"Enyahlah dari pada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan" (Kej 16:1-12.15-16; Mzm 106:1-2.3-4a.4b-5; Mat 7:21-29)


"Dalam khotbah di bukit Yesus berkata, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan!' akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku, 'Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?' Pada waktu itu Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata, 'Aku tidak pernah mengenal kalian! Enyahlah daripada-Ku, kalian semua pembuat kejahatan!" 'Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas wadas. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh sebab didirikan di atas wadas. Tetapi setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga robohlah rumah itu, dan hebatlah kerusakannya." Setelah Yesus mengakhiri perkataan-Nya ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, bukan seperti ahli-ahli Taurat mereka." (Mat 7: 21-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Ada orang dengan sombong menceriterikan kemana-mana bahwa dirinya adalah anggota dewan paroki, aktivis aneka organisasi gerejani seperti Karismatik, rajin menghadiri novena serta berziarah ke tempat peziarahan Bunda Maria dan tak pernah melupakan doa Rosario setiap hari dst.. Suatu saat orang yang bersangkutan meninggal dunia dan dirinya dengan penuh keyakinan pasti naik ke sorga, hidup mulia selamanya bersama Tuhan. Ternyata ia tidak langsung naik ke sorga, maka ia protes terhadap Tuhan, katanya: " Tuhan mengapa saya tidak langsung diperkenankan masuk sorga, karena saya adalah anggota dewan paroki, aktivis organisasi gerejani, doa Rosario setiap hari, dst..". Mendengar protes tersebut, Tuhan menjawab: "Enyahlah dari padaKu kamu pembuat kejahatan! Kamu hanya manis di mulut, pandai bermain sandiwara kehidupan, banyak omong tetapi tak pernah melakukan apa yang diomongkan. Kamu tidak pernah memperhatikan anak-anak dan isterimu, kamu koruptor di kantor…dst.". Begitulah nasib orang yang bersikap mental formalistis dan liturgis. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua sebagai orang beriman atau beragama untuk lebih mengutamakan perilaku atau tindakan daripada wacana atau omongan. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk menjadi unggul dan handal dalam hal pelaksanaan aneka tata tertib, ajaran, nasihat, perintah dst.., sehingga tidak mudah jatuh karena aneka godaan atau rayuan, serta tetap tenang dan setia pada tugas, panggilan dan kewajiban dalam situasi atau kondisi sesulit dan rumit berbelit-belit apapun.

· "Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau."(Kej 16:5), demikian kata Sarai kepada Abram, suaminya, yang telah menghamili Hagar, pembantunya. Abram mungkin merasa bahwa Tuhan tidak setia kepadanya, karena isterinya sudah lanjut usia belum dianugerahi anak, padahal Tuhan menjanjikan kepada-Nya akan menjadi bapa bangsa yang besar. Sarai pun merasa terhina, apalagi ia dipandang rendah oleh pembantunya yang hamil karena Abram. Sarai kiranya boleh dikatakan setia kepada janji Tuhan. Hal ini kiranya juga menjadi cermin bagi kaum laki-laki/para suami yang sering mudah tidak setia pada janji perkawinan dengan berselingkuh. Dan memang laki-laki berselingkuh sakali mungkin sulit diketahui, tetapi perempuan berselingkuh sekali akan lebih mudah diketahui, apalagi ketika perselingkuhannya berbuah dengan kehamilan dirinya. Maka baiklah kami berharap kepada rekan-rekan perempuan atau para ibu/isteri untuk meneladan Sarai yang setia pada janji Tuhan, tidak mudah menyeleweng atau bersilingkuh. Namun ketika mengetahui suami atau pasasangan hidupnya berselingkuh, hendaknya segera diingatkan atau ditegor atau didoakan agar bertobat. Kmai berharap kepada kita semua untuk senantiasa setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan, entah janji baptis, janji perkawinan, kaul, janji pegawai, sumpah jabatan dst..

"Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan Tuhan, dan memperdengarkan segala pujian kepada-Nya? Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di setiap saat! Ingatlah akan daku, ya Tuhan, demi kemurahan-Mu terhadap umat. Perhatikanlah aku, demi keselamatan yang datang daripada-Mu, supaya aku melihat kebahagiaan orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama milik pusaka-Mu." (Mzm 106:1-2.3-4a.4b-5)


Romo. Ign Sumarya, SJ

23 Juni 2011