HOMILI: Hari Minggu Adven III (Zef 3:14-18a; MT Yes 12:2-5; Flp 4:4-7; Luk 3:10-18)

"Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"
Kutipan judul di atas ini kiranya senada dengan perjalanan akhir dalam Latihan Rohani St.Ignatius Loyola pada Minggu Pertama, dimana setelah retretan diajak mawas diri untuk menyadari dosa dan kerapuhan dirinya, kemudian akan bertanya pada dirinya sendiri: ”Apa yang harus kuperbuat?”. Pertanyaan muncul karena menyadari diri sebagai orang berdosa yang telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah. Kami percaya kita semua setelah kurang lebih menelusuri masa Adven juga mengadakan mawas diri, serta menyadari diri sebagai orang berdosa dan mempertanyakan “apa yang harus saya perbuat”. Maka baiklah sesuai dengan Warta Gembira hari ini ada tiga profesi diangkat, yaitu: orang kaya, pemungut cukai atau militer dan mungkin anda terkait dengan profesi tersebut hendaknya mawas diri dan menanggapi sabda-sabda di bawah ini.
"Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian." (Luk 3:11)
Sabda di atas ini kiranya terarah bagi orang-orang kaya atau berkecukupan dalam hal harta benda atau kebutuhan hidup sehari-hari. Anda semua diharapkan uutuk berbagi kepada sesama alias solider terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup atau kerja anda,  dan sekiranya di lingkungan hidup dan kerja anda tidak ada yang sungguh membutuhkan bantuan, hendaknya solidaritas anda disalurkan melalui instansi Gerejani atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam pelayanan terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan. Solidaritas anda kiranya juga dapat disalurkan secara langsung ke panti-panti social atau panti-panti asuhan, tanpa pandang bulu atau SARA.
Jati diri manusia adalah social, artinya dari lubuk hati manusia yang terdalam ada kerinduan atau dambaan untuk hidup bersama dengan orang lain, sebagaimana disabdakan oleh Allah, yaitu bahwa "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kej 2:11). Maka marilah kita bina diri kita maupun anak-anak kita perihal kepekaan terhadap orang lain, alias keutamaan social. Kami merasa dan melihat bahwa kepekaan social kebanyakan orang masa kini sungguh memprihatinkan, bahkan ada kecenderungan kuat dari kebanyakan orang untuk bersikap mental egois, hanya mengutamakan dan mengedepankan kepentingan pribadi, cari enaknya sendiri. Sebagai orang Indonesia marilah kita usahakan agar sila kelima dari Pancasila, yaitu “Keadilan social bagi seluruh bangsa” segera terwujud. Sungguh memprihatinkan jika dicermati bahwa departemen yang harus memperhatikan masalah social di negeri kita ini kurang melaksanakan tugasnya dengan baik, bahkan korupsi masih marak di lingkungan Departemen Sosial. 
            "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu. (Luk 3:13)
Kutipan di atas ini erat kaitannnya dalam pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam kiranya sungguh hidup dalam kehidupan bersama, tidak hanya secara pribadi atau perseorangan, tetapi juga secara organisatoris dan kenegaraan. Pinjam-meminjam memang juga merupakan salah satu bentuk penghayatan hidup dan kerja bersama, mengingat dan memperhatikan keterbatasan dan kelemahan masing-masing. Mereka yang berkekurangan dalam hal tertentu mencari pinjaman pada pihak lain, dan mereka yang merasa dapat memberi pinjaman pun dengan besar hati menanggapi secara positif, karena pada dirinya juga ada kekurangan tertentu. Memang masing-masing dari kita memiliki kelebihan dan kekurangan, dan selayaknya kemudian lalu saling meminjam.
Kita semua diingatkan agar mentaati tata tertib atau aturan pinjam-meminjam dengan baik dan benar, “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan”. Peringatan ini mungkin secara khusus terarah kepada para rentenir, yang pada umumnya mencekik orang-orang kecil dan miskin. Sungguh mengerikan bunga pinjaman yang harus dibayar kepada rentenir sebesar 20% (dua puluh persen) per bulan dari nominal sisa pinjaman yang ada, yang berarti bunga setahun lebih dari 100%.  Semoga para rentenir bertobat, dan kepada para pejabat pemerintahan di tingkat manapun kami ajak untuk memberantas rentenir yang menyengsarakan orang-orang kecil, miskin dan berkekurangan.      
"Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."  (Luk 3:14)
Sabda ini memang secara khusus terarah kepada para prajurit atau militer serta profesi yang terkait dengan militer, karena ditanyakan oleh prajurit. Aneka bentuk perampasan dan pemerasan yang dilakukan oleh oknum-oknum Angkatan Bersenjata di negeri ini rasanya masih marak terjadi. Ada oknum-oknum yang merampas atau memeras secara halus dengan kedok atau alasan keamanan: melindungi judi atau pelacuran dengan imbalan uang. Yang sungguh memprihatinkan adalah mereka yang seharusnya memperjuangkan kejujuran dan memberantas korupsi dan kejahatan justru melakukan korupsi tanpa malu. Mereka yang seharusnya melayani rakyat justru merampas hak rakyat atau memeras rakyat melalui aneka cara dan bentuk. Korupsi atau uang pelicin atau sogokan masa kini tidak disampaikan secara terbuka seperti dulu, melainkan disampaikan secara diam-diam, seperti di hotel, di restaurant/rumah makan, di halte bus atau tempat parkir dst..
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Flp 4:6-7), demikian pesan Paulus kepada umat di Filipi. Kutipan ini kiranya baik untuk direnungkan dan dihayati oleh mereka yang suka merampas dan memeras hak orang lain. Orang yang memiliki kebiasaan untuk memeras atau merampas pada umumnya dalam dirinya ada kekuatiran tentang kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Paulus mengingatkan kita semua bahwa jika kita memiliki kekuatiran akan kebutuhan dan kesejahteraan hidup, hendaknya menyatakan hal tersebut kepada Allah, artinya dengan rendah hati mohon bantuan dari Allah dan secara konkret mohon bantuan kepada saudara-saudari kita. Percayalah di dunia ini lebih banyak orang baik yang senantiasa siap sedia untuk membantu daripada orang pelit atau egois.    
"Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu.TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, seperti pada hari pertemuan raya."(Zef 3:16-18a). Kutipan ini kiranya baik untuk direnungkan dan dihayati oleh mereka yang memiliki kekuatiran akan kebutuhan dan kesejahteraan hidup. “Ia membaharui engkau dalam kasihNya”, inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan serta kemudian kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Serahkan kekuatiran anda kepada Tuhan, dan percayalah bahwa Tuhan akan memusnahkan kekuatiran anda.
“Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan. Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!” (Yes 12:2-5)
Minggu, 16 Desember 2012
 
Romo Ignatius Sumarya, SJ