"Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"
Kutipan
judul di atas ini kiranya senada dengan perjalanan akhir dalam Latihan
Rohani St.Ignatius Loyola pada Minggu Pertama, dimana setelah retretan
diajak mawas diri untuk menyadari dosa dan kerapuhan dirinya, kemudian
akan bertanya pada dirinya sendiri: ”Apa yang harus kuperbuat?”. Pertanyaan
muncul karena menyadari diri sebagai orang berdosa yang telah menerima
kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah. Kami percaya kita semua
setelah kurang lebih menelusuri masa Adven juga mengadakan mawas diri,
serta menyadari diri sebagai orang berdosa dan mempertanyakan “apa yang harus saya perbuat”. Maka baiklah sesuai dengan Warta Gembira hari ini ada tiga profesi diangkat, yaitu: orang kaya, pemungut cukai
atau militer dan mungkin anda terkait dengan profesi tersebut hendaknya mawas diri dan menanggapi sabda-sabda di bawah ini.
"Barangsiapa
mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak
punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga
demikian." (Luk 3:11)
Sabda
di atas ini kiranya terarah bagi orang-orang kaya atau berkecukupan
dalam hal harta benda atau kebutuhan hidup sehari-hari. Anda semua
diharapkan uutuk berbagi kepada sesama alias solider terhadap mereka
yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup atau kerja anda, dan
sekiranya di lingkungan hidup dan kerja anda tidak ada yang sungguh
membutuhkan bantuan, hendaknya solidaritas anda disalurkan melalui
instansi Gerejani atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak
dalam pelayanan terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan.
Solidaritas anda kiranya juga dapat disalurkan secara langsung ke
panti-panti social atau panti-panti asuhan, tanpa pandang bulu atau
SARA.
Jati
diri manusia adalah social, artinya dari lubuk hati manusia yang
terdalam ada kerinduan atau dambaan untuk hidup bersama dengan orang
lain, sebagaimana disabdakan oleh Allah, yaitu bahwa "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
(Kej 2:11). Maka marilah kita bina diri kita maupun anak-anak kita
perihal kepekaan terhadap orang lain, alias keutamaan social. Kami
merasa dan melihat bahwa kepekaan social kebanyakan orang masa kini
sungguh memprihatinkan, bahkan ada kecenderungan kuat dari kebanyakan
orang untuk bersikap mental egois, hanya mengutamakan dan mengedepankan
kepentingan pribadi, cari enaknya sendiri. Sebagai orang Indonesia
marilah kita usahakan agar sila kelima dari
Pancasila, yaitu “Keadilan social bagi seluruh bangsa” segera
terwujud. Sungguh memprihatinkan jika dicermati bahwa departemen yang
harus memperhatikan masalah social di negeri kita ini kurang
melaksanakan tugasnya dengan baik, bahkan korupsi masih marak di
lingkungan Departemen Sosial.
"Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.” (Luk 3:13)
Kutipan
di atas ini erat kaitannnya dalam pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam
kiranya sungguh hidup dalam kehidupan bersama, tidak hanya secara
pribadi atau perseorangan, tetapi juga secara organisatoris dan
kenegaraan. Pinjam-meminjam memang juga merupakan salah satu bentuk
penghayatan hidup dan kerja bersama, mengingat dan memperhatikan
keterbatasan dan kelemahan masing-masing. Mereka yang berkekurangan
dalam hal tertentu mencari pinjaman pada pihak lain, dan mereka yang
merasa dapat memberi pinjaman pun dengan besar hati menanggapi secara
positif, karena pada dirinya juga ada kekurangan tertentu. Memang
masing-masing dari kita memiliki kelebihan dan kekurangan, dan
selayaknya kemudian lalu saling meminjam.
Kita semua diingatkan agar mentaati tata tertib atau aturan pinjam-meminjam dengan baik dan benar, “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan”. Peringatan
ini mungkin secara khusus terarah kepada para rentenir, yang pada
umumnya mencekik orang-orang kecil dan miskin. Sungguh mengerikan bunga
pinjaman yang harus dibayar kepada rentenir sebesar 20% (dua puluh
persen) per bulan dari nominal sisa pinjaman yang ada, yang berarti
bunga setahun lebih dari 100%. Semoga para
rentenir bertobat, dan kepada para pejabat pemerintahan di tingkat
manapun kami ajak untuk memberantas rentenir yang menyengsarakan
orang-orang kecil, miskin dan berkekurangan.
"Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." (Luk 3:14)
Sabda
ini memang secara khusus terarah kepada para prajurit atau militer
serta profesi yang terkait dengan militer, karena ditanyakan oleh
prajurit. Aneka bentuk perampasan dan pemerasan yang dilakukan oleh
oknum-oknum Angkatan Bersenjata di negeri ini rasanya masih marak
terjadi. Ada oknum-oknum yang merampas atau memeras secara halus dengan
kedok atau alasan keamanan: melindungi judi atau pelacuran dengan
imbalan uang. Yang sungguh memprihatinkan adalah mereka yang seharusnya
memperjuangkan kejujuran dan memberantas korupsi dan kejahatan justru
melakukan korupsi tanpa malu. Mereka yang seharusnya melayani rakyat
justru merampas hak rakyat atau memeras rakyat melalui aneka cara dan
bentuk. Korupsi atau uang pelicin atau sogokan masa kini tidak
disampaikan secara terbuka seperti dulu, melainkan
disampaikan secara diam-diam, seperti di hotel, di restaurant/rumah
makan, di halte bus atau tempat parkir dst..
“Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Flp 4:6-7),
demikian pesan Paulus kepada umat di Filipi. Kutipan ini kiranya baik
untuk direnungkan dan dihayati oleh mereka yang suka merampas dan
memeras hak orang lain. Orang yang memiliki kebiasaan untuk memeras atau
merampas pada umumnya dalam dirinya ada kekuatiran tentang kebutuhan
dan kesejahteraan hidup. Paulus mengingatkan kita semua bahwa jika kita
memiliki kekuatiran akan kebutuhan dan kesejahteraan hidup, hendaknya
menyatakan hal tersebut kepada Allah, artinya dengan
rendah hati mohon bantuan dari Allah dan secara konkret mohon bantuan
kepada saudara-saudari kita. Percayalah di dunia ini lebih banyak orang
baik yang senantiasa siap sedia untuk membantu daripada orang pelit atau
egois.
"Janganlah
takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu.TUHAN Allahmu
ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang
karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia
bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, seperti pada hari
pertemuan raya."(Zef 3:16-18a). Kutipan ini kiranya baik untuk
direnungkan dan dihayati oleh mereka yang memiliki kekuatiran akan
kebutuhan dan kesejahteraan hidup. “Ia membaharui engkau dalam kasihNya”, inilah
yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan serta kemudian kita
hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Serahkan
kekuatiran anda kepada Tuhan, dan percayalah bahwa Tuhan akan
memusnahkan
kekuatiran anda.
“Sungguh,
Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN
ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku."
Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.
Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah
nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa,
masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN,
sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!” (Yes 12:2-5)
Minggu, 16 Desember 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ