Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku" (Yoh 12;44-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Dimensi missioner atau sebagai yang diutus itulah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan hari ini sebagai orang beriman atau beragama. Sebagai yang diutus, entah diutus apapun, kita harapkan jujur, disiplin, setia dan taat kepada apa yang disampaikan oleh yang mengutus kita. Sebagai orang beriman atau beragama kita dipanggil untuk meneruskan sabda-sabda atau firman-firman Tuhan, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing. Kita dipanggil untuk meneladan Yesus, yang datang bukan untuk menghakimi, melainkan menyelamatkan, maka hendaknya kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada senantiasa fungsional menyelamatkan sesama serta lingkungan hidupnya. Seluruh isi sabda atau firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci hemat saya demi keselamatan umat manusia di dunia ini, terutama keselamatan jiwanya. Kehadiran dan sepak terjang kita dimanpun dan kapanpun hendaknya menjadi warta gembira atau keselamatan bagi saudara-saudari kita, sebagai bukti bahwa kita sungguh beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, bersama dan bersatu dengan Tuhan terus menerus.Kami berharap kita semua setiap hari rajin membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, sehingga Roh-Nya tertulis dalam hati dan jiwa kita dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita tidak lain adalah hanya melaksanakan kehendak atau perintah Tuhan dan tak pernah hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi.
"Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi." (Kis 13:4-5a), demikian info perihal para murid Yesus yang taat dan setia pada dorongan Roh Kudus. Sebagai yang diutus kita dipanggil untuk taat dan setia pada perintah Roh Kudus.Perintah atau dorongan Roh Kudus antara lain dapat kita temukan dalam kehendak baik diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, maka marilah kita saling mendengarkan dan mensharingkan kehendak baik kita untuk kemudian kita satukan menjadi visi-misi bersama. Visi-misi kiranya dapat satu namun wujud konkret apa yang harus kita lakukan sebagai utusan dapat berbeda satu sama lain. Jika kita harus "pergi", yang berarti harus keluar dari diri sendiri alias tidak egois, hendaknya segera ditaati atau dilaksanakan. Kita harus keluar dari diri sendiri, artinya tidak terkurung hanya memperhatikan diri sendiri, tetapi dengan rela dan jiwa besar berani mengorbankan diri demi keselamatan orang lain, dan untuk itu ada kemungkinan kita harus pergi jauh, pindah tugas dan tempat. Dengan kata lain sebagai yang diutus kita semua hendaknya memiliki sikap mental siap sedia untuk berubah atau memperbaharui diri. Marilah membuka hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita bagi saudara-saudari kita yang membutuhkan pertolongan, terutama demi keselamatan jiwa mereka. Hendaknya anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dilatih atau dibiasakan untuk peka terhadap orang lain. Hendaknya juga disadari dan dihayati bahwa masing-masing dari kita tak akan mungkin hidup bahagia, selamat dan damai sejahtera jika hanya hidup sendirian. Kebahagiaan, keselamatan atau damai sejahtera sejati terjadi dalam kebersaman yang dijiwai oleh semangat saling mengasihi, memberi dan menerima.
"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu" (Mzm 67:2-3.5-6)
K
18 Mei 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Dimensi missioner atau sebagai yang diutus itulah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan hari ini sebagai orang beriman atau beragama. Sebagai yang diutus, entah diutus apapun, kita harapkan jujur, disiplin, setia dan taat kepada apa yang disampaikan oleh yang mengutus kita. Sebagai orang beriman atau beragama kita dipanggil untuk meneruskan sabda-sabda atau firman-firman Tuhan, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing. Kita dipanggil untuk meneladan Yesus, yang datang bukan untuk menghakimi, melainkan menyelamatkan, maka hendaknya kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada senantiasa fungsional menyelamatkan sesama serta lingkungan hidupnya. Seluruh isi sabda atau firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci hemat saya demi keselamatan umat manusia di dunia ini, terutama keselamatan jiwanya. Kehadiran dan sepak terjang kita dimanpun dan kapanpun hendaknya menjadi warta gembira atau keselamatan bagi saudara-saudari kita, sebagai bukti bahwa kita sungguh beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, bersama dan bersatu dengan Tuhan terus menerus.Kami berharap kita semua setiap hari rajin membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, sehingga Roh-Nya tertulis dalam hati dan jiwa kita dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita tidak lain adalah hanya melaksanakan kehendak atau perintah Tuhan dan tak pernah hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi.
"Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi." (Kis 13:4-5a), demikian info perihal para murid Yesus yang taat dan setia pada dorongan Roh Kudus. Sebagai yang diutus kita dipanggil untuk taat dan setia pada perintah Roh Kudus.Perintah atau dorongan Roh Kudus antara lain dapat kita temukan dalam kehendak baik diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, maka marilah kita saling mendengarkan dan mensharingkan kehendak baik kita untuk kemudian kita satukan menjadi visi-misi bersama. Visi-misi kiranya dapat satu namun wujud konkret apa yang harus kita lakukan sebagai utusan dapat berbeda satu sama lain. Jika kita harus "pergi", yang berarti harus keluar dari diri sendiri alias tidak egois, hendaknya segera ditaati atau dilaksanakan. Kita harus keluar dari diri sendiri, artinya tidak terkurung hanya memperhatikan diri sendiri, tetapi dengan rela dan jiwa besar berani mengorbankan diri demi keselamatan orang lain, dan untuk itu ada kemungkinan kita harus pergi jauh, pindah tugas dan tempat. Dengan kata lain sebagai yang diutus kita semua hendaknya memiliki sikap mental siap sedia untuk berubah atau memperbaharui diri. Marilah membuka hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita bagi saudara-saudari kita yang membutuhkan pertolongan, terutama demi keselamatan jiwa mereka. Hendaknya anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dilatih atau dibiasakan untuk peka terhadap orang lain. Hendaknya juga disadari dan dihayati bahwa masing-masing dari kita tak akan mungkin hidup bahagia, selamat dan damai sejahtera jika hanya hidup sendirian. Kebahagiaan, keselamatan atau damai sejahtera sejati terjadi dalam kebersaman yang dijiwai oleh semangat saling mengasihi, memberi dan menerima.
"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu" (Mzm 67:2-3.5-6)
18 Mei 2011
Romo Ignatius Sumarya, SJ