“
Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa
ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus:
"Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan
Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal
dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak
Manusia akan menderita oleh mereka." Pada waktu itu mengertilah
murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis” (Mat 17:10-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Dalam
Sejarah Karya Penyelamatan nabi Elia dikenal sebagai nabi yang luar
biasa, maka sungguh mengesan bagi orang-orang Yahudi. Kepada mereka
memang juga dijanjikan akan datangnya Penyelamat Dunia atau Mesias, yang
berarti merupakan kedatangan kembali nabi Elia. Mesias atau Penyelamat
Dunia memang sudah mendatangi mereka, namun mereka tidak mengenalNya,
karena pikiran dan dambaan mereka berbeda dengan kehendak atau maksud
Allah. Dambaan orang-orang Yahudi adalah bahwa Penyelamat Dunia yang
akan datang bagaikan
tokoh-tokoh dunia, yang kaya raya, namun yang terjadi adalah bahwa Ia
datang dalam kesederhanaan dan kemiskinan. Hidup sederhana dan berjiwa
miskin memang merupakan salah satu cara untuk menyambut dan menerima
kedatangan Penyelamat Dunia, maka kami berharap kepada kita semua untuk
hidup sederhana dan berjiwa miskin alias hidup dan bertindak
sungguh ‘mendarat’, ‘turun kebawah’. Berjiwa miskin yang kami maksudkan
keterbukaan diri akan aneka kesempatan dan kemungkinan alias semangat
belajar dengan rendah hati. Kami berharap juga agar dalam rangka
mempersiapkan perayaan Natal dan Tahun Baru juga sederhana saja, tidak
bermewah-mewah dan berfoya-foya. Lebih baik dan lebih utama dana untuk
bermewah-mewah dan berfoya-foya disumbangkan bagi mereka yang miskin dan
berkekurangan atau mereka yang sungguh membutuhkan bantuan untuk hidup
layak. Kami berharap para tokoh yang berpengaruh dalam hidup bersama
dapat
menjadi teladan atau contoh dalam hidup sederhana dan berjiwa miskin.
Jauhkan sikap mental Farisi yang gila harta benda, kedudukan duniawi dan
kehormatan duniawi. Kami berharap kepada kita semua untuk membuka diri
terhadap kebenaran-kebenaran yang disampaikan oleh para pembawa dan
pejuang kebenaran di negeri kita tercinta ini.
· “Lalu
tampillah nabi Elia bagaikan api, yang perkataannya laksana obor
membakar. Kelaparan didatangkan-Nya atas mereka, dan jumlah mereka
dijadikannya sedikit berkat semangatnya. Atas firman Tuhan langit
dikunci olehnya, dan api diturunkannya sampai tiga kali. Betapa mulialah
engkau, hai Elia, dengan segala mujizatmu, dan siapa boleh
bermegah-megah bahwa sama dengan dikau?” (Sir 48:1-4) Api
memang dapat membakar habis apa
yang ada di permukaan bumi dan hanya emas mulia yang tak akan musnah
oleh api, sebaliknya ketika dibakar akan lebih kelihatan kemurnian dan
keasliannya. Dengan kata lain kutipan di atas mengingatkan dan mengajak
kita semua untuk senantiasa menghadirkan diri dalam kemurnian dan
keaslian, tidak pura-pura atau sandiwara. Pada zaman modern ini cukup
banyak orang tidak tampil murni dan asli lagi, karena entah oleh operasi
plastik atau pemakaian aneka assesori dalam dirinya. Kepada segenap
anggota Lembaga Hidup Bakti kami harapkan hidup dan bertindak sesuai
dengan semangat atau spiritualitas pendiri, yang telah terbukti tahan
uji dalam aneka tantangan, hambatan dan masalah selama perjalanan
sejarah ini. Maka jangan berusaha mengelabui diri dengan membelokkan
atau mengaburkan spiritualitas pendiri. Kutipan di atas juga
mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tampil asli dan murni: mereka
yang telah menjadi suami-isteri hendaknya menunjukkan diri sebagai
yang telah bersuami atau beristeri, tidak pura-pura masih lajang,
jejaka atau perawan. Demikian juga mereka yang masih bujang atau lajang
hendaknya menghayati masa bujang atau kemudaannya semurni dan seasli
mungkin, artinya tidak melakukan tindakan layaknya sebagai suami-isteri,
yaitu mengadakan hubungan seks dengan lawan jenis. Maka mereka yang
masih berpacaran kami harapkan setia pada jati dirinya yang sedang
berpacaran, antara lain menghayati norma-norma moral orang berpacaran,
dst…
“Ya
Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan
lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan
kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu,
anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak
akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan
menyerukan nama-Mu”
(Mzm 80:15-16.18-19)
Sabtu, 15 Desember 2012Romo Ignatius Sumarya, SJ