"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan”.
Gereja Basilik Lateran adalah kapel atau gereja pribadi Paus. Telah menjadi
kebiasaan juga bahwa setiap kardinal yang baru dilantik pada umumnya
juga ‘diserahi’ kapel tertentu di Vatican, meskipun kemudian kardinal
yang bersangkutan tidak mengunjungi kapel tersebut. Kitab Hukum Kanonik
(KHK) mengatakan bahwa “dengan sebutan gereja dimaksudkan bangunan
suci yang diperuntukkan bagi ibadat ilahi dimana kaum beriman berhak
untuk masuk melaksanakan ibadat ilahi, terutama ibadat yang
dilangsungkan secara publik” (KHK kan 1214). Lebih lanjut dikatakan bahwa “Hendaknya semua orang yang bersangkutan berusaha agar di gereja-gereja dipelihara kebersihan dan keindahan yang
layak bagi rumah Allah dan agar segala sesuatu yang tidak cocok dengan kesucian tempat itu dijauhkan dari padanya” (KHK kan 1220 $ 1). Maka
dalam rangka mengenangkan Pemberkatan Gereja Basilik Lateran hari ini
saya mengajak anda sekalian untuk mengusahakan dan menjaga kesucian dan
kebersihan tempat-tempat ibadat, dan untu itu marilah kita renungkan
atau refleksikan sabda Yesus di bawah ini.
"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” (Yoh 2:6).
Entah
secara kebetulan atau sungguh merupakan panggilan Tuhan bagi saya: yang
menurut catatan tgl 9 November, pesta Pemberkatan Gereja Basilik
Lateran, juga merupakan hari jadi atau ulang tahun saya (9 Nov 2012: hut
saya ke 60) dan saya selama kurang lebih 10 (sepuluh tahun) bertugas
sebagai Ekonom KAS, yang antara lain bertugas merencanakan, merawat dan
memperhatikan pembangunan gedung gereja atau kapel. Memang selama
bertugas sebagai Ekonom KAS maupun sampai kini saya merasa terpanggil
untuk mengusahakan dan menjaga kesucian dan kebersihan tempat ibadat,
entah itu gereja atau kapel, termasuk tempat-tempat ziarah. Selama
bertugas menjadi Ekonom saya pribadi belajar banyak hal berhubungan
dengan bangunan (arsitektur, lingkungan hidup dst..). Sabda Yesus di
atas senantiasa mengiang-iang dalam diri
saya setiap kali memasuki tempat-tempat ibadat.
Apakah
masih ada orang-orang yang menjadikan tempat ibadat untuk berjualan
atau berbisnis alias mencari keuntungan pribadi? Hemat saya sampai kini
masih ada. Ada juga yang mengkomersielkan ibadat atau Perayaan Ekaristi,
misalnya pengumpulan dana atau sumbangan dengan Perayaan Ekaristi.
Bahkan selama bertugas sebagai Ekonom saya juga pernah menegor dengan
keras panitia pembangunan kapel dan seksi-seksi sosial paroki, karena
pribadi-pribadi yang terlibat di dalamnya sungguh komersial. Kami
mengajak dan mengingatkan anda semua untuk menjaga dan mengusahakan
kesucian dan kebersihan tempat ibadat, maka jangan ada seorangpun yang
bersikap mental materialistis atau bisnis memfungsikan tempat ibadat
apalagi melakukan tindakan maksiat alias tak bermoral.
Para
pengurus dan pengelola tempat-tempat ibadat atau ziarah kami harapkan
bertindak tegas dengan meneladan Yesus: mengusir mereka yang ‘berjualan’
atau berbisnis serta mencari keuntungan pribadi tempat-tempat ibadat
atau ziarah yang menjadi tanggungjawabnya. Kami juga berharap kepada
siapapun bahwa dengan memasuki tempat ibadat atau ziarah anda semakin
suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui
cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun.
Apa-apa yang dijual di lingkungan tempat ibadat hendaknya juga mendorong
atau memotivasi pembelinya semakin suci, entah itu berupa makanan atau
minuman, sarana berdoa maupun tempat penginapan atau istirahat. Ada
kemungkinan tempat ziarah digunakan untuk pacaran rekan-rekan muda-mudi:
baiklah hal itu
diawasi agar jangan melakukan tindakan amoral, dan semoga dengan
berpacaran di tempat zairah anda juga semakin diperjelas dan dijernihkan
serta diteguhkan dalam saling mengasihi. Kepada kita semua yang
memasuki tempat ibadat atau ziarah serta beribadat atau berdoa, semoga
semakin suci, semakin hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.
Maka selanjutnya marilah kita renungkan sapaan atau peringatan Paulus di
bawah ini.
“Tidak
tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di
dalam kamu?Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan
membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah
kamu” (1Kor 3:16-17)
Paulus
mengingatkan kita semua bahwa diri kita, tubuh kita, adalah bait Allah,
dan dengan demikian kita dipanggil untuk mengusahakan dan menjaga
kebersihan dan kesucian tubuh kita masing-masing. Pertama-tama marilah
kita sadari dan hayati bahwa kita semua diciptakan oleh Allah karena
kasihNya dengan bekerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang
saling mengasihi. Dengan kata lain bukankah masing-masing dari kita
adalah ‘buah kasih’ atau ‘yang terkasih’? Maka mengusahakan dan menjaga
agar tubuh kita tetap sebagai ‘bait Allah’ alias suci, hendaknya kita
fungsikan seluruh anggota tubuh kita untuk mengasihi alias membahagiakan
dan menyelamatkan orang lain.
Kami
berharap juga tidak ada orang yang mengkomersielkan tubuhnya atau
mencemari diri dengan tindakan amoral. Pencemaran tubuh secara pribadi
dapat terjadi dengan tindakan yang terkait dengan kenikmatan seksual,
misalnya masturbasi atau onani. “Masturbasi adalah rangsangan
alat-alat kelamin yang disengaja dengan tujuan membangkitkan kenikmatan
seksual. ‘Kenyataan ialah bahwa, baik Wewenang Mengajar Gereja dalam
tradisinya yang panjang dan tetap sama maupun perasaan susila umat
beriman tidak pernah meragukan untuk mencap masturbasi sebagai satu
tindakan yang sangat bertentangan dengan ketertiban’, karena penggunaan
kekuatan seksual dengan sengaja, dengan motif apapun itu dilakukan, di
luar hubungan suami isteri yang normal, bertentangan dengan hakikat
tujuannya’. Kenikmatan seksual yang dicari karena dirinya sendiri tidak
mempunyai ‘tujuan susila yang dituntut oleh hubungan seksual, yaitu
yang melaksanakan arti sepenuhnya dari penyerahan diri secara timbal
balik dan juga satu pembuahan manusiawi yang sebenarnya di dalam cinta
yang sebenarnya” (Kamus Gereja Katolik no 2351).
Kami
juga berharap kepada rekan-rekan suami-isteri untuk saling setia satu
sama lain, tidak berselingkuh, karena dengan berselingkuh berarti
mencemari relasi suami-isteri; demikian juga hendaknya entah suami atau
isteri menyeleweng dengan caranya sendiri, berganti pasangan dalam
hubungan seksual. Ingatlah dan sadari penyakit kelamin atau HIV
mengincar anda yang suka berselingkuh, dan dengan demikian mencemari
tubuhnya sendiri. Menjaga dan mengusahakan kebersihan anggota tubuh
tetap bersih kiranya juga penting, karena ketika kita menghadirkan diri
di muka umum dimana secara fisik tubuh kita tidak bersih, misalnya bau
tidak sedap, pasti akan mencemari pergaulan dan orang lain, karena orang
lain akan menggerutu dan mengeluh, yang berarti mencemari kesucian
dirinya.
Pada
masa kini juga marak usaha medis atau teknis dalam rangka mengusahakan
dirinya tampan atau cantik, antara lain dengan adanya intervensi sarana
medis atau teknis ke dalam tubuh, entah itu berupa suntikan atau
operasi. Segala bentuk intervensi medis dan teknis ke dalam tubuh pasti
akan memperlemah daya tahan tubuh dan dengan demikian juga mencemarkan
tubuh. Marilah kita terima pada anggota tubuh yang
dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita, dan hendaknya diingat bahwa yang
penting adalah kebersihan dan keindahan serta kencatikan hati dan jiwa,
bukan tubuh.
“Allah
itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam
kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun
bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; Kota Allah,
kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah
sungai .Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan
menolongnya menjelang pagi.” (Mzm 46:2-3.5-6)
Jumat, 9 November 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ