HOMILI: Hari Minggu Biasa XXXIII (Dan 12:1-3; Mzm 16:5.8.9-10.11; Ibr 10:11-14.18; Mrk 13:24-32)

“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”
Hari-hari ini kiranya musim penghujan yang disertai badai atau puting beliung, yang antara lain juga mengakibatkan tanah longsor dan banjir bandang sedang atau mulai terjadi di wilayah Indonesia. Dampak dari itu semua antara lain muncul penyakit di sana-sana yang mengancam hidup manusia. Memang berbagai musibah atau bencana alam dapat memusnahkan apa yang ada di permukaan bumi ini. Kebakaran rumah atau gedung dapat memusnahkan isi rumah atau gedung yang bersangkutan. Begitulah sesuai dengan sabda Yesus bahwa “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu”. Maka marilah di hari-hari terkakhir menjelang akhir Tahun Liturgi, tahun perjalanan iman kita, kita renungkan sabda Yesus tersebut.
”Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” (Mrk 13:31)
Tuhan memang mahakuasa dan mahakuat, maha segalanya, maka sabdaNya pun tak akan musnah. Kita semua kiranya tahu bahwa Kitab Suci yang kita miliki dan terus kita pakai sampai saat ini ditulis ratusan tahun yang lalu, dan sampai sekarang masih memadai atau up to date, terus menerus didalami dan dipelajari serta diusahakan ‘diterjemahkan’ kedalam aneka bahasa dan gayanya agar dapat difahami dan berarti bagi siapapun. Maka dengan ini kami mengharapkan anda sekalian untuk setiap hari membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, dan kiranya apa yang setiap hari saya kutipkan dan refleksikan berguna bagi anda sekalian. Tentu saja kami berharap ada ayat-ayat yang mengesan dan membekas secara mendalam dalam diri anda, sehingga cara hidup dan cara bertindak anda sungguh dijiwai oleh sabda Tuhan.
Maaf kalau saya mengutip apa yang tertulis dalam Hukum Gereja Katolik atau Kitab Hukum Kanonik, perihal sabda Tuhan, yang mengatakan atau  mengajarkan bahwa “Semua orang wajib mencari kebenaran dalam hal-hal yang menyangkut Allah dan GerejaNya, dan berdasarkan hukum ilahi mereka wajib dan berhak memeluk dan memelihara kebenaran yang mereka kenal” (KHK kan 748 $ 1). Marilah kita gunakan kewajiban dan hak kita perihal kebenaran-kebenaran. Pertama-tama dan terutama marilah kita cari kebenaran-kebenaran yang ada di dalam Kitab Suci, tentu saja yang sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Namun demikian hendaknya difahami bahwa apa yang disebut benar senantiasa berlaku universal, kapan saja dan dimana saja, maka hemat saya kebenaran yang bersifat universal adalah ‘perintah atau sabda Tuhan perihal saling mengasihi satu sama lain, sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita’. Maka kami  mengajak anda sekalian untuk mawas diri: sejauh mana kita hidup dan bertindak semakin saling mengasihi, sehingga kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama kita?
Jika kita sungguh hidup dan bertindak saling mengasihi, maka kita juga akan memahami sabda ini, yaitu “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.Dan pada waktu itu pun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung langit” (Mrk 13:26-27). Kita akan termasuk ke dalam ‘orang-orang pilihanNya’, dan dengan demikian ketika kita dipanggil Tuhan segera bersatu dan berkumpul bersama orang-orang pilihanNya yang telah mendahului perjalanan menghadap Tuhan di sorga, hidup mulia dan berbahagia selamanya bersama para santo-santa, para kudus di sorga. Dalam hidup bahagia dan mulia di sorga tidak ada perbedaan satu sama lain, karena semuanya adalah ‘orang-orang pilihanNya’, yaitu selama hidup di dunia senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain tanpa pandang bulu, SARA.
Selanjutnya kami berharap kepada siapapun yang kaya akan harta benda atau uang, untuk menyadari bahwa semuanya itu bersifat sementara saja, tidak abadi atau tidak kekal, maka hendaknya memfungsikannya sedemikian rupa untuk semakin memahami dan mendalami sabda-sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Dengan kata lain kami mengaharapkan anda sekalian untuk mendukung gerakan-gerakan pendalaman iman atau Kitab Suci, sehingga semakin banyak orang mengenal dan memahami kebenaran serta kemudian hidup dalam dan oleh kebenaran. Kepada para orangtua kami harapkan untuk sedini mungkin mendidik dan membina anak-anaknya dalam hal pengenalan, pengetahuan dan pemahaman sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, dan untuk itu kiranya dapat digunakan Kitab Suci bagi Anak-anak.
Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (Ibr 10:11-14)
Kutipan di atas ini kiranya baik untuk direnungkan oleh rekan-rekan imam, yang memiliki tugas perutusan untuk melayani dan mempersembahkan korban/Perayaan Ekaristi. Di dalam melayani umat Allah kami harapkan rekan-rekan imam meneladan Yesus, yang rendah hati serta mendatangi atau mengunjungi umat. Kunjungan hendaknya merata, tidak hanya mengunjungi orang-orang kaya saja, tetapi juga yang miskin dan berkekurangan. Selain mengunjungi umat pada hari Sabtu sore atau Minggu setelah mempersembahkan Perayaan Ekaristi, hendaknya memberi salam kepada umat yang berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi, dan mungkin untuk itu hanya saling berjabatan tangan.
Di dalam melayani umat Allah hendaknya juga rela berkorban bagi mereka serta menjadi saksi dalam hidup sederhana sebagaimana dianjurkan oleh Gereja, sebagai berikut:”Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan dari segala sesuatu yang memberi kesan kesia-siaan. Harta benda, yang mereka terima pada kesempatan melaksanakan jabatan gerejawi, setelah dikurangi untuk penghidupan yang layak dan untuk memenuhi semua tugas jabatannya, sisanya hendaklah digunakan untuk kepentingan Gereja dan karya amal” (KHK kan 282). Sikap mental hidup sederhana ini hendaknya dididik dan dibiasakan sejak di seminari menengah dan tentu saja dengan teladan konkret dari staf, pembina maupun para guru di seminari terkait.
Perayaan Ekaristi merupakan puncak ibadat bagi umat Katolik, maka hendaknya Perayaan Ekaristi dipersembahkan sedemikian rupa sehingga mengesan bagi umat yang hadir atau berpartisipasi. Untuk itu hendaknya imam mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum mempersembahkan Perayaan Ekaristi. Maaf kalau saya mengangkat St. Ignatius Loyola: St. Ignatius Loyola senantiasa mempersiapkan Perayaan Ekaristi pada malam hari menjelang istirahat atau tidur untuk Perayaan Ekaristi pagi hari berikutnya, demikian juga sebelum mempersembahkan Ekaristi persiapan pribadi dengan berdoa atau bermeditasi. Hal yang sama juga dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II, yaitu selama seperempat jam sebelum Perayaan Ekaristi berdoa atau bermeditasi sendirian.
Di dalam Perayaan Ekaristi juga ada homili, maka hendaknya homili juga dipersiapkan sebaik mungkin dan apa yang disampaikan dalam homili sungguh bersumber atau berinspirasi dari bacaan Kitab Suci hari yang bersangkutan. Untuk itu memang perlu persiapan sehingga apa yang ada di dalam Kitab Suci dapat ‘diterjemahkan’ kedalam ‘bahasa’ umat setempat, sehingga apa yang disampaikan dalam homili sungguh mengesan dan menjiwai hidup mereka. Semoga rekan-rekan imam akhirnya layak disebut sebagai “orang-orang bijaksana bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya” (Dan 12:3).
“Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” (Mzm 16:8-11)
 
 
Minggu, 18 November 2012
 
Romo Ignatius Sumarya, SJ