Kis 25:13-21; Mzm 103:1-2.11-12.19-20ab; Yoh 21:15-19.
" Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." (Yoh 21:15-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:I
· Semakin tinggi jabatan atau kedudukan pada umumnya orang menjadi kurang bebas lagi, karena pada umumnya ada macam-macam acara atau permintaan yang harus dilayani, apalagi jika yang bersangkutan sungguh berjiwa melayani. Hal yang sama kiranya kurang lebih juga dialami oleh para suami-isteri, lebih-lebih jika mereka telah dikaruniai anak-anak oleh Tuhan. Sabda Yesus hari ini kiranya baik untuk direnungkan atau direfleksikan oleh para pemimpin atau atasan dalam kehidupan bersama dan kerja bersama dimanapun dan kapanpun, dan kami ajak untuk menghayati diri sebagai wakil Tuhan untuk menggembalakan anggota atau bawahannya. Sebagai wakil Tuhan hendaknya sungguh mengasihi Tuhan dan mereka yang harus dilayani dengan rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 24). Dengan rendah hati ia akan mempersembahkan diri kepada Tuhan dan sesamanya, dengan senantiasa mendengarkan dambaan, kerinduan, harapan, jeritan atau suka duka mereka yang harus dilayani serta kemudian menanggapinya demi keselamatan jiwa mereka. Dengan kata lain sebagai pemimpin atau atasan diharapkan peka terhadap bisikan atau suara Roh Kudus, yang antara lain menggejala dalam kehendak baik sesamanya. Ia tidak boleh 'berjalan' mengikuti keinginan atau kehendak sendiri melainkan harus mengikuti dorongan dan kehendak Roh Kudus.
· "Ya raja Agripa serta semua yang hadir di sini bersama-sama dengan kami. Lihatlah orang ini, yang dituduh oleh semua orang Yahudi, baik yang di Yerusalem, maupun yang di sini. Mereka telah datang kepadaku dan sambil berteriak-teriak mereka mengatakan, bahwa ia tidak boleh hidup lebih lama. Tetapi ternyata kepadaku, bahwa ia tidak berbuat sesuatupun yang setimpal dengan hukuman mati dan karena ia naik banding kepada Kaisar, aku memutuskan untuk mengirim dia menghadap Kaisar."(Kis 25:24-25), demikian kata Festus dalam pengadilan Paulus. Festus kiranya menjadi contoh petinggi yang sungguh mendengarkan suara atau bisikan Roh Kudus melalui rakyat atau orang kebanyakan. "Mendengarkan" merupakan salah satu keutamaan yang hendaknya dihayati oleh semua umat beriman, khususnya para pemimpin atau atasan, lebih-lebih mereka yang harus mengambil keputusan atau kebijakan, agar keputusan atau kebijakan yang dicanangkan sungguh adil dan benar serta menyelamatakan, terutama keselamatan jiwa. Dengan ini kami berharap kepada mereka yang berprofesi sebagai penegak atau pejuang kebenaran, seperti para hakim, jaksa, polisi dst.. untuk sungguh-sungguh mendengarkan aneka kesaksian dengan cermat dan tepat, sehingga kebijakan atau saran yang diambil sungguh benar dan menyelamatkan. Semoga mereka tidak menjadi buta kebenaran karena uang atau harta benda. Semoga para hakim tidak menghayati rumor "Hubungi Aku Kalau Ingin Menang", yang berarti beri aku uang secukupnya untuk kemenangan anda.
"Pujilah Tuhan hai jiwaku, pujilah nama-Nya yang kudus hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan jangan lupakan segala kebaikanNya" (Mzm 103:1-2)
Romo Ign Sumarya, SJ
10 Juni 2011
" Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku." (Yoh 21:15-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:I
· Semakin tinggi jabatan atau kedudukan pada umumnya orang menjadi kurang bebas lagi, karena pada umumnya ada macam-macam acara atau permintaan yang harus dilayani, apalagi jika yang bersangkutan sungguh berjiwa melayani. Hal yang sama kiranya kurang lebih juga dialami oleh para suami-isteri, lebih-lebih jika mereka telah dikaruniai anak-anak oleh Tuhan. Sabda Yesus hari ini kiranya baik untuk direnungkan atau direfleksikan oleh para pemimpin atau atasan dalam kehidupan bersama dan kerja bersama dimanapun dan kapanpun, dan kami ajak untuk menghayati diri sebagai wakil Tuhan untuk menggembalakan anggota atau bawahannya. Sebagai wakil Tuhan hendaknya sungguh mengasihi Tuhan dan mereka yang harus dilayani dengan rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 24). Dengan rendah hati ia akan mempersembahkan diri kepada Tuhan dan sesamanya, dengan senantiasa mendengarkan dambaan, kerinduan, harapan, jeritan atau suka duka mereka yang harus dilayani serta kemudian menanggapinya demi keselamatan jiwa mereka. Dengan kata lain sebagai pemimpin atau atasan diharapkan peka terhadap bisikan atau suara Roh Kudus, yang antara lain menggejala dalam kehendak baik sesamanya. Ia tidak boleh 'berjalan' mengikuti keinginan atau kehendak sendiri melainkan harus mengikuti dorongan dan kehendak Roh Kudus.
· "Ya raja Agripa serta semua yang hadir di sini bersama-sama dengan kami. Lihatlah orang ini, yang dituduh oleh semua orang Yahudi, baik yang di Yerusalem, maupun yang di sini. Mereka telah datang kepadaku dan sambil berteriak-teriak mereka mengatakan, bahwa ia tidak boleh hidup lebih lama. Tetapi ternyata kepadaku, bahwa ia tidak berbuat sesuatupun yang setimpal dengan hukuman mati dan karena ia naik banding kepada Kaisar, aku memutuskan untuk mengirim dia menghadap Kaisar."(Kis 25:24-25), demikian kata Festus dalam pengadilan Paulus. Festus kiranya menjadi contoh petinggi yang sungguh mendengarkan suara atau bisikan Roh Kudus melalui rakyat atau orang kebanyakan. "Mendengarkan" merupakan salah satu keutamaan yang hendaknya dihayati oleh semua umat beriman, khususnya para pemimpin atau atasan, lebih-lebih mereka yang harus mengambil keputusan atau kebijakan, agar keputusan atau kebijakan yang dicanangkan sungguh adil dan benar serta menyelamatakan, terutama keselamatan jiwa. Dengan ini kami berharap kepada mereka yang berprofesi sebagai penegak atau pejuang kebenaran, seperti para hakim, jaksa, polisi dst.. untuk sungguh-sungguh mendengarkan aneka kesaksian dengan cermat dan tepat, sehingga kebijakan atau saran yang diambil sungguh benar dan menyelamatkan. Semoga mereka tidak menjadi buta kebenaran karena uang atau harta benda. Semoga para hakim tidak menghayati rumor "Hubungi Aku Kalau Ingin Menang", yang berarti beri aku uang secukupnya untuk kemenangan anda.
"Pujilah Tuhan hai jiwaku, pujilah nama-Nya yang kudus hai segenap batinku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan jangan lupakan segala kebaikanNya" (Mzm 103:1-2)
Romo Ign Sumarya, SJ
10 Juni 2011