"Tetapi
kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu,
berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi
orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu
yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia
mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan
janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan
sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah
juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang
mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi
juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat
baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan
sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari
padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada
orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi
kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan
dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan
menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap
orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang
jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah
hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi.
Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum;
ampunilah dan kamu akan diampuni.Berilah dan kamu akan diberi: suatu
takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke
luar
akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk
mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Luk 6:27-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St. Elisabet dari Hongaria, biarawati, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Seorang
biarawati adalah orang yang sungguh membaktikan hidup sepenuhnya kepada
Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi, dan dengan demikian cara hidup dan cara
bertindaknya diharapkan sesuai dengan kehendak Tuhan atau menghayati
sabda-sabda Yesus dan meneladan cara hidup serta cara bertindak-Nya.
Sabda Yesus hari ini adalah “Kasihilah musuhmu, berbuatlah
baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang
mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”. Maka dengan
ini kami mengajak dan
mengingatkan segenap anggota lembaga hidup bakti, biarawan dan
biarawati, untuk menghayati sabda Yesus ini dalam cara hidup dan cara
bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sabda di atas ini
kiranya juga dapat diwujudkan dengan bermurah hati kepada siapapun;
bermurah hati artinya hatinya dijual murah, siapapun boleh minta
hatinya, dengan kata lain memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu,
SARA. Maka kami berharap kepada rekan-rekan biarawan dan biarawati untuk
tidak pilih-pilih sesuai dengan selera pribadi dalam hal tugas
pekerjaan maupun pergaulan. Tugas pekerjaan apapun atau tempat kerja
dimanapun yang diberikan oleh Tuhan melalui pembesar hendaknya
dilaksanakan dengan murah hati, dilaksanakan sebaik mungkin. Demikian
pula dalam kerja hendaknya bergaul mesra dengan siapapun yang terlibat
dalam kerja atau tugas. Secara khusus kami harapkan tetap bermurah hati
kepada mereka yang membenci atau mempersulit kita dalam hidup dan tugas.
· “Kita
tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu
karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia
tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah
seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang
pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya”
(1Yoh 3:14-15). Membenci memang merupakan tindakan halus untuk membunuh
atau menyingkirkan orang lain. Lebih halus dari membenci atau mengeluh
atau menggerutu.
Sebagai orang beriman, yang berarti juga membaktikan diri sepenuhnya
kepada Tuhan, marilah kita hayati kasih dan kemurahan hati Tuhan serta
kita salurkan ke mana-mana. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa Tuhan
tidak pernah membenci atau memusuhi kita, dalam situasi dan kondisi
apapun kita tepat dikasihi oleh Tuhan. Kita semua kiranya mendambakan
hidup kekal, bahagia dan mulia selamanya, di sorga setelah meninggal
dunia. Hidup kekal ini masa kini sudah dapat kita hayati atau nikmati
dalam pengharapan, artinya kita senantiasa penuh harapan, yang berarti
senantiasa ceria, gembira dan dinamis, sehingga menarik, memikat dan
mempesona orang lain, cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menjadi
wujud kemurahan hati kita kepada saudara-saudari kita. Persaudaraan
atau persahabatan sejati pada masa kini sungguh mendesak untuk dihayati
dan disebarluaakan.
“Aku
hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di
dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang
rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama
dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah
mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala
kegentaranku” (Mzm 34:2-5)
Sabtu 17 November 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ