" Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. . Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."(Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Allah adalah kasih, maka beriman kepada Allah berarti dengan sepenuhnya menerima kasih Allah dan hidup serta bertindak saling mengasihi, sebagaimana Allah telah mengasihi. Kasih Allah kepada kita tiada henti, sebagaimana didoakan Yesus, yaitu "Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya , supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka". Kasih Allah kepada kita melalui Roh-Nya, Roh Cintakasih, maka baiklah di hari menjelang anugerah Roh Kudus di Hari Raya Pentekosta ini kita dalam novena Roh Kudus hari ini mohon agar Roh Cintakasih senantiasa menyertai dan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun, sehingga kita hidup saling mengasihi. Sekali lagi saya ingatkan bahwa hidup saling mengasihi mudah kita hayati jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'buah kasih' atau 'yang terkasih', yang diciptakan dalam kasih serta dibina, dididik, ditumbuh-kembangkan dalam dan oleh kasih. Para suami-isteri atau bapak-ibu kami harapkan dapat menjadi saksi saling menagsihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh bagi anak-anaknya, dan anak-anak kami harapkan meneladan hidup saling mengasihi dari orangtuanya. Memang ada kemungkinan terjadi keterbatasan dalam hal pemahaman dan penghayatan cintakasih, maka kami harapkan kita sering curhat dengan saudara-saudari kita perihal hidup saling mengasihi, sehingga masing-masing dari kita diperkaya dan diperkembangkan dalam hidup saling mengasihi. Barangsiapa saling mengasihi berarti menghayati diri sebagai ciptaan Allah, gambar dan citra Allah, yang adalah Kasih Sejati.
· "Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma."(Kis 23:11), demikian firman Tuhan kepada Paulus yang dengan berani bersaksi perihal kebangkitan orang mati. Paulus diadili karena kebangkitan orang mati dihadapan orang-orang Saduki dan ahli-ahli Taurat, maka ketika Paulus mengangkat perihal kebangkitan orang mati timbullah keributan antar mereka, karena orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati dan ahli Taurat percaya. Ketegangan dan keributan yang terjadi antar mereka karena ketegaran dan keberanian Paulus menyebabkan pembebasan Paulus dari aneka tuduhan pengadilan. Paulus pun akhirnya menerima peneguhan dari Tuhan agar tetap bersaksi perihal kebangkitan orang mati, bahwa ada perintah "demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma". Roma pada masa itu boleh dikatakan sebagai kota modern, atau pada masa kini disebut sebagai metropolitan seperti Jakarta, dengan kata lain mayoritas penduduknya bersikap mental materialistis dan kurang beriman alias kurang atau tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Maka dengan ini kami berharap kepada segenap umat beriman di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dst.. untuk dengan tegar dan rendah hati menjadi saksi iman, saksi kebangkitan orang mati. Dengan kata lain hendaknya setia pada iman serta lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Keselamatan jiwa manusia hendaknya menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan hidup, panggilan serta tugas pengutusan dimanapun dan kapanpun. Sekolah-sekolah hendaknya lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang beriman, baik dan berbudi pekerti luhur, bukan menjadi pandai atau cerdas secara intelektual saja. Percayalah kita anak-anak tumbuh berkembang menjadi baik, beriman dan berbudi pekerti luhur, maka kelak mereka akan survival dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan yang cukup berat.
Romo Ign Sumarya, SJ
9 Juni 2011
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Allah adalah kasih, maka beriman kepada Allah berarti dengan sepenuhnya menerima kasih Allah dan hidup serta bertindak saling mengasihi, sebagaimana Allah telah mengasihi. Kasih Allah kepada kita tiada henti, sebagaimana didoakan Yesus, yaitu "Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya , supaya kasih yang Engkau berikan kepadaKu ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka". Kasih Allah kepada kita melalui Roh-Nya, Roh Cintakasih, maka baiklah di hari menjelang anugerah Roh Kudus di Hari Raya Pentekosta ini kita dalam novena Roh Kudus hari ini mohon agar Roh Cintakasih senantiasa menyertai dan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun, sehingga kita hidup saling mengasihi. Sekali lagi saya ingatkan bahwa hidup saling mengasihi mudah kita hayati jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'buah kasih' atau 'yang terkasih', yang diciptakan dalam kasih serta dibina, dididik, ditumbuh-kembangkan dalam dan oleh kasih. Para suami-isteri atau bapak-ibu kami harapkan dapat menjadi saksi saling menagsihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh bagi anak-anaknya, dan anak-anak kami harapkan meneladan hidup saling mengasihi dari orangtuanya. Memang ada kemungkinan terjadi keterbatasan dalam hal pemahaman dan penghayatan cintakasih, maka kami harapkan kita sering curhat dengan saudara-saudari kita perihal hidup saling mengasihi, sehingga masing-masing dari kita diperkaya dan diperkembangkan dalam hidup saling mengasihi. Barangsiapa saling mengasihi berarti menghayati diri sebagai ciptaan Allah, gambar dan citra Allah, yang adalah Kasih Sejati.
· "Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma."(Kis 23:11), demikian firman Tuhan kepada Paulus yang dengan berani bersaksi perihal kebangkitan orang mati. Paulus diadili karena kebangkitan orang mati dihadapan orang-orang Saduki dan ahli-ahli Taurat, maka ketika Paulus mengangkat perihal kebangkitan orang mati timbullah keributan antar mereka, karena orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati dan ahli Taurat percaya. Ketegangan dan keributan yang terjadi antar mereka karena ketegaran dan keberanian Paulus menyebabkan pembebasan Paulus dari aneka tuduhan pengadilan. Paulus pun akhirnya menerima peneguhan dari Tuhan agar tetap bersaksi perihal kebangkitan orang mati, bahwa ada perintah "demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma". Roma pada masa itu boleh dikatakan sebagai kota modern, atau pada masa kini disebut sebagai metropolitan seperti Jakarta, dengan kata lain mayoritas penduduknya bersikap mental materialistis dan kurang beriman alias kurang atau tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Maka dengan ini kami berharap kepada segenap umat beriman di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dst.. untuk dengan tegar dan rendah hati menjadi saksi iman, saksi kebangkitan orang mati. Dengan kata lain hendaknya setia pada iman serta lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Keselamatan jiwa manusia hendaknya menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan hidup, panggilan serta tugas pengutusan dimanapun dan kapanpun. Sekolah-sekolah hendaknya lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang beriman, baik dan berbudi pekerti luhur, bukan menjadi pandai atau cerdas secara intelektual saja. Percayalah kita anak-anak tumbuh berkembang menjadi baik, beriman dan berbudi pekerti luhur, maka kelak mereka akan survival dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan yang cukup berat.
"Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang wajah Tuhan, karena Ia senantiasa berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersuka-cita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan"
(Mzm 16:7-10)
(Mzm 16:7-10)
Romo Ign Sumarya, SJ
9 Juni 2011