Seputar Kitab Suci

Kitab Suci atau Alkitab adalah kumpulan buku atau semacam perpustakaan kecil yang memuat kesaksian tentang Sabda Allah, dari berbagai penulis/pengarang, yang ditulis dalam kurun waktu lebih dari 2000 tahun. Proses penulisan dan penyusunan buku-buku melibatkan banyak penulis dan membutuhkan waktu yang sangat panjang sampai beberapa generasi dari pengolahan sampai penyalinan. Bisa dibayangkan betapa rumitnya proses terjadinya Kitab Suci atau Alkitab ini.

Kitab Suci ditulis oleh manusia yang mendapat penerangan dari Roh Kudus. Allah berkomunikasi menyatakan diri-Nya pada manusia dengan bahasa yang dimengerti manusia. Maka isi Kitab Suci berkisar pada kehidupan manusia, mengenai ajaran, larangan etis atau perintah, petunjuk untuk beribadat, ritus upacara, hukum-hukum, lagu pujian, dll.

Kata”Kitab Suci” lebih akrab di telinga umat Katolik. Allah dan Sabda-Nya adalah suci, maka kitab yang memuat Sabda-Nya disebut Kitab Suci; dan Kitab Suci itu menyucikan manusia untuk memperbarui dan meningkatkan hidup moralnya.

“Alkitab” berasal dari kata Arab dan biasa diucapkan oleh umat Kristen. Kata “Alkitab” berarti sang kitab, artinya kitab yang paling luhur diantara kitab-kitab yang lain.

Terdiri dari Kitab Apa Saja?

Kitab Suci terdiri dari 72 Buku: Perjanjian Lama (45 buku) & Perjanjian Baru (27 buku).

Kitab Perjanjian Lama terdiri dari 5 bagian :
* 5 kitab Pentateukh ( 5 gulungan kitab atau hukum Musa)

Yaitu : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan

* 15 kitab Sejarah (kitab Ezra & Nehemia dijadikan satu)
Yaitu : Yosua, Hakim-Hakim, Ruth, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-raja, 2 Raja-raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra & Nehemia, Tobit, Yudit, Ester, 1 Makabe, 2 Makabe
* 7 Kitab Puitis dan Hikmat (Kebijaksanaan dan Mazmur)
Yaitu : Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkotbah, Kidung Agung, Keb. Salomo, Putera Sirakh

* 18 Kitab Para Nabi

Yaitu : Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi

Kitab Perjanjian Baru terdiri dari :

* 4 Kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes)
* 1 Kisah Para Rasul
* 14 Surat Paulus (Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi,Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon, Ibrani). Surat yang terakhir, yaitu Ibrani digolongkan di sini, meskipun para ahli masih belum sependapat tentang penulis surat ini.
* 7 Surat Katolik dan 1 kitab Wahyu (Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas, Wahyu)

Sarana penulisan Kitab Suci

Kita membayangkan jaman purba dahulu belum ada alat tulis sehingga untuk menulis sesuatu atau tanda, orang-orang jaman purba memakai berbagai sarana, diantaranya :

1. Memakai tanah liat yang lunak untuk membuat tanda sesuatu. Tulisan pada tanah liat itu disebut ‘Cuneiform’ artinya berbentuk irisan karena tanda- tanda atau tulisannya seperti irisan-irisan yang disebabkan oleh alat yang dipakai.
2. Memakai lempengan-lempengan logam yang tipis, namun sarana ini tidak praktis karena berat, tidak mudah dibuka
3. Memakai kulit binatang atau disebut perkamen / vellum, kulit binatang disamak sampai halus baru dipakai untuk menulis. Perkamen ini yang paling banyak digunakan karena lebih tahan lama dan mudah digulung.
4. Memakai papirus, sejenis tanaman pandan air yang dianyam dan dihaluskan. Namun papirus mudah/ cepat rusak.

Terjadinya Kitab Suci Perjanjian Lama

Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mempunyai sejarah terpisah; masing-masing mempunyai sejarahnya sendiri. Kitab Perjanjian Lama terbentuk melalui proses yang sangat panjang, lebih rumit dan memakan waktu yang jauh lebih lama daripada Perjanjian Baru. Sejarah penyelematan mulai dengan pilihan Allah terhadap Abraham pada abad 19 SM. Munculnya Kitab Perjanjian Lama tidak bisa dilepaskan dari zamannya dan memuat keprihatinan untuk menjawab kebutuhan umat. Inti pokok Kitab Perjanjian Lama adalah iman bangsa Israel dengan Allah atau Yahwe. Iman mereka diuji ketika bangsa Israel mengembara di padang gurun dan harus menghadapi berbagai bahaya alam (pegunungan, sungai, laut), bahaya, cuaca (panas, dingin, angin), bahaya fisik (kekurangan air, kelaparan kekurangan makanan, di hadang musuh). Dari iman yang dihayati ini bangsa Israel mempercayai bahwa semua tantangan bahaya kehidupan bisa diatasi karena adanya campur tangan dari Allah. Mereka menceritakan pengalaman kehidupan mereka turun temurun sehingga menjadi tradisi lisan, dan oleh beberapa orang bangsa Israel, cerita-cerita tersebut mulai dicatat. Tradisi menceritakan turun temurun dan mencatat inilah merupakan suatu proses pewarisan iman dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pola penulisan Kitab Suci ini dari penghayatan iman, ke pengungkapan iman yaitu perumusan dan penulisan.

Kitab Suci menjadi pewartaan dan penerusan wahyu secara tertulis. Kitab Suci menjadi ungkapan iman umat beriman. Allah yang mewahyukan diri ditanggapi oleh umat beriman di dalam bentuk tulisan. Jadi isi Kitab Suci adalah pergulatan iman umat beriman dalam usaha menanggapi wahyu Allah. Dalam Kitab Suci dapat dilihat Wahyu Allah yang ingin menyelamatkan manusia, yang sudah dimulai sejak Perjanjian Lama dan wahyu Allah itu berpuncak dalam diri Yesus yang tertuang dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama diungkapkan pergulatan iman Bangsa Israel sebagai umat pilihan yang menjadi jalan rencana keselamatan Allah. Dalam Perjanjian Baru diungkapkan pergulatan iman Gereja Perdana dalam menanggapi Sang Wahyu itu sendiri, yaitu Yesus Kristus. Bangsa Israel dan Gereja Perdana menjadi saksi akan karya keselamatan Allah. Kesaksian inilah yang diungkapkan dalam Kitab Suci. Oleh karena itu, dapat dikatakan Kitab Suci adalah kitab kesaksian akan kasih Allah yang ingin menyelamatkan umat manusia.

Yang menjadi kekhasan dari Kitab Suci adalah Sabda Allah sendiri. Kitab Suci disebut sebagai Sabda Allah karena ada unsur inspirasi ilahinya. Namun hal ini tidak dapat dipahami sebagai Allah sendiri yang menulis Kitab Suci atau Allah yang mendiktekan kepada penulis. Dengan bantuan Roh Kudus (DV, art. 11), Allah memberikan ilham kepada penulis Kitab Suci, sehingga penulisan Kitab Suci menjadi sungguh-sungguh penulisan Sabda Allah sendiri, bukan pikiran penulis sendiri. Oleh karena itu Kitab Suci juga dijamin kebenarannya, tidak dapat sesat, karena dijamin oleh inspirasi ilahi. Kitab Suci menjadi wahyu Allah yang tertulis, agar ada dasar tertulis yang bisa menjadi dasar dan tiang iman umat beriman. Pengalaman Para Rasul ketika bersama Yesus diabadikan oleh Gereja Perdana dalam Perjanjian Baru sehingga bisa menjadi dasar pula bagi perkembangan Tradisi selanjutnya. Kitab suci merupakan jalan masuk untuk sampai kepada wahyu asali. Kitab Suci menjadi dasar dan sumber bagi perkembangan tradisi.

Kitab Suci yang kita terima dalam gereja bukanlah kitab yang tiba-tiba jatuh dari langit begitu saja, melainkan terbentuk dalam sejarah dan tradisi Gereja. Bukan pula hanya berisi sekedar kitab sejarah kronologis umat manusia, melainkan lebih merupakan inspirasi iman berkat karunia Roh Kudus melalui para penulis yang merefleksikan misteri keselamatan Allah bagi umat manusia.

Sebelum terbentuk Kitab Suci yang ada saat ini, dulu ada banyak juga tulisan-tulisan yang mencoba mengungkapkan pengalaman iman menangkap wahyu Allah, yang biasa disebut sebagai kitab-kitab apokrip. Akan tetapi gereja perlu menentukan kriteria-kriteria kanonisasi supaya terjamin otentisitas dan kebenarannya, sehingga terciptalah Kitab Suci kita sekarang ini. Adapun kriteria-kriteria tersebut antara lain: 1.) berciri apostolis, yaitu berasal dari para rasul, orang-orang rasuli atau yang disahkan oleh mereka. 2.) memiliki sumber inspirasi dari Roh Kudus.

Berkat kanonisasi tersebut kini kita memperoleh Kitab Suci yang ada hingga saat ini, yang terbagi dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, Kitab Suci Perjanjian Baru, dan juga Deuterokanonika. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, tata keselamatan yang diramalkan, diceritakan dan diterangkan oleh para nabi dan pengarang Kitab Suci yang merupakan Sabda Allah yang benar (DV, art. 14). Dalam Injil seluruh pewartaan Kitab Suci Perjanjian Lama ditampung sepenuhnya dan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru memperoleh dan memperlihatkan maknanya yang penuh. Dan sebaliknya Kitab Suci Perjanjian Lama pun menyinari/menjelaskan Kitab Suci Perjanjian Baru.

“Injil” berasal dari kata Yunani euanggelion, suatu kata majemuk: eu (baik) dan anggelion (kabar). Dalam Perjanjian Baru (PB), artinya ialah (memberitakan) kabar baik tentang dekatnya Kerajaan Allah (Mrk 1:14); kabar tentang kemenangan Allah yang datang menegakkan pemerintahan-Nya guna membawa keselamatan bagi manusia. Yesus “memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu” (Mat 4:23).

Memberitakan Injil artinya memberitakan Yesus Kristus (Kis 5:42; Rom 15:19). Injil mencakup seluruh kabar baik tentang kelahiran, karya, penderitaan, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Injil dalam Perjanjian Baru tidak hanya suatu berita dalam arti pemberitahuan atau informasi, tetapi suatu berita yang penuh kuasa, suatu kabar yang berdaya penyelamatan. “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rom 1:16; 1Kor 15:2).

Cara paling sederhana untuk membaca Kitab Suci secara rutin adalah mulai dengan membaca Injil. Di dalam Injil, kita akan bertemu dengan hidup, karya, dan ajaran Yesus, yang tak lain adalah Terang, Kebenaran dan Firman Allah sendiri. Bukankah melalui pengantaraan-Nya dan bersatu dengan Dia kita menuju Bapa? Pada Dia-lah iman kita bergantung!

Sebagian orang mulai dengan menekuni kitab Perjanjian Lama dari halaman pertama dan seterusnya. Harus diakui, Perjanjian Lama memuat banyak hal yang bisa memperkaya iman kita. Namun, cara pemahaman kita pasti akan berbeda dan pasti juga akan lebih mendalam apabila kita sudah terlebih dahulu mendengar, membaca dan mengenal kisah Yesus.

Sebagian orang suka membaca Kitab Suci secara acak. Mereka beranggapan bahwa perikop atau kisah yang mereka temukan secara acak itu akan atau dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan hidup nyata mereka pada saat atau hari itu. Benar, Allah mungkin saja menjawab persoalan hidup seseorang dengan cara begitu, tetapi Allah tidak pernah menyampaikan komitmen untuk berkomunikasi dengan kita melalui cara demikian.

Adalah sungguh berguna apabila kita membaca terlebih dahulu kitab-kitab Perjanjian Baru secara berurutan, sekurang-kurangnya sekali. Mulailah dengan Injil, lalu berlanjut dengan Kisah Para Rasul dan terus ke surat-surat para murid Yesus pada gereja perdana. (Akan sangat membantu apabila kita juga membaca pengantar sederhana kepada keempat Injil atau surat-surat itu). Mulailah menekuni dengan rutin, menyisihkan waktu yang tetap pada setiap hari. Jangan malu bertanya pada orang yang tepat di saat kita menemukan kesulitan atau hal yang tidak kita mengerti. Apabila kita dapat komit untuk melakukannya, niscaya kita akan lebih dalam lagi mengenal Yesus, Tuhan kita. Lantas, iman kita pun semakin bertumbuh. Bersyukurlah kalau ternyata hal itu berpengaruh pada cara hidup kita. Dengan begitu, kita pun menuju hidup yang semakin menyerupai hidup Yesus.

__________________


Daftar Pustaka :


1. A Catholic Guide of the Bible (Father Oscar Lukefahr, C.M)

2. Membaca Kitab Suci, Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Lama (I. Suharyo, Pr)

3. Membaca Kitab Suci, Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Baru (I. Suharyo, Pr)

4. Awal Persahabatan dengan Kitab Suci (I. Marsana Windhu)

5. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru (P.Hendrik Njiolah, Pr)

6. Seluk Beluk Kitab Suci (St. Darmawijaya, Pr)