"Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" (Ibr 11:32-40; Mzm 31:20-22; Luk 5:1-20)

“Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak." Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.” (Luk 5:1-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Bagi rekan-rekan umat Islam pada umumnya ‘babi’ merupakan makanan najis alias tidak boleh dikonsumsi. Hal ini kiranya bersumber dari tradisi di Timur Tengah zaman dahulu, sebagaimana juga dicacat sebagai ceritera oleh Penginjil Lukas dalam Warta Gembira hari ini. Setan atau roh jahat minta kepada Yesus agar dipindahkan ke kawanan babi, dengan kata lain babi merupakan tempat bercokolnya setan. Dan mungkin untuk beberapa orang hal ini secara fisik memang benar, mengingat dan memperhatikan lemak pada daging babi mengandung kolesterol tinggi, maka untuk beberapa orang memang ada bahaya besar untuk mengkonsumsi babi, karena kolesterol terlalu tinggi pada tubuh ada bahaya penyumbatan saluran oksigen ke jantung, yang pada gilirannya kematian orang yang bersangkutan. Lepas dari itu semua, hemat saya yang dimaksudkan dengan kisah di atas adalah bahwa Yesus, Tuhan mampu mengalahkan setan, maka jika kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan akan mampu mengalahkan setan, godaan atau rayuan setan untuk melakukan kejahatan. Maka marilah kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun agar kita terbebaskan dari aneka macam godaan setan. Biarlah dengan demikian diri kita tersiarkan ke mana-mana dan yang disiarkan atau disebarluaskan dari diri kita adalah apa-apa yang baik, mulia dan luhur serta memotivasi orang lain untuk memuji, memuliakan dan menghormati Tuhan dalam hidup sehari-hari.

· “Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.” (Ibr 11:40). Teks ini memberi kesan perihal kita yang beriman kepada Tuhan adalah orang sombong, namun hemat saya yang dimaksudkan tidak lain adalah agar kita sebagai umat beriman tidak tinggal diam ketika ada sesuatu yang tidak baik di hadapan kita. Kita diharapkan segera bertindak untuk memperbaiki apa yang tidak baik, mengatur apa yang amburadul atau tidak teratur, membangun kembali yang hancur atau rusak dst.. Pesan di atas ini kiranya baik untuk direnungkan dan dihayati oleh para orangtua, guru/pendidik atau pembina, yang memiliki tugas dan panggilan utama untuk membina atau mendidik anak-anak atau generasi muda. Pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa kita menjadi pribadi sebagaimana adanya pada saat ini tidak lain karena binaan atau didikan orangtua, guru/pendidik dan pembina, yang dengan segala pengorbanan dan cintakasih telah mendidik dan membina kita. Kami berharap kepada para orangtua, guru/pendidik maupun pembina untuk menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan seoptimal mungkin sesuai dengan kemungkinan dan kesempatan yang ada. Kepada semuanya kami harapkan memberi perhatian yang memadai kepada para guru/pendidik, yang telah membantu para orangtua dalam mendidik dan mendampingi anak-anak mereka. Perhatian anda dapat diwujudkan dengan sering mendoakan atau memberi bantuan yang dibutuhkan dalam proses pendidikan atau pembinaan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.

“Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia! Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah. Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan” (Mzm 31:20-22)

Senin,  4 Februari 2013


Romo Ignatius Sumarya, SJ