“Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus” (Luk 9:23-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Sta. Agata, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Menjadi orang beriman berarti membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan sehingga cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa mengikuti kehendak dan perintah Tuhan. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua agar dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun senantiasa mengutamakan atau mengedepankan keselamatan jiwa manusia, bukan untuk memperoleh harta benda atau uang sebanyak-banyaknya, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang bersikap mental materialistis saat ini yang menghalalkan semua cara dan jalan untuk memperkaya diri sendiri antara lain melakukan korupsi. Juga ada orang-orang yang hanya mengejar dan mengusahakan kenikmatan hubungan seksual saja, sehingga masih sama-sama bujang atau perawan serta kuliah sudah berhubungan seks bebas. Sta. Agata yang kita kenangkan hari ini adalah orang yang mengucapkan kaul kemurnian atau keperawanan serta mengabdikan pada iman, secara khusus memperhatikan mereka yang sakit dan miskin. Ia tetap hidup sebagai perawan dan bekerja keras membantu mereka yang sakit dan miskin. Perkenankan secara khusus saya mengingatkan dan mengajak rekan-rekan perempuan yang masih gadis atau remaja alias belum berkeluarga atau belum menikah untuk mempertahankan keperawanannya dan kelak hanya mempersembahkan keperawanan kepada yang terkasih, entah itu berarti laki-laki yang menjadi suaminya atau syukur kepada Tuhan dengan menjadi suster atau biarawati. Semoga di antara anda ada yang tergerak untuk menggabungkan diri pada Tarekat atau Lembaga Hidup Bakti dengan menjadi suster, dan akhirnya secara khusus juga melayani mereka yang sakit maupun miskin.
· “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.” (1Kor 1:26-29). Yang dipanggil untuk menjadi rasul-rasul pertama adalah orang-orang bodoh, para nelayan, demikian juga yang menerima warta gembira kelahiran Penyelamat Dunia pertama-tama adalah orang bodoh juga yaitu para gembala domba. Demikian juga mereka yang terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster pada umumnya adalah mereka yang berasal dari keluarga miskin atau bodoh. Baik kaya atau miskin, pandai atau bodoh kita semua sebagai orang beriman diharapkan senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati. Kami juga berharap kepada orang-orang kaya atau berduit untuk dengan besar hati dan rela berkorban membantu pendidikan imam, bruder atau suster, entah secara langsung kepada seminari atau novisiat yang bersangkutan atau melalui atasan seminari atau novisiat. Dengan rendah hati kami juga mengharapkan bantuan anda untuk Seminari Menengah Mertoyudan, karena sampai kini kurang lebih 50% beaya penyelenggaraan Seminari Mertoyudan tergantung dari para donator. Dari beberapa keuskupan, di luar KAS, kami dengar rekan-rekan pastor mendorong mereka yang tergerak menjadi imam agar belajar di Seminari Mertoyudan, semoga pastor yang bersangkutan juga tergerak untuk mengumpulkan sumbangan dari umat bagi Seminari Mertoyudan.
“Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku” (Mzm 31:3c-4)
Selasa, 5 Februari 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ