Misa Malam: Yes. 9:1-6; Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14.
Misa Fajar: Yes. 62:11-12; Mzm. 97:1,6,11-12; Tit. 3:4-7; Luk. 2:15-20.
Misa Siang: Yes. 52:7-10; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18
Rekan-rekan yang baik!
Peristiwa
Natal dirayakan dengan tiga Misa Kudus yakni Misa Malam Natal 24
Desember, kemudian Misa Fajar 25 Desember pagi, dan akhirnya Misa Siang.
Ketiga perayaan itu melambangkan tiga sisi kenyataan lahirnya Sang
Penyelamat Dunia. Pertama, kelahirannya sudah terjadi sejak awal, yakni
dalam kehendak Bapa di surga untuk mengangkat martabat kemanusiaan ke
dekatnya. Kenyataan kedua terjadi ketika Yesus lahir dari kandungan
Maria. Dan kenyataan ketiga, kelahiran Kristus secara rohani di dalam
kehidupan orang beriman. Bacaan Injil dalam ketiga Misa Natal tersebut
sejajar dengan tiga kenyataan tadi. Dalam Misa malam hari dibacakan Luk
2:1-14 yang menceritakan Maria melahirkan di Betlehem, kemudian dalam
Misa fajar diperdengarkan Luk 2:15-20 yang mengabarkan lahirnya Kristus
di dalam kehidupan orang beriman yang pertama, yakni para gembala.
Akhirnya, dalam Injil Misa siang hari, Yoh 1:1-18, ditegaskan bahwa sang
Sabda ini sudah ada sejak semula. Pembicaraan kali ini akan
menggarisbawahi ketiga kenyataan peristiwa kelahiran Kristus itu. Secara
singkat akan diperlihatkan juga hubungannya dengan bacaan pertama yang
semuanya diambil dari Kitab Yesaya (Misa malam Yes 9:1-6; Misa fajar Yes
62:11-12; Misa siang: Yes 52:7-10).
INJIL MISA MALAM HARI : Luk 2:1-14
Seperti
dikisahkan dalam ay. 1-3, Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem untuk
mematuhi maklumat umum Kaisar Augustus yang mewajibkan orang mencatatkan
diri di kampung halaman leluhur. Sekalipun tidak ada arsip sejarah yang
membuktikan bahwa maklumat seperti itu pernah dikeluarkan Kaisar
Augustus, dapat dikatakan bahwa hal seperti itu bukannya tak mungkin. Di
sini Lukas mempergunakannya sebagai konteks kisah kedatangan Yusuf dan
Maria ke Betlehem. Ini juga cara Lukas mengatakan bahwa Tuhan bahkan
memakai pihak bukan-Yahudi untuk menjelaskan bagaimana Yesus tetap lahir
di Yudea, tempat asal kaum Daud, dan bukan di Nazaret. Kelembagaan
Yahudi sendiri kiranya tidak cukup. Bahkan lembaga itu sudah tak banyak
artinya lagi. Seperti banyak orang asli Yudea lain, Yusuf dan Maria
termasuk kaum yang "terpencar-pencar" hidup dalam diaspora di daerah
bukan asal. Ironisnya, yang betul-betul masih bisa memberi identitas
"orang Yudea" kini bukan lagi ibadat tahunan di Yerusalem, melainkan
cacah jiwa yang digariskan penguasa Romawi.
Dalam ay. 4-5 disebutkan bahwa Yusuf pergi dari Nazaret ke Yudea "agar
didaftar bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang
mengandung". Dengan cara ini mereka nanti akan resmi tercatat sebagai
suami istri di Yudea. Oleh karena itu, Yesus juga secara resmi bakal
tercatat sebagai keturunan Daud, baik bagi orang Yahudi maupun bagi
administrasi Romawi. Dengan demikian, Lukas sedikit menyingkap apa yang
nanti akan diutarakannya dengan jelas dalam Kisah Para Rasul, yakni
kedatangan Juru Selamat bukanlah melulu bagi orang Yahudi, melainkan
bagi semua orang di kekaisaran Romawi, bahkan bagi semua orang di jagat
ini. Malahan bisa dikatakan bahwa justru kehadiran orang bukan
Yahudi-lah yang membuatnya betul-betul datang ke dunia ini! Kita-kita
ini, sekarang ini juga, masih ikut membawanya datang ke dunia.
Menurut
ay. 7, Maria melahirkan anak lelaki, anaknya yang sulung. Penyebutan
"anak sulung" ini terutama dimaksud untuk menggarisbawahi makna yuridis,
bukan biologis. Anak sulung memiliki hak yang khas yang tak ada pada
saudara-saudaranya. Dalam hal ini hak sebagai keturunan Daud dengan
semua keleluasaannya. Oleh karena itu, ia juga nanti dapat
mengikutsertakan siapa saja untuk masuk dalam keluarga besarnya. Anak
bukan sulung tidak memiliki hak seperti ini.
Sang bayi yang baru lahir itu kemudian dibungkus dengan lampin dan
dibaringkan dalam palungan. Ditambahkan pada akhir ay. 7 "karena tidak
ada tempat bagi mereka di rumah penginapan". Bukan maksud Lukas
mengatakan bahwa mereka tidak dimaui di mana-mana. Tempat-tempat yang
biasa sudah penuh para pengunjung yang mau mendaftarkan diri menurut
maklumat Kaisar Augustus. Mereka akhirnya menemukan tempat umum yang
biasa dipakai tempat istirahat rombongan karavan bersama hewan angkutan
mereka. Semacam stasiun zaman dulu. Tempat-tempat seperti ini memiliki
beberapa kelengkapan dasar, misalnya palungan tempat menaruh makanan
bagi kuda atau hewan tunggangan. Sekali lagi ini cara Lukas mengatakan
kelahiran Yesus ini terjadi di tempat yang bisa terjangkau umum. Tempat
seperti itulah tempat bertemu banyak orang. Maka dari itu, nanti para
gembala dapat dengan cepat mendapatinya.
Kelahiran Yesus yang diceritakan sebagai kejadian sederhana seperti di
atas itu nanti dalam Luk 2:8-14 diungkapkan para malaikat kepada para
gembala. Mereka amat beruntung bisa menyaksikan perkara ilahi dan
perkara duniawi dalam wujud yang sama. Orang diajak melihat bahwa yang
terjadi sebagai kejadian lumrah belaka itu ternyata memiliki wajah ilahi
yang mahabesar. Bala tentara surga, para malaikat menyuarakan pujian
kepada Allah. Dia yang Maha Tinggi kini menyatakan diri dalam wujud yang
paling biasa bagi semua orang. Apa maksudnya? Kiranya Lukas mau
mengatakan bahwa orang-orang yang paling sederhana pun dapat merasakan
kehadiran Yang Ilahi dalam peristiwa yang biasa tadi. Dan bahkan mereka
bergegas mencari dan menemukan kenyataan duniawi dari kenyataan ilahi
yang mereka alami tadi.
Pengalaman
rohani yang paling dalam juga dapat dialami orang sederhana. Oleh karena
itu, orang dapat melihat kehadiran Tuhan dalam peristiwa biasa. Sebuah
catatan. Arah yang terjadi ialah dari atas, dari dunia ilahi ke dunia
manusia, bukan sebaliknya. Kita tidak diajak mencari-cari dimensi ilahi
dalam tiap perkara duniawi. Ini bisa mengakibatkan macam-macam masalah
dan keanehan. Yang benar ialah mengenali perkara duniawi yang memang
memiliki dimensi ilahi. Ada banyak perkara duniawi yang tidak
memilikinya. Dalam arti itulah warta para malaikat kepada para gembala
dapat membantu kita menyikapi dunia ini. Misteri inkarnasi ialah
kenyataan yang membuat orang makin peka akan kenyataan duniawi yang
betul-betul menghadirkan Yang Ilahi, bukan tiap kenyataan duniawi.
Teks Yes 9:1-6 diangkat sebagai bacaan pertama dalam misa malam. Di
situ diutarakan dengan nada penuh kegembiraan siapa Raja Damai yang
bakal meraja di kalangan umat. Dia membuat orang yang gelisah bisa
mendapatkan ketenangan, dia dapat memberi rasa aman bagi yang merasa
terancam. Kebesarannya berdasarkan keadilan dan kebenaran, bukan paksaan
dan tipuan. Ia juga dikenal sebagai "Penasihat Ajaib", artinya yang
memiliki kebijaksanaan ilahi. Dia itu juga "Allah yang Perkasa", yang
melindungi umat dari kekuatan-kekuatan yang memusuhi, Ia dikenal sebagai
"Bapa yang Kekal", maksudnya, kerahiman-Nya tak berhingga. Dia itulah
Raja Damai yang telah lahir. Dalam perayaan kali ini semuanya ini
diterapkan kepada dia yang baru lahir seperti dikisahkan dalam Luk
2:1-14.
INJIL MISA FAJAR: Luk 2:15-20
Yang
diberitakan malaikat Tuhan kepada para gembala (ay. 10-12) kini mereka
teruskan kepada orang-orang yang ada di sekitar palungan (ay. 15). Boleh
kita bayangkan, di tempat umum di sekitar palungan itu ada banyak orang
lain yang juga menginap di situ. Mereka sedang menolong keluarga baru
ini. Mendengar kata-kata para gembala mengenai warta malaikat tadi,
semua orang ini menjadi terheran-heran (ay. 18). Bagi mereka bayi yang
dilahirkan ibu muda ini biasa saja. Tapi apa para gembala ini
menjelaskan hal yang luar biasa yang sedang terjadi kini! Para gembala
itulah orang-orang yang pertama-tama memberi arti rohani bagi peristiwa
kelahiran tadi. Mereka itu juga pewarta kedatangan Penyelamat yang bukan
orang-orang yang secara khusus berhubungan dengan Allah seperti halnya
Maria atau Yohanes Pembaptis ketika masih ada dalam kandungan. (Katakan
saja, para gembala itulah para teolog, para ahli kristologi generasi
awal, yang mampu memukau perhatian orang. Guru Besar mereka ialah para
malaikat dan semua bala tentara surgawi.)
Satu
catatan. Disebutkan dalam ay. 15 "... gembala-gembala itu berkata satu
kepada yang lain, 'Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat
....'" Kepada siapa kata-kata itu ditujukan? Dalam bacaan teks yang
biasa, jelas ajakan itu ditujukan kepada satu sama lain. Namun demikian,
bacaan teks ini juga tertuju kepada pembaca. Teks ini membuat siapa
saja yang membaca atau mendengarkannya merasa diajak gembala-gembala
tadi bersama pergi dengan mereka ke Betlehem menyaksikan kebesaran ilahi
dalam wujud yang membuat orang mulai bersimpati kepada Tuhan. Lukas
kerap memakai teknik berbicara seperti ini. Dengan memakai bentuk
percakapan - bukan hanya dengan cerita - Lukas membuat pembaca merasa
seolah-olah ikut hadir di situ. Dan pada saat tertentu ajakan akan
terasa ditujukan bagi pembaca juga.
Yang hadir dalam pembacaan Injil Misa fajar bisa pula merasakannya. Dan
bila itu terjadi, warta petikan Injil Misa Fajar akan menjadi makin
hidup. Orang diajak para gembala yang telah menyaksikan kebesaran Tuhan
untuk ikut pergi mencarinya "di Betlehem", di tempat yang kita semua
tahu, yang dapat dicapai, bukan di negeri antah-berantah. Warta Natal
Lukas tak lain tak bukan ialah pergi mendapati dia yang lahir di tempat
yang bisa dijangkau siapa saja - di "Betlehem" - boleh jadi dalam diri
orang yang kita cintai, boleh jadi dalam kehidupan orang-orang yang kita
layani, dalam diri orang-orang yang membutuhkan kedamaian, atau juga
dalam diri kita sendiri yang diajak ikut menghadirkannya. Ini bisa
memberi arah baru dalam kehidupan. Betlehem bisa bermacam-macam wujud
dan macamnya, namun satu hal sama. Di situlah Tuhan diam menantikan
orang datang menyatakan simpati kepada-Nya. Adakah perkara lain yang
lebih menyentuh?
Dalam bacaan
pertama misa fajar (Yes 62:11-12 )diutarakan dengan nada penuh
kegembiraan agar orang di kota Yerusalem membuka pintu gerbang mereka
lebar-lebar menyambut kedatangan raja yang mereka nanti-nantikan. Mereka
dihimbau menerima dengan terbuka dia yang membawakan keselamatan bagi
kota yang gelisah dan merasa terancam oleh kekuatan-kekuatan yang
memusuhinya, baik dari luar maupun dari dalam. Yang menyambutnya akan
menjadi bangsa yang kudus, orang-orang yang ditebus Tuhan sendiri,
mereka itu tidak ditinggalkan-Nya (ay. 12). Kebesarann-Nya ini kini
menjadi nyata - dalam peristiwa kelahiran Yesus seperti diumumkan dalam
Injil misa malam dan fajar ini.
INJIL MISA SIANG: Yoh 1:1-18
Pembukaan
Injil Yohanes ini sarat dengan makna. Dikatakan dalam kedua ayat
pertama "Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan
Allah. Dan Firman itu adalah Allah. Ia pada awal mulanya ada bersama
dengan Allah" (Yoh 1:1-2). Guna memahaminya, orang perlu mengingat Kisah
Penciptaan menurut tradisi dalam Kej 1:1-2:4a. Di situ dikisahkan bahwa
pada awalnya Tuhan menjadikan terang dengan memfirmankannya. Firman-Nya
(yakni "jadilah terang!") menjadi kenyataan, yakni terang. Dan begitu
selanjutnya hingga ciptaan yang paling akhir, yakni umat manusia (dengan
memakai gaya bahasa merismus "laki-laki dan perempuan") yang diberkati
dan diberi wewenang mengatur jagat ini sebagai wakil Tuhan Pencipta
sendiri.
Terjemahan ay. 1 "Dan
Firman itu Allah" ialah terjemahan harfiah kalimat Yohanes "kai theos en
ho logos". Kalimat Yunani seperti itu sebetulnya bukan hendak
menyamakan Firman dengan Tuhan. Alih bahasa yang lebih dekat dengan
maksud Yohanes boleh jadi demikian: "keilahian itu adalah Firman". Kata
"theos" dipakai tanpa artikel atau kata sandang di sini tampil dalam
arti keilahian. Pemakaian seperti ini maksudnya untuk menekankan bahwa
yang sedang dibicarakan, yakni Firman itu memiliki bagian dalam
keilahian. Dengan demikian juga hendak dikatakan bahwa keilahian yang
kerap terasa jauh dan menggentarkan belaka itu kini mulai dekat dan
dapat didengarkan, membiarkan diri dimengerti, dikaji, dipikir-pikirkan,
dan dengan demikian ikut di dalam kehidupan manusia. Itulah maksud
Yohanes. Oleh karena itu, juga tidak mengherankan bila dalam Yoh 1:3
ditegaskan tak ada yang ada di jagat ini yang dijadikan tanpa Firman.
Tak ada yang tak berhubungan dengan-Nya. Hubungan ini tetap ada
sekalipun dianggap sepi, disangkal, tidak diperhatikan. Selanjutnya,
dalam ay. 4 ditegaskan bahwa ia itu kehidupan dan kehidupan itu adalah
terang bagi manusia. Dalam Kisah Kejadian tadi, terang menjadi ciptaan
pertama yang mendasari semua yang ada.
Bagi Yohanes, kata "dunia" (ay. 9, 10) mengacu pada tempat beradanya
kekuatan-kekuatan gelap yang melawan kehadiran ilahi (lihat ay. 5). Ke
tempat seperti inilah terang ilahi tadi bersinar dan terangnya tak
dikalahkan oleh kekuatan-kekuatan gelap. Yohanes menghubungkan peristiwa
kelahiran Yesus sebagai kedatangan terang ilahi ke dunia ini. Dengan
latar Kisah Penciptaan maka jelas kelahiran Yesus itu ditampilkan
Yohanes sebagai tindakan yang pertama dalam karya penciptaan Tuhan.
Namun demikian, arah tujuan pembicaraan Yohanes bukan sekadar menyebut
itu. Penciptaan ini dimaksud untuk menghadirkan Tuhan Pen¬cipta. Bukan
sebagai Tuhan yang kehadiran-Nya harus diterjemahkan terutama dalam
wujud hukum-hukum agama, seperti hukum Taurat, melainkan sebagai Bapa
yang mengasalkan kehidupan manusia, yang menyapa manusia dengan Firman
yang membawakan kehidupan.
Bacaan
pertama misa siang, Yes 52:7-10, mengungkapkan gairah umat menerima
warta gembira bahwa yang mereka percaya - Allah - sungguh berkuasa
melindungi orang-orangNya. Dia kini berada kembali di tengah-tengah
umat, di Yerusalem yang untuk beberapa lama menjadi kota yang runtuh
pamornya. Kini kota itu akan berdiri kembali karena Ia ada di situ.
Kehadiran-Nya bukan sekadar akan membangun kembali kota itu, melainkan
mengubahnya menjadi tempat kehadiran-Nya yang batiniah. Dan oleh
karenanya Ia tidak lagi terbatas di tempat itu saja, melainkan ada di
mana saja Ia dimuliakan. Kota Yerusalem menjadi kota rohani bagi semua
orang yang melihat dan menerima kehadiran-Nya.
Kehadirannya memiliki daya pembaharu dan inilah kenyataan penciptaan.
Bagi zaman ini, akan besar maknanya bila dikatakan bahwa iman akan
kelahiran Kristus di dunia ini ialah kelanjutan kepercayaan bahwa Allah
terus menciptakan jagat beserta isinya. Firman-Nya kuat. Terangnya tak
terkalahkan meskipun banyak yang menghalangi. Artinya, yang menganggap
ciptaan ini buruk dan gelap belaka dan memperlakukannya dengan buruk
boleh jadi sudah mulai memisahkan diri dari Dia, sumber terang itu
sendiri, dan akan tersingkir sendiri. Tetapi mereka yang percaya bahwa
jagat ini dapat menjadi baik dan ikut mengusahakannya sebetulnya memilih
ada bersama Dia.
Selamat Natal,
A. Gianto