“Berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu” (1Yoh 3:14-18; Mzm 34:2-5; Luk 6:27-38)

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Luk 6:27-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St. Elisabet dari Hongaria, biarawati, hari ini saya  sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Seorang biarawati adalah orang yang sungguh membaktikan hidup sepenuhnya kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi, dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindaknya diharapkan sesuai dengan kehendak Tuhan atau menghayati sabda-sabda Yesus dan meneladan cara hidup serta cara bertindak-Nya. Sabda Yesus hari ini adalahKasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu”. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap anggota lembaga hidup bakti, biarawan dan biarawati, untuk menghayati sabda Yesus ini dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sabda di atas ini kiranya juga dapat diwujudkan dengan bermurah hati kepada siapapun; bermurah hati artinya hatinya dijual murah, siapapun boleh minta hatinya, dengan kata lain memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu, SARA. Maka kami berharap kepada rekan-rekan biarawan dan biarawati untuk tidak pilih-pilih sesuai dengan selera pribadi dalam hal tugas pekerjaan maupun pergaulan. Tugas pekerjaan apapun atau tempat kerja dimanapun yang diberikan oleh Tuhan melalui pembesar hendaknya dilaksanakan dengan murah hati, dilaksanakan sebaik mungkin. Demikian pula dalam kerja hendaknya bergaul mesra dengan siapapun yang terlibat dalam kerja atau tugas. Secara khusus kami harapkan tetap bermurah hati kepada mereka yang membenci atau mempersulit kita dalam hidup dan tugas. 
 
·   Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya” (1Yoh 3:14-15). Membenci memang merupakan tindakan halus untuk membunuh atau menyingkirkan orang lain. Lebih halus dari membenci atau mengeluh atau menggerutu. Sebagai orang beriman, yang berarti juga membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, marilah kita hayati kasih dan kemurahan hati Tuhan serta kita salurkan ke mana-mana. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa Tuhan tidak pernah membenci atau memusuhi kita, dalam situasi dan kondisi apapun kita tepat dikasihi oleh Tuhan. Kita semua kiranya mendambakan hidup kekal, bahagia dan mulia selamanya, di sorga setelah meninggal dunia. Hidup kekal ini masa kini sudah dapat kita hayati atau nikmati dalam pengharapan, artinya kita senantiasa penuh harapan, yang berarti senantiasa ceria, gembira dan dinamis, sehingga menarik, memikat dan mempesona orang lain, cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menjadi wujud kemurahan hati kita kepada saudara-saudari kita. Persaudaraan atau persahabatan sejati pada masa kini sungguh mendesak untuk dihayati dan disebarluaakan.
Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku” (Mzm 34:2-5)
 
Sabtu 17 November 2012
 
Romo Ignatius Sumarya, SJ