“Bersukacitalah bersama dengan aku sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.” (Flp 3:3-8a; Mzm 105:2-4; Luk 15:1-10)

“Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."(Luk 15:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Dalam hidup bersama kita pasti ada orang-orang yang bermasalah, entah itu malas, bodoh, sombong, cacat fisik, sakit hati dst.., dan pada umumnya kita lebih cenderung untuk meninggalkan atau mengusir orang-orang yang demikian itu. Sebagai murid atau pengikut Yesus, Penyelamat Dunia, yang berarti kedatangan-Nya untuk menyelamatkan, maka kita pun juga dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan-Nya. Secara konkret marilah kita selamatkan saudara-saudari kita yang tidak selamat, seperti mereka yang malas, bodoh, sombong, cacat fisik atau sakit hati. Memang untuk melaksanakan tugas pengutusan ini kita harus sungguh bekerja keras dengan rendah hati dan lemah lembut serta sabar. Berilah kesempatan atau kemungkinan bagi mereka untuk sembuh atau selamat. Kepada mereka yang berkarya di dalam pendidikan atau sekolah kami harapkan memberi perhatian, pendampingan dan bimbingan yang memadai bagi peserta didik yang bodoh dan malas. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa tugas mendidik berari mendidik mereka yang kurang atau tidak terdidik. Kepada kita semua kami harapkan memberi perhatian dan bantuan yang memadai kepada saudara-saudari kita yang sombong dan sakit hati. Dekati dan perlakukan mereka dengan rendah hati dan lemah lembut serta sabar, dan percayalah dengan demikian mereka akan tergerak untuk bertobat alias sembuh dari kesombongan atau sakit hatinya. Jika secara fisik tak mungkin anda lakukan, baiklah kita doakan, dan percayalah Tuhan akan mempertobatkannya.

· “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya” (Flp 3:7-8a). Dengan meninggalkan segala sesuatu serta kemudian mengikuti Yesus, mengenal dan bersahabat dengan-Nya, maka kita pasti dapat berkata seperti Paulus juga yaitu bahwa “apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus”. Hal ini bagi kita yang telah dibaptis berarti meninggalkan cara hidup lama yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan serta kemudian memiliki cara hidup baru dengan meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang tidak lain dimana pun dan kapan pun senantiasa berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Maka ketika sudah mengenal dan bersahabat dengan Yesus kami harapkan tetap setia dan tidak kembali ke cara hidup lama, hidup menurut selera pribadi atau seenaknya sendiri. Orang yang hidup dan bertindak mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri pasti akan merugi dan menderita di kemudian hari, karena ia pasti akan dijauhi atau ditinggalkan oleh saudara-saudarinya, dan dengan demikian akan kesepian serta ada kemungkinan tergoda untuk mengakhiri diri atau bunuh diri karena frustrasi. Memang setia menjadi sahabat Yesus tak akan pernah terlepas dari penderitaan dan perjuangan serta pengorbanan, dan ketika kita setia maka kelak kemudian hari kita akan beruntung atau berbahagia untuk selamanya. Kepada mereka yang masih hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri kami ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri, tidak ada kata terlambat bagi anda untuk bertobat.

“Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!” (Mzm 105:2-4)


Kamis, 8 November 2012


Romo Ignatius Sumarya, SJ