaan Ekaristi) Anda. Tunjukkan bagian Kisah Institusi dalam DSA itu!
2. Apa inti Kisah Institusi?
3. Apa maksudnya kalau dikatakan bahwa kata-kata konsekrasi itu mujarab?
4. Apa yang harus kita lakukan pada waktu imam memperlihatkan hosti kudus atau piala? Coba peragakan!



67 Bdk. PUMR 79d.
68 Lihat PUMR 43.

Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

"Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Kis 13:26-33; Mzm 2:6-11; Yoh 14:1-6)


"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Kita semua umat beriman kiranya mendambakan akan hidup mulia dan berbahagia selama-lamanya di sorga bersama Allah setelah meninggal dunia, mengakhiri perjalanan hidup di dunia yang sarat dengan tantangan, masalah dan hambatan ini. Kita datang dari sorga/Allah dan pada suatu saat harus kembali ke sorga/Allah untuk hidup mulia selamanya, itulah jati diri kita masing-masing. Maka baiklah selama hidup di dunia ini kita senantiasa setia pada iman kita, dan secara khusus kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus untuk menghayati sabda-Nya, yaitu "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku". Marilah kita hidup dan bertindak dengan meneladan cara hidup dan cara bertindak-Nya, menghayati sabda-sabda atau ajaran-ajaran-Nya di dalam hidup sehari-hari. Seluruh cara hidup dan bertindakNya maupun sabda-sabda-Nya kiranya dapat dipadatkan dalam penghayatan dan ajaran perihal cintakasih, maka sebagai orang yang percaya kepada-Nya marilah kita hidup saling mengasihi kapanpun dan dimanapun. Kita menjalani hidup kita dengan menelusuri kembali jalan yang telah dilalui Yesus, kita senantiasa melakukan apa yang benar serta menghidupkan atau menggairahkan orang lain. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk rajin dan penuh khitmat membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, guna mengenali lebih mendalam tentang pribadi Yesus sebagai `jalan, kebenaran dan hidup'.

"Hai saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita" (Kis 13:26), demikian kutipan dari apa yang disampaikan oleh para pewarta kabar gembira. Kutipan baiklah kita renungkan, entah kita sebagai pewarta kabar gembira atau penerima kabar gembira. Sebagai pewarta kabar gembira marilah kita tanpa takut dan gentar kemanapun pergi dan dimanapun berada senantiasa menyampaikan apa yang menggembirakan dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Kita ingatkan dan sadarkan saudara-saudari kita bahwa `kabar keselamatan iu sudah disampaikan kepada kita', yang menggejala dalam aneka bentuk perhatian dan kebaikan dari orang lain. Kemungkinan besar mayoritas dari kita adalah penerima kabar gembira, yang secara konkret kita senantiasa menerima perhatian dan kebaikan dari saudara-saudari kita, maka marilah kita hidup penuh syukur dan terima kasih karena telah menerima aneka bentuk perhatian dan kebaikan dari orang lain, sehingga kita dapat hidup sebagaimana adanya pada saat ini. "Baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah", marilah kita hayati hal itu sehingga kita layak disebut sebagai keturunan Abraham atau yang takut akan Allah. Menjadi keturunan Abraham berarti senantiasa taat dan setia kepada kehendak Allah, demikian juga takut akan Allah berarti mau tak mau harus melaksanakan kehendak Allah dalam situasi atau kondisi macam apapun. Dengan kata lain sebagai umat beriman kita diharapkan hidup penuh persaudaraan dan persahabatan sejati, karena kita sama-sama keturunan Abraham atau takut akan Allah. Maka hendaknya diajauhkan dan diberantas aneka macam bentuk kebencian, permusuhan, saling menjatuhkan atau saling menghancurkan.

"Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!" Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk." Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar" (Mzm 2:6-11)

Ign 20 Mei 2011

Bulan Liturgi hari ke 20: Epiklesis

20. Epiklesis

Epiklesis adalah doa mohon turunnya Roh Kudus. Dalam DSA ada dua doa epiklesis. Epikelesis I dipanjatkan sebelum konsekrasi, epiklesis II dipanjatkan sesudah konsekrasi.

a. Epiklesis I

Sambil mengulurkan tangan di atas roti dan anggur, imam berkata:

Maka kami mohon: Kuduskanlah persembahan ini dengan pencurahan Roh-Mu, agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih Tuhan kami, Yesus Kristus.

Dalam doa epiklesis ini Gereja memohon kuasa Roh Kudus, dan berdoa supaya bahan persembahan yang disampaikan oleh umat dikuduskan menjadi Tubuh dan Darah Kristus; juga supaya kurban murni itu menjadi sumber keselamatan bagi mereka yang akan menyambutnya dalam komuni. 64

Permohonan ini penting karena mengundang Roh Kudus, tetapi lebih penting lagi karena dengan permohonan ini persembahan yang telah disajikan umat sebagai tanda penyerahan diri, sekarang dipersatukan dengan persembahan diri Kristus yang dihadirkan Ekaristi ini.

Tata gerak imam dalam epiklesis ini adalah mengulurkan tangan, dan penguluran tangan ini merupakan lambang turunnya Roh Kudus. Saat ini adalah saat kudus. Maka umat perlu mengambil sikap doa yang khidmat dan khusyuk. Untuk menggarisbawahi saat kudus ini, putra altar membunyikan bel dan gong.

Sebelum kisah institusi, kita sudah memanjatkan doa epiklesis (I). Dalam epiklesis pertama itu, kita mohon agar kuasa Roh Kudus mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

b. Epiklesis II

Misalnya (DSA IV)

Ya Bapa, sudilah memandang kurban ini yang telah Engkau sediakan sendiri bagi Gereja-Mu. Perkenankanlah agar semua yang ikut menyantap roti yang satu dan minum dari piala yang sama ini, dihimpun oleh Roh Kudus menjadi satu tubuh. Semoga dalam Kristus mereka menjadi kurban yang hidup sebagai pujian bagi kemuliaan-Mu.

Ingatlah, ya Bapa, akan semua orang, terutama Paus kami..., Uskup kami..., 65 para uskup di seluruh dunia, para imam dan diakon, serta semua yang Engkau panggil untuk melayani umat-Mu; juga akan semua yang ikut dalam kurban-persembahan ini: semua yang hadir di sini, seluruh umat-Mu, dan semua yang mencari Engkau dengan tulus hati. bagi mereka semua Kurban ini kami persembahkan.


Dalam epiklesis kedua ini kita mohon kepada Allah Bapa, supaya mengutus Roh Kudus khususnya untuk mempersatukan. Dalam permohonan-permohonan ini tampak nyata bahwa Ekaristi dirayakan dalam persekutuan dengan seluruh Gereja, baik yang ada di surga maupun yang ada di bumi; dan juga jelas bahwa kurban Ekaristi diadakan bagi kesejahteraan seluruh Gereja dan semua anggotanya, baik yang hidup maupun yang telah mati, karena semuanya dipanggil untuk mengenyam hasil penebusan dan keselamatan yang diperoleh lewat Tubuh dan Darah Kristus. 66

Sebagai wujud partisipasi, pada bagian ini kita dapat menghadirkan persekutuan jemaat kita (lingkungan, wilayah, paroki): kalau jemaat kita belum sungguh bersekutu, kita mohon agar dipersekutukan, agar kendala-kendala persekutuan dijauhkan; kalau sudah bersekutu, kita mohon persekutuan itu ditingkatkan, dihangatkan. Tetapi kita tidak hanya mohon persekutuan umat lokal (lingkungan, wilayah, dan paroki kita sendiri), melainkan juga lingkup keuskupan, regio, negara, bahkan semesta: Kita mohon agar seluruh Gereja bersatu padu di bawah Bapa Suci.

Pendalaman

1. Apa artinya epiklesis?
2. Dalam DSA ada berapa epiklesis? Apa yang dimohon dalam epiklesis I? Apa yang dimohon dalam epiklesis II?
3. Sehubungan dengan permohonan dalam epiklesis II, sikap apa yang harus kita kembangkan a) dalam misa? b) dalam hidup sehari-hari sebagai orang beriman? Jelaskan!


64 PUMR 79c.
65 Di sini dapat disebut uskup koajutor atau uskup pembantu, atau uskup lain, sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Umum Misale Romawi, no. 149.
66 Lihat PUMR 79g.



Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

"Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus ia menerima Aku" (Kis 13:13-25; Mzm 67:2-3.5-6; Yoh 13:16-20)


Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku" (Yoh 12;44-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Dimensi missioner atau sebagai yang diutus itulah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan hari ini sebagai orang beriman atau beragama. Sebagai yang diutus, entah diutus apapun, kita harapkan jujur, disiplin, setia dan taat kepada apa yang disampaikan oleh yang mengutus kita. Sebagai orang beriman atau beragama kita dipanggil untuk meneruskan sabda-sabda atau firman-firman Tuhan, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing. Kita dipanggil untuk meneladan Yesus, yang datang bukan untuk menghakimi, melainkan menyelamatkan, maka hendaknya kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada senantiasa fungsional menyelamatkan sesama serta lingkungan hidupnya. Seluruh isi sabda atau firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci hemat saya demi keselamatan umat manusia di dunia ini, terutama keselamatan jiwanya. Kehadiran dan sepak terjang kita dimanpun dan kapanpun hendaknya menjadi warta gembira atau keselamatan bagi saudara-saudari kita, sebagai bukti bahwa kita sungguh beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, bersama dan bersatu dengan Tuhan terus menerus.Kami berharap kita semua setiap hari rajin membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, sehingga Roh-Nya tertulis dalam hati dan jiwa kita dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita tidak lain adalah hanya melaksanakan kehendak atau perintah Tuhan dan tak pernah hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi.

"Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi." (Kis 13:4-5a), demikian info perihal para murid Yesus yang taat dan setia pada dorongan Roh Kudus. Sebagai yang diutus kita dipanggil untuk taat dan setia pada perintah Roh Kudus.Perintah atau dorongan Roh Kudus antara lain dapat kita temukan dalam kehendak baik diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, maka marilah kita saling mendengarkan dan mensharingkan kehendak baik kita untuk kemudian kita satukan menjadi visi-misi bersama. Visi-misi kiranya dapat satu namun wujud konkret apa yang harus kita lakukan sebagai utusan dapat berbeda satu sama lain. Jika kita harus "pergi", yang berarti harus keluar dari diri sendiri alias tidak egois, hendaknya segera ditaati atau dilaksanakan. Kita harus keluar dari diri sendiri, artinya tidak terkurung hanya memperhatikan diri sendiri, tetapi dengan rela dan jiwa besar berani mengorbankan diri demi keselamatan orang lain, dan untuk itu ada kemungkinan kita harus pergi jauh, pindah tugas dan tempat. Dengan kata lain sebagai yang diutus kita semua hendaknya memiliki sikap mental siap sedia untuk berubah atau memperbaharui diri. Marilah membuka hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita bagi saudara-saudari kita yang membutuhkan pertolongan, terutama demi keselamatan jiwa mereka. Hendaknya anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dilatih atau dibiasakan untuk peka terhadap orang lain. Hendaknya juga disadari dan dihayati bahwa masing-masing dari kita tak akan mungkin hidup bahagia, selamat dan damai sejahtera jika hanya hidup sendirian. Kebahagiaan, keselamatan atau damai sejahtera sejati terjadi dalam kebersaman yang dijiwai oleh semangat saling mengasihi, memberi dan menerima.

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu" (Mzm 67:2-3.5-6)
K
18 Mei 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”. (Kis 11:19-26; Mzm 87:1-4; Yoh 10:22-30)


“Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.Aku dan Bapa adalah satu." (Yoh 10:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kesatuan Yesus sebagai Gembala yang baik dengan Bapa yang mengutus-Nya juga dihayati dalam kesatuan-Nya dengan mereka yang percaya kepada-Nya. Siapapun yang percaya kepada-Nya tak akan mungkin jatuh ke tangan orang jahat atau berbuat jahat, melakukan tindakan-tindakan amoral. Dalam situasi dan kondisi apapun, kapanpun dan dimanapun mereka yang percaya kepada Tuhan alias sungguh beriman tak akan berbuat jahat, tahan terhadap aneka godaan atau rayuan setan untuk melakukan kejahatan. Memang untuk itu sebagai umat beriman atau beragama kita harus sungguh bersatu padu. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, demikian kata sebuah pepatah. Marilah sebagai umat beriman atau beragama masing-masing dari kita memberi kesaksian bahwa kita sungguh bersatu dengan Tuhan yang menjadi nyata atau konkret dalam kesatuan dengan sesama umat beriman atau beragama. Kami berharap kepada para pemimpin atau petinggi dalam kehidupan bersama yang mengaku diri sebagai yang beragama juga sungguh beriman, sehingga dapat menjadi teladan dalam kesatuan atau persahabatan. Semoga para politisi tidak dengan licik memecah belah umat atau warganegara demi kepentingan pribadi atau golongannya sendiri. Hendaknya kesatuan suami-isteri juga menjadi kekuatan untuk membangun kesatuan dengan sesamanya, sehingga dalam kehidupan bersama di masyarakat terjadi kesatuan sejati, dan tiada orang jahat satupun.

· “Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan”(Kis 11:19-20), demikian sekilas info perihal kehidupan umat perdana. “Bless in disguised” = rahmat terselubung, itulah yang terjadi: penganiayaan menimbulkan penyebararan sehingga Injil atau Kabar Baik juga disebarluaskan. Apa yang terjadi di lingkungan umat perdana ini kiranya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Marilah aneka penganiyaan atau penderitaan yang lahir karena kesetiaan pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita hayati sebagai kesempatan emas untuk menyebar. Dengan kata lain kepada rekan-rekan umat yang merasa sendirian, entah di tempat tinggal atau tempat kerja, kami harapkan menghayatinya sebagai kesempatan emas untuk mewartakan Kabar Baik, memberi kesaksian sebagai umat beriman. Kita hayati aneka tantangan, masalah atau hambatan bagaikan ‘api yang membakar emas murni’, sehingga semakin ditantang, dihambat atau dipermasalahkan berarti semakin beriman, semakin setia kepada Tuhan, semakin setia pada panggilan dan tugas pengutusan. Marilah kita hayati semangat kemartiran iman kita dalam aneka tantangan, hambatan atau masalah. Kita juga dapat belajar dari umat perdana, yaitu ketika tak mungkin menghadapi tantangan, masalah atau hambatan yang ada, baiknya untuk sementara menyingkir atau mengundurkan diri untuk mengusahakan kemungkinan-kemungkinan bersama dengan Tuhan dalam mengatasi masalah, tantangan atau hambatan tersebut, sebagai bentuk penghayatan bahwa kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan, karena Tuhan tak pernah mungkin dibatasi oleh ruang dan waktu.

“Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah. Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sana." (Mzm 87:1-4)


17 Mei 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ

Bulan Liturgi hari ke 19: Kudus

19. Kudus

Mengakhiri prefasi, imam mengatupkan tangan, dan bersama umat melagukan/mengucapkan aklamasi Kudus:

Kudus, kudus, kuduslah Tuhan - Allah segala kuasa. - Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. - Terpujilah Engkau di surga. - Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan. - Terpujilah Engkau di surga.

Terpesona oleh kebaikan dan keagungan Allah yang diungkapkan dalam prefasi, dengan penuh kegembiraan umat melambungkan aklamasi “Kudus,” yang seyogyanya selalu dilagukan, bahkan juga dalam misa-misa yang sederhana. 63 Bersatu dengan Gereja surgawi, dengan para malaikat dan para kudus, kita mengumandangkan madah “Kudus”.

Teks lagu ini diambil dari Alkitab, menuturkan penglihatan surgawi Yesaya dan Yohanes. Nabi Yesaya melihat Allah duduk di atas singgasana yang mulia. Para serafim berdiri di hadapan Allah sambil bernyanyi: “Kudus, kudus, kudus, Tuhan segala Tuhan. Seluruh bumi penuh dengan kemuliaan-Nya” (Yes. 6:3). Santo Yohanes melihat empat makhluk bersayap, yang siang dan malam tanpa henti berseru: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah yang mahakuasa, yang sudah ada, yang ada dan yang akan ada” (Why 4:8).

Aklamasi “Kudus” diarahkan kepada Allah Bapa, sedangkan “Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan” ditujukan kepada Kristus.

Sedari hakikatnya, aklamasi “kudus” harus dinyanyikan, dan dinyanyikan oleh seluruh umat, sebab merupakan pekik aklamasi, sorak-sorai, seruan kegembiraan, nyanyian yang gegap gempita dari umat. Maka umat perlu dilibatkan dan diajak melagukan aklamasi ini dengan segenap hati; kalau suatu lagu Kudus belum dikuasi umat, dirigen harus melatih mereka sebelum Perayaan Ekaristi.

Tips: Latihan

Hendaknya umat dilatih melagukan nyanyian Kudus dengan baik.

Pendalaman
1. Aslinya, “Kudus” itu nyanyian siapa? Dan dilagukan di mana?
2. Mengapa “Kudus” seyogyanya dilagukan?
3. Melagukan “Kudus” berarti menggabungkan diri dalam kidung pujian para penghuni surga. Bagaimana seharusnya sikap dan cara kita menyanyikan “Kudus”?



Musik dalam Ibadat Katolik, no. 54.



Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi - Ernest Mariyanto

Santo Fransiskus Assisi Menghayati Injil Secara Penuh



Fransiskus sebenarnya bukanlah nama yang sebenarnya. Fransiskus itu sebutan. Fransiskus dibaptis dengan nama Yohanes. Tetapi orang tuanya kerap berpergian ke Perancis untuk keperluan bisnis dan Fransiskus sendiri kadang-kadang bernyanyi dalam bahasa Perancis. Maka teman-temannya memberinya nama "Francisco" atau anak kecil Perancis. Maka nama Fransiskus tertanam dan melekat di dalam dirinya. Nama Yohanes hilang dan Fransiskus terus digunakan.

Fransiskus muda hidup bersenang-senang dan berhura-hura. Secara perwatakan ia riang dan gembira. Ia terkenal di kalangan pemuda-pemuda seusianya. Apalagi Fransiskus mempunyai uang dan kebebasan dari orang tuanya. Segalanya ada di dalam dirinya. Namun teman-teman pada waktu itu melihat bahwa akhir-akhir ini Fransiskus tampak menjadi serius kurang banyak bicara dan menarik diri, diam bahkan penuh sikap doa. Mereka menggodanya jangan-jangan Fransiskus jatuh cinta karena umurnya sudah 25 tahun dan tidak pernah berbicara tentang pernikahan. Teman-teman itu keluru dalam menilai gejala-gejala karena Fransiskus sebenarnya telah ditaklukkan, bukan oleh wanita melainkan oleh Allah sendiri. Pertobatannya tidak sedramatis dan setiba-tiba seperti pertobatan Santo Paulus. Pertobatan Fransiskus menyerupai proses pertobatan Santo Agustinus yang pelan dan ada akhirnya mengubahnya. Pada waktu itu Assisi dikelilingi kapel-kapel kecil. Salah satunya adalah kapel San Damiano. Kapel itu terletak pada ujung jalan berbatu karang yang kedua sisinya ditumbuhi pohon-pohon Zaitun dan berbau semerbak bunga-bunga rosemary. Fransiskus mengundurkan diri ke tempat sunyi di reruntuhan kapel itu untuk berdoa di hadapan salib Byzantine. Tiba-tiba patung Yesus membuka bibirnya dan memanggil namanya: "Fransiskus, bangunlah Gereja-Ku". Kata-kata itu menyentuh hati Fransiskus dan dia berniat melaksanakan perintah tersebut.

Ayah Fransiskus, Petrus Bernardone amat sangat marah, karena mengira Fransiskus telah melarikan diri dengan hasil penjualan kain di Foligno yang tidak jauh dari Assisi. Ia membawa pulang Fransiskus dengan paksa, merantainya dan menguncinya di sebuah kamar yang gelap, yang kotor menyerupai tempat penahanan orang di bawah tanah karena ia yakin bahwa anaknya telah menjadi pencuri. Petrus Bernardone membawa anaknya ke pengadilan. Tetapi Fransiskus naik banding ke uskup. Pemerintah tidak dapat melanjutkan proses pengadilan karena naik banding semacam itu dianggap legal.

Dalam sekejap Fransiskus mengerti bahwa Tuhan tidak mengutusnya untuk memugar bangunan material, melainkan untuk bekerjasama dalam membangun kembali Gereja yang menghadapi keruntuhan. Fransiskus memandang masa depannya penuh percaya diri. Pertobatannya telah lengkap namun dibutuhkan waktu lebih dari 2 tahun baginya untuk menghilangkan ketidakpastian dan keragu-raguan yang mengaburkan pandangannya seperti kabut yang menyelubungi. Usianya 26 tahun. Anak muda yang dulu suka berpakaian indah berwarna-warni sekarang berpakaian kasar berwarna coklat, khas pakaian orang Assisi. Ia telah membuang korset. Mungkin pada korset itu ia dulu telah membawa dombet atau pundi-pundi uangnya. Ia mengambil seutas tali begitu saja dan mengikatkan melingkar pada pinggangnya, kurang lebih seperti seorang gelandangan yang mengikat barang-barang yang amat sedikit dengan seutas kali. Sepuluh tahun kemudian pakaian yang sederhana itu menjadi pakaian seragam 5000 orang. Itulah pakaian para Fransiskan.

Dilihat dari perwatakannya, Fransiskus adalah anak muda yang riang gembira dengan keceriahan yang tak dapat ditutup-tutupi. Sesegera sesudah pemisahan diri dari ayahnya, ia meninggalkan rumahnya dan berjalan sendiri di antara pohon-pohon yang membeku. Dalam perjalanan itu ia berjumpa dengan perampok-perampok yang melemparkannya ke selokan yang penuh salju. Namun ia terus bernyanyi. Ia biasa berkata, "Kegembiraan spiritual sama perlunya untuk jiwa seperti darah untuk tubuh". Baginya orang muram bukanlah orang Kristiani dan wajah kelabu tidak mempunyai tempat dalam spiritualnya. Hal ini menjelaskan mengapa ia tidak pernah percaya austeritas, kekerasan badani. "Saudara kita tubuh memerlukan sejumlah makanan dan sejumlah waktu tidur, dan jika kalian tidak memberinya, tubuh tidak akan melayani kalian." Dan bagi Fransiskus setiap ciptaan dilihat dari segi individualitasnya. Baginya sebatang pohon adalah saudara laki-laki, sekuntum bunga adalah saudara perempuan. Bukankah di kemudian hari ia akan menyanyikan matahari sebagai saudara laki-laki, dan bulan sebagai saudara perempuan?

Dalam arti tertentu Fransiskus memiliki psikologi seorang anak. Seorang anak akan mengerti dan berbicara dengan seekor kucing dan anjing. Orang yang riang gembira ini melakukan sesuatu yang sensasional. Ia hanya mempunyai 12 teman, namun ia memutuskan untuk pergi ke Roma dan mendapatkan persetujuan bagi kelompok kecilnya ini dari Paus. Diperkuat berkat Paus, Innocentius, Ordo baru yang didirikan Fransiskus berkembang pesat dan luas. Segera saja rahib-rahib Fransiskan tersebar ke seluruh Eroba seperti banjir berwarna coklat. Pada waktu Fransiskus meninggal tahun 1226 sudah ada 72 Provinsi Fransiskan mandiri. Tetapi dalam arti tertentu perkembangan yang mengagumkan itu juga merupakan kehancurannya. Fransiskus adalah seorang kharismatik kelas wahid. Tetapi orang tidak dapat menjalankan sebuah kongregasi besar hanya atas dasar karisma saja, betapa pun hebat dan sejatinya. Kharisma tanpa dukungan struktur yuridis pasti cenderung menipis dan lenyap.

Fransiskus mengalami hal yang disebut godaan besar. Cobaan itu merupakan cobaan khas, lama dan kejam yang berakhir 3 sampai 4 tahun selama hidupnya di dunia, pada waktu ia sedih dan susah. Keragu-raguan menyerangnya dari segala penjuru. Ia mengalami kecemasan, seperti ditinggalkan bahkan oleh Allah.

Tanggal 3 Oktober datang, hari terakhir Fransiskus di dunia. Segera sesudah melihat kematian masuk ke ruangnya, ia berseru, "Selamat datang saudara kematian. Kematian itulah yang akan memasukkan saya ke hdiup abadi." Kemudian rahib-rahib membaringkannya ke tanah dan memercikinya dengan debu dan abu. Fransiskus mendaraskan Mazmur 141: "Keluarkanlah jiwa saya dari penjara, supaya saya dapat memuji nama-Mu" Ia meninggal sambil bernyanyi. Ia baru berumur 45 tahun dan 2 tahun kemudian dikanonisasi, dinyatakan kudus.

“Seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”. (Kis 11:19-26; Mzm 87:1-4; Yoh 10:22-30)

“Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu." (Yoh 10:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kesatuan Yesus sebagai Gembala yang baik dengan Bapa yang mengutus-Nya juga dihayati dalam kesatuan-Nya dengan mereka yang percaya kepada-Nya. Siapapun yang percaya kepada-Nya tak akan mungkin jatuh ke tangan orang jahat atau berbuat jahat, melakukan tindakan-tindakan amoral. Dalam situasi dan kondisi apapun, kapanpun dan dimanapun mereka yang percaya kepada Tuhan alias sungguh beriman tak akan berbuat jahat, tahan terhadap aneka godaan atau rayuan setan untuk melakukan kejahatan. Memang untuk itu sebagai umat beriman atau beragama kita harus sungguh bersatu padu. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”, demikian kata sebuah pepatah. Marilah sebagai umat beriman atau beragama masing-masing dari kita memberi kesaksian bahwa kita sungguh bersatu dengan Tuhan yang menjadi nyata atau konkret dalam kesatuan dengan sesama umat beriman atau beragama. Kami berharap kepada para pemimpin atau petinggi dalam kehidupan bersama yang mengaku diri sebagai yang beragama juga sungguh beriman, sehingga dapat menjadi teladan dalam kesatuan atau persahabatan. Semoga para politici tidak dengan licik memecah belah umat atau warganegara demi kepentingan pribadi atau golongannya sendiri. Hendaknya kesatuan suami-isteri juga menjadi kekuatan untuk membangun kesatuan dengan sesamanya, sehingga dalam kehidupan bersama di masyarakat terjadi kesatuan sejati, dan tiada orang jahat satupun.

· “Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan”(Kis 11:19-20), demikian sekilas info perihal kehidupan umat perdana. “Bless in disguised” = rahmat terselubung, itulah yang terjadi: penganiayaan menimbulkan penyebararan sehingga Injil atau Kabar Baik juga disebarluaskan. Apa yang terjadi di lingkungan umat perdana ini kiranya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Marilah aneka penganiyaan atau penderitaan yang lahir karena kesetiaan pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita hayati sebagai kesempatan emas untuk menyebar. Dengan kata lain kepada rekan-rekan umat yang merasa sendirian, entah di tempat tinggal atau tempat kerja, kami harapkan menghayatinya sebagai kesempatan emas untuk mewartakan Kabar Baik, memberi kesaksian sebagai umat beriman. Kita hayati aneka tantangan, masalah atau hambatan bagaikan ‘api yang membakar emas murni’, sehingga semakin ditantang, dihambat atau dipermasalahkan berarti semakin beriman, semakin setia kepada Tuhan, semakin setia pada panggilan dan tugas pengutusan. Marilah kita hayati semangat kemartiran iman kita dalam aneka tantangan, hambatan atau masalah. Kita juga dapat belajar dari umat perdana, yaitu ketika tak mungkin menghadapi tantangan, masalah atau hambatan yang ada, baiknya untuk sementara menyingkir atau mengundurkan diri untuk mengusahakan kemungkinan-kemungkinan bersama dengan Tuhan dalam mengatasi masalah, tantangan atau hambatan tersebut, sebagai bentuk penghayatan bahwa kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan, karena Tuhan tak pernah mungkin dibatasi oleh ruang dan waktu.

“Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah. Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sana." (Mzm 87:1-4)


17 Mei 2011

Romo Ign Sumarya, SJ