“Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu”
Masa
Adven adalah masa menantikan/persiapan menyambut kedatangan Penyelamat
Dunia. Persiapan hemat saya merupakan sesuatu yang penting dalam
melaksanakan segala sesuatu. Persiapan yang baik merupakan tanda-tanda
keberhasilan dan dengan demikian orang yang sungguh mempersiapkan dengan
baik pasti akan sukses. Di dalam olahraga apa yang disebut persiapan
sebelum bertanding sungguh merupakan kegiatan yang sangat penting,
misalnya di Indonesia dikenal dengan nama “Pelatnas”. Jika kita
mempersiapkan kegiatan atau acara-acara yang biasa atau duniawia saja
begitu baik, maka hendaknya dalam rangka mempersiapkan kedatangan
Penyelamat Dunia diusahakan lebih baik, karena yang akan kita sambut
kedatanganNya adalah Allah, yang dengan segala kerendahan hati rela
mendatangi kita dengan menjadi Manusia,
seperti kita kecuali dalam hal dosa. Apa yang perlu kita lakukan selama
masa Adven, antara lain adalah ‘hidup doa’ sebagaimana disabdakan oleh
Yesus di bawah ini.
“Berjaga-jagalah
senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari
semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan
Anak Manusia.” (Luk 21:36)
Orang
yang bertugas berjaga-jaga pada umumnya dalam keadaan sehat dan
segar-bugar baik secara fisik, social, emosional, psikis maupun
spiritual, agar dapat melaksanakan tugas pengutusannya dengan baik. Maka
mungkin yang baik diusahakan pertama-tama dan kiranya dengan mudah
diusahakan adalah kesehatan dan kebugaran fisik atau tubuh, karena dalam
tubuh atau fisik yang sehat dan segar-bugar pada umumnya orang dengan
mudah juga mengusahakan kesehatan dan kebugaran lainnya. Agar tubuh atau
fisik kita sehat dan segar-bugar hendaknya makan dan minum secara
teratur serta yang dikomsumsi jenis makanan dan minuman yang sehat, dan
selanjutnya teratur juga dalam bekerja/belajar, istirahat serta
olahraga.
Selama
masa Adven kiranya juga diselenggarakan pertemuan umat untuk pendalaman
iman, maka ketika fisik atau tubuh kita sehat dan segar-bugar,
hendaknya sungguh dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam kegiatan
pendalaman iman di lingkungan-lingkungan umat. Kami percaya telah ada
Panitia Khusus di tiap keuskupan atau paroki yang mempersiapkan bahan
pendalaman iman, maka jangan disia-siakan apa yang telah dipersiapkan
tersebut. Tentu saja selain berpartisipasi dalam kegiatan pendalaman
iman secara bersama, hendaknya juga diusahakan pendalaman iman atau
hidup doa secara pribadi. “Bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” (Luk 21:28), demikian sabdaNya yang hendaknya kita renungkan dan hayati.
“Mengangkat muka” berarti
mengarahkan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi atau kehadiran dan karya
Tuhan dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain dalam cara hidup dan
cara bertindaknya orang senantiasa berorientasi kepada hal-hal spiritual
atau rohani, tidak berarti lalu tidak bekerja sebagaimana mestinya,
melainkan menghayati aneka tugas pekerjaan dan kewajiban sebagai sarana
atau wahana bagi kita untuk semakin membuka diri pada Penyelenggaraan
Ilahi, agar dengan demikian kita juga siap sedia menyambut kedatangan-Nya
di hari Natal nanti. Selain secara pribadi kami harapkan di dalam
keluarga masing-masing setiap
hari, dan mungkin tidak mungkin semua anggota keluarga dapat hadir
karena tugas dan pekerjaan, hendaknya diselenggarakan doa atau
pendalaman iman bersama. Secara pribadi atau bersama kita juga dapat
mendoakan orang-orang lain yang harus kita doakan atau minta kita
doakan, entah itu saudara, kenalan atau siapapun. Secara khusus kepada
mereka yang selama ini menerima sumbangan atau dana dari para donator
yang bermurah hati, misalnya para seminaris, kami harapkan juga
mendoakan mereka yang telah bermurah hati tersebut.
Memasuki
masa Adven selama bulan Desember ini, sebelum hari raya Natal, kita
juga diajak untuk mengenangkan hari-hari tertentu, yang hemat saya
sangat erat dengan pesta Natal, yaitu ‘Hari Hak Asasi Manusia’ (10 Desember), ‘Hari Kesatuan Nasional’ (13 Desember), ‘Hari Ibu’/ ‘Hari Sosial’ (22
Desember). Maka baiklah di hari-hari tersebut kita juga berpartisipasi
untuk merayakannya sekaligus sebagai pendalaman persiapan menyambut
kedatangan Penyelamat Dunia. Ingatlah dan sadari bahwa yang kita sambut
kedatanganNya adalah Penyelamat Dunia, berarti kita juga dipanggil untuk
mengajak saudara-saudari kita yang beragama atau berkeyakinan iman lain
berpartisipasi dalam persiapan pesta perdamaian dunia. Selanjutnya
marilah kita renungkan sapaan Paulus dibawah ini.
“Kiranya
Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah
dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua
orang kudus-Nya” (1Tes 3:13).
Sebagai
orang beriman atau beragama kita semua diharapkan memiliki ‘hati tak
bercacat dan kudus’ alias bersih dari noda dosa sekecil apapun. Ketika
baru dilahirkan di dunia ini, keluar dari kandungan atau rahim ibu kita
masing-masing, kiranya hati kita masih dalam keadaan bersih, tak
bercacat sedikitpun, namun semakin tambah usia dan pengalaman pada
umumnya hati kita semakin kotor, penuh dengan aneka cacat, semakin
tambah usia dan pengalaman berarti juga semakin bertambah dosa-dosa dan
cacat cela pada hati kita. Selama masa adven ini kiranya bagi umat
Katolik khususnya ada kesempatan untuk membersihkan hati yang cacat dan
kotor, yaitu dengan mengaku dosa secara pribadi, maka kami berharap
kesempatan untuk mengaku dosa digunakan sebaik mungkin.
Dalam
kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan pendalaman iman, kiranya kita
memperoleh pencerahan atau penerangan guna membantu mawas diri alias
untuk lebih mengenali diri secara lebih benar dan
mendalam. Kami percaya jika kita sungguh mawas diri dengan baik dan
benar, maka kita pasti akan mengakui diri sebagai pendosa yang dikasihi
oleh Tuhan. Pengakuan dan penghayatan diri sebagai yang berdosa yang
dikasihi oleh Tuhan hemat saya merupakan kebenaran iman sejati, maka
berbahagia, bersyukur dan berterima kasih lah jika anda dapat mengakui
dan menghayati diri sebagai yang berdosa yang dikasihi oleh Tuhan,
karena hal itu sungguh merupakan rahmat atau anugerah Tuhan, bukan hasil
kerja atau keringat kita semata-mata, melainkan terutama sebagai rahmat
atau anugerah Tuhan.
"Sesungguhnya,
waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati
janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda. Pada
waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi
Daud. Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri. Pada waktu
itu Yehuda akan dibebaskan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram.
Dan dengan nama inilah mereka akan dipanggil: TUHAN keadilan kita”
(Yer 33:14-16). Kutipan di atas ini kiranya bagi kita merupakan ajakan
bagi kita semua untuk bertobat dari dosa dan cacat cela kita, agar kita
menjadi orang yang sungguh bebas merdeka, dan akhirnya juga berani
berkata bahwa “Tuhan keadilan kita”. Mengakui dan menghayati
Tuhan
sebagai yang adil berarti menyadari dan menghayati diri sebagai orang
berdosa yang dikasihi dan kemudian juga dipanggil oleh Tuhan untuk
meneruskan atau mewartakan keadilan atau kasih pengampunan kepada
siapapun dan dimana pun. Marilah
kita semua sungguh mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan Tuhan
dan secara konkret kiranya bagi kita semua juga penting untuk menggalang
dan memperdalam hidup persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita,
tanpa pandang bulu, SARA.
“TUHAN
itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang
sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia
mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala jalan
TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada
perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya”
(Mzm 25:8-10)
Minggu, 2 Desember 2012
Romo Ignatius Sumarya, SJ