HOMILI: Hari Minggu Adven I (Yes 2:1-5; Mzm 122:1-2.4-7; Rm 13:11-14a; Mat 24:37-44)

“Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."

Menghadapi apa saja yang baru pada umumnya orang bergairah dan penuh pengharapan. Pasangan suami-isteri yang baru saja saling berjanji untuk hidup bersama kiranya memiliki segudang harapan, antara lain semakin saling mengasihi serta kelahiran anak sebagai anugerah Tuhan; pelajar atau mahasiswa baru berhadap sukses dalam belajar, pegawai baru berharap sukses di dalam kerja, pejabat baru berharap sukses dalam melayani, dst… Hari ini kita memasuki Tahun Baru Liturgi, masa Adven, dimana kurang lebih empat minggu kita diajak mempersiapkan diri dalam rangka menyambut kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia, Allah yang memenuhi janji-Nya untuk memperbaharui dunia seisinya. Memasuki Tahun Baru Liturgi ini kita diharapkan bergairah dan penuh pengharapan, sebagaimana dipesankan dalam Warta Gembira hari ini, maka baiklah kita renungkan pesan tersebut.

“Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." (Mat 24:44)

Kedatangan Anak Manusia kiranya dapat diartikan ‘Hari Kelahiran Penyelamat Dunia’ alias pesta Natal atau saat kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia. Hari pesta Natal kiranya dapat kita duga karena telah ditentukan jauh sebelumnya, namun kapan kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia kiranya sebagai umat beriman kita tidak tahu, maka baiklah ‘kedatangan Anak Manusia’ kita fahami ketika kita dipanggil Tuhan. Maka marilah kita senantiasa dalam keadaan siap sedia untuk dipanggil Tuhan serta berharap hidup mulia selama-lamanya di sorga.

Orang yang ‘siap sedia’ pada umumnya dalam keadaan sehat wal’afiat, segar bugar baik secara jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual, menarik, mempesona dan memikat. Orang yang ‘siap sedia’ juga dalam keadaan bersih alias suci serta dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk mempersembahkan diri terhadap panggilan Tuhan dalam pelayanan kepada sesamanya. Maka marilah memasuki masa Adven ini kita mawas diri sejauh mana kita dalam keadaan siap siaga atau siap sedia untuk menanggapi panggilan Tuhan, entah itu berarti meninggal dunia atau melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai bantuan untuk mawas diri saya angkat beberapa hal sebagai berikut:

· Panggilan sebagai ciptaan Tuhan: kita diciptakan oleh Tuhan sebagai gambar atau citra-Nya, artinya melalui cara hidup dan cara bertindak kita orang dapat melihat Tuhan yang hidup dan berkarya. Sebagai gambar atau citra Tuhan kita senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, lebih-lebih dan terutama bagi kebaikan atau keselamatan jiwa, dengan demikian semakin tambah usia atau berpengalaman dalam hidup berarti kita semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

· Panggilan sebagai orang yang telah dibaptis atau beriman kepada Yesus Kristus: ketika dibaptis kita berjanji untuk hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan, dengan kata lain kita berjanji untuk hidup baik dan berbudi pekerti luhur, meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus serta melaksanakan sabda-sabdaNya. Cara hidup dan cara bertindak kita seperti yang dihayati oleh jemaat purba, yaitu bahwa “kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah” (Kis 4:32-33).

Dari dua jati diri kita masing-masing tersebut baiklah kita sungguh mawas diri dan jika kita belum atau tidak setia pada panggilan kita baiklah kita mempersiapkan diri untuk mohon kasih pengampunan Tuhan dengan menerima Sakramen Tobat sebelum mengenangkan kedatangan Tuhan, Penyelamat Dunia, di hari Natal yang akan datang.

“Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati” (Rm 13: 12-13)

Sapaan atau peringatan Paulus kepada di Roma di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita dalam memasuki Adven atau Tahun Baru Liturgi. Kita diingatkan untuk ‘meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang: hidup sopan, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan dan iri hati”. Maka baiklah secara sederhana saya kembangkan peringatan Paulus tersebut sebagai bantuan untuk mawas diri bagi kita semua:

· Meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan. Berbagai bentuk perbuatan kegelapan yang harus kita tinggalkan dengan jelas dikatakan oleh Paulus, yaitu: pesta pora, kemabukan, percabulan, perselisihan dan iri hati. Berbagai bencana alam telah menimbulkan penderitaan bagi banyak orang di negeri kita ini, maka ajakan untuk tidak berpesta pora serta bermabuk-mabukan kiranya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebar-luaskan dalam kehidupan bersama kita masa kini. Kami berharap para pejabat, petinggi atau orang-orang kaya dapat menjadi teladan dalam meninggalkan pesta pora dan mabuk-mabukan di masa adven ini. Perbuatan cabul rasanya sungguh marak terjadi di sana-sini, entah itu dilakukan secara pribadi atau dengan orang lain, karena dorongan nafsu seksual yang tak terkendalikan. Hendaknya para orangtua serta pendidik atau guru dapat menjadi teladan dalam meninggalkan perbuatan cabul bagi anak-anak atau para peserta didik. Perbuatan iri hati yang berkembang menjadi perselisihan kiranya juga masih marak di sana-sini, entah itu terjadi secara pribadi atau kelompok/golongan/organisasi. Iri hati memang dapat mengarah ke kematian, maka baiklah kita tinggalkan aneka bentuk iri hati dalam diri kita masing-masing.

· Mengenakan perlengkapan senjata perang. Perlengkapan senjata perang yang diingatkan oleh Paulus adalah hidup sopan. Sopan antara lain berarti menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berdosa atau melakukan kejahatan, dengan kata lain sopan berarti menghargai dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia alias tidak melecehkan atau merendahkan yang lain. Cara berpakaian sopan merupakan salah satu bentuk penghayatan yang kiranya baik kita hayati, maka kami berharap hendaknya jangan berpakaian sedemikian rupa sehingga merangsang oleh lain untuk berpikiran jahat serta kemudian melakukan kejahatan. Berkata-kata sopan juga merupakan cara hidup yang baik kita lakukan. Cara berpakaian maupun berkata-kata hemat saya mencerminkan pribadi orang yang bersangkutan alias cermin dari hati, apa yang menjadi perhatian dalam hidupnya. Sopan santun hendaknya sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari orangtua serta kemudian dikembangkan dan diperdalam di sekolah-sekolah.

“Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud. Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa. Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!" (Mzm 122:1-2.4-7)




Jakarta, 28 November 2010


Romo. Ign. Sumarya, SJ.

"Kalau kamu tetap bertahan kamu akan memperoleh hidupmu" (Why 15:1-4; Mzm 98:1-2; Luk 21:12-19)

"Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." (Luk 21:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Andreas Dung Lac, imam dan kawan-kawannya, para martir Vietnam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hidup dan bertindak benar, jujur serta disiplin maupun berani memperjuangkan kebenaran, kejujuran dan kedisplinan masa kini sering harus menghadapi penguasa yang korup dan tidak jujur, bahkan ada kemungkinan untuk disingkirkan atau dibunuh. Namun dalam rangka mengenangkan para martir Vietnam maupun menghayati dimensi kemartiran iman atau agama kita, marilah kita hayati sabda Yesus: "Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." Kita dipanggil untuk setia dan bertahan pada jati diri kita masing-masing, panggilan maupun tugas pengutusan kita. Mungkin baik sebagai orang yang telah dibaptis dan pernah berjanji untuk hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan, kami mengajak anda untuk mawas diri sejauh mana kita setia pada janji baptis tersebut. Mengabdi Tuhan Allah saja dalam hidup sehari-hari berarti senantiasa melakukan apa yang baik dan benar, hidup jujur, setia dan disiplin. Godaan atau rayuan untuk melanggar janji baptis pada masa kini memang cukup banyak, mengingat dan memperhatikan kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan masih marak di sana-sini. Salah satu bentuk kemartiran adalah bertahan untuk setia dan taat pada janji, meskipun untuk itu harus menghadapi tantangan dan hambatan, atau ada kemungkinan disingkirkan. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang bertahan dalam iman dan janji, meskipun untuk itu harus menderita secara phisik akhirnya sekarang hidup mulia dan damai sejahtera, meskipun tidak kaya akan harta benda atau uang. Yang penting atau utama adalah keselamatan jiwa.

· "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu." (Why 15:3-4), demikian nyanyian Musa yang menjadi kesukaan orang beriman untuk dinyanyikan. Marilah nyanyian ini kita nyanyikan dengan sepenuh hati agar menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Kita diingatkan untuk senantiasa menelusuri jalan Tuhan dalam hidup sehari-hari, dalam aneka pelayanan dan pekerjaan kita, atau senantiasa bersembah-sujud kepadaNya melalui ciptaan-ciptaan-Nya terutama manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Tuhan. Menelusuri jalan Tuhan antara juga berarti menemukan dan mentaati serta melaksanakan kehendak Tuhan yang hidup dan berkarya dalam diri sesama manusia, dengan kata lain melihat kehendak baik yang ada dalam diri sesama dan kemudian disijernikan dengan kehendak baik kita. Pekerjaan Tuhan sungguh besar dan ajaib, antara lain menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaanNya serta mengihiasi atau mendandani sedemikian rupa sehingga menarik, mempesona serta memikat, misalnya sesama manusia yang tampan atau cantik, aneka jenis bunga yang warna-warni, aneka jenis binatang yang lucu, dst… Marilah kita hayati dan imani bahwa apa yang menarik, mempesona dan memikat dalam ciptaan-ciptaanNya adalah karya agung Tuhan, maka hendaknya jangan dirusak atau dihancurkan. Ketika melihat apa yang menarik, mempesona atau memikat, hendaknya kemudian bersembah-sujud kepada Tuhan alias semakin beriman. Marilah kita saling bersembah-sujud, melayani dan membahagiakan, memuji dan bersyukur serta berterima kasih.



"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa." (Mzm 98:1-2)

Jakarta, 24 November 2010 .


Romo Ign Sumarya, SJ

“Waspadalah supaya kamu jangan disesatkan.” (Why 14:14-20; Mzm 96:10-13; Luk 21:5-11)

“Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.” (Luk 21:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Waspada kiranya dapat difahami sebagai ‘awas pada’. Awas berarti tajam dan tepat dalam melihat, sehingga dapat melangkah ke depan dengan aman dan damai serta tak mudah tersesat. Di akhir tahun liturgi ini kita juga diajak untuk mawas diri apakah kita semakin waspada, sehingga tak mudah disesatkan oleh aneka macam bentuk godaan, rayuan, tipu daya atau jebakan. Saya percaya jika kita setia dalam menghayati iman kita di dalam hidup sehari-hari, maka kita akan menjadi orang yang waspada terhadap aneka macam perisitiwa atau apa yang akan terjadi. Orang yang waspada juga dapat ‘melihat apa yang akan terjadi’, sehingga ia dapat bersiap-siaga.serta membekali diri dengan baik dalam menghadapi apa yang akan terjadi. Aneka macam bentuk penyesatan masih terus terjadi yang dilakukan oleh orang jahat dan tak bermoral, dalam bentuk tawaran harta benda/uang, pangkat/kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi. Pada umumnya harta benda atau uang yang menjadi alat penyesatan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang yang masih bersikap mental materialistis. Salah satu cara menghadapi godaan akan harta benda atau uang adalah hidup dan bertindak sederhana, karena dengan demikian juga akan waspada terhadap tawaran-tawaran yang menarik dan mempesona. Sejauh saya dengar melalui aneka informasi konon para calon anggota DPR/DPRD atau kepala daerah sungguh tersesat, karena agar berhasil menjadi anggota DPR/DPRD atau kepala daerah harus memberi ‘uang pelicin’ yang cukup besar. Maka tidak mengherankan ketika mereka menjabat kemudian bersikap mental materialistis. Dampak berikutnya mereka tidak waspada terhadap aneka peristiwa yang terjadi.

· “Aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya. Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak.” (Why 14:14-15). Sebagai orang beriman kita semua diharapkan dapat melihat sebagaimana digambarkan dalam kutipan di atas ini. Marilah kita lihat apa yang indah, mulia, luhur dan baik dalam diri sesama manusia, binatang maupun tumbuhan atau lingkungan hidup kita. Marilah kita lihat karya Roh dalam diri sesama manusia, antara lain seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23). Kami percaya dalam diri kita masing-masing atau sesama kita dapat ditemukan buah-buah Roh tersebut. Selanjutnya secara khusus jika kita dapat melihat buah-buah Roh dalam diri kitam marilah kita ‘ayunkan’, artinya kita hayati dalam hidup sehari-hari. Kita berantas dan musnahkan aneka macam bentuk penyesatan. Buah-buah Roh tersebut semakin diayunkan atau diberikan kepada orang lain tidak akan pernah berkurang sedikitpun, bahkan akan semakin bertambah, semakin mendalam dan handal. Kita semua dipanggil untuk setia dan taat pada malaikat-malaikat yang mendampingi perjalanan hidup, tugas pengutusan kita. Suara dan pendampingannya antara lain berupa tegoran ketika kita akan tersesat atau menyeleweng, dukungan dan peneguhan ketika kita akan berbuat baik. Semoga kita semua senantiasa tergerak untuk berbuat baik kepada saudara-saudari kita.

“Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya “ (Mzm 96:10-13)


Jakarta, 23 November 2010


Romo. Ignatius Sumarya, SJ

November: Bulan untuk merenungkan kematian dan mendoakan arwah

Oleh Romo. Antonius Puja Harsana, SJ

Setiap hari kita berhadapan dengan kematian, entah menimpa anggota keluarga kita, entah tetangga kita, entah orang lain di sekitar kita atau di tempat lain. Kematian bisa menimpa siapa saja: anak, orang muda, orang dewasa atau orang tua. Sebab-sebab kematian juga ada berbagai macam. Ada yang mati karena lanjut usia, karena sakit dan komplikasi yang lama, ada yang tiba-tiba meninggal dunia karena penyumbatan jantung, ada yang akibat kecelakaan, ada pula yang mati karena terkena musibah atau bencana.

Menghadapi kematian orang merasa takut. Bisa juga dia menghadapinya dengan ketabahan hati. Tergantung kesiapan batin masing-masing. Bahkan ada yang menghadapi kematian secara berani, atas dasar prinsip dan keyakinan kebenaran yang dipegang teguh sehingga tak gentar menghadapi resiko kematian. Kematian juga sering menimbulkan rasa sedih, kehilangan, sepi yang mendalam. Terlebih bila yang meninggal orang yang kita cintai atau dekat dengan kita.

Pada bulan November Gereja secara khusus mengajak merenungkan kematian dan mendoakan arwah. Tanggal 2 bulan tersebut adalah peringatan arwah menurut liturgi Gereja. Tradisi peringatan ini sudah lama berlangsung dalam Gereja. Dalam kalendarium liturgi ditulis bahwa tiap imam pada hari ini boleh merayakan tiga ekaristi. Rumusan misa pada hari ini pun ada tiga: Misa Arwah 1, Misa Arwah 2, dan Misa Arwah 3.

Mengapa kita mendoakan arwah? Karena kita menyadari bahwa saudara-saudara kita tidak selalu dalam keadaan sungguh suci dan bersih hati ketika dipanggil Tuhan. Mereka menanggung beban dosa menurut bobot masing-masing. Dosa ini tentu menghalangi mereka dalam bersatu dengan Tuhan yang Mahasuci, sumber hidup dan kebahagiaan sejati. Mereka sudah tidak berdaya mengubah situasi hidupnya karena sudah tidak melekat pada daya-daya hidup seperti waktu di dunia fana, yaitu pikiran, perasaan, kehendak. Mereka adalah arwah yang menanti belas kasih. Maka kita mendoakan mereka agar diampuni dosanya dan menerima belas kasih Tuhan sehingga mengalami penyucian dan penyelamatan.

Doa untuk arwah mendasarkan diri pada harapan akan kebangkitan, sebagaimana dirumuskan pada Prefasi Arwah I, "Sebab Dialah yang telah menumbuhkan harapan kokoh akan kebangkitan mulia; sehingga kami yang sering takut akan maut yang tak terelakkan itu sungguh-sungguh dihibur oleh hidup abadi yang telah dijanjikan kepada kami. Oleh karena itu sebagai umat beriman kami yakin bahwa hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan; bahwa suatu kediaman abadi tersedia bagi kami di surga bila mengembaraan kami di dunia ini berakhir". Sedangkan Prefasi Arwah 4 menekankan bahwa kita telah ditebus oleh wafat Kristus, "Sebab kami dilahirkan oleh kuasa cipta-Mu, hidup kami diatur oleh kebijaksanaan-Mu, dan atas ketentuan-Mu pula kami kembali menjadi tanah sebagai akibat dosa. Namun kami sudah ditebus oleh wafat putera-Mu dan seturut kehendak-Mu kami akan dibangkitkan supaya ikut serta menikmati kebahagiaan mulia bersama Yesus Kristus, Tuhan kami".

Pada bulan November ini kita berdoa untuk para arwah demi keselamatan mereka, juga agar kita diingatkan akan kematian kita yang tak terelakkan, bakal menimpa siapa saja dalam waktu dekat ataupun lama, sehingga kita lebih siaga dengan kehidupan kita yang berkenan kepada Tuhan dan mengarah pada keselamatan.

“Janda ini memberi dari kekurangannya bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Why 14:1-3.4b-5; Mzm 24:1-4; Luk 21:1-4)

“Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Luk 21:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Cesilia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Orang-orang kaya pada umumnya penuh dengan perhitungan untung-rugi alias apakah akan ada keuntungan yang menjanjikan dalam melakukan segala sesuatu. Misalnya ada ajakan untuk melakukan sesuatu, yang sebenarnya baik, terlalu banyak berpikir dan akhirnya mangkir. Sebaliknya orang-orang miskin ketika menerima ajakan untuk melakukan sesuatu, tanpa pikir dan aneh-aneh, segera melakukannya dengan sepenuh hati. “Mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya” , demikian sabda Yesus menanggapi apa yang dilakukan oleh orang-orang kaya dan janda miskin dalam memberi persembahan. Kebetulan hari ini kita juga merayakan St.Cesilia, perawan dan martir, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, meskipun untuk itu harus menghadapi tantangan dan ancaman untuk dibunuh. Pembunuhan Cesilia merupakan peneguhan atas persembahan diri seutuhnya kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk meneladan janda miskin atau St.Cesilia, yang “memberi dari kekuranganya, bahkan memberi seluruh nafkahnya”. Dengan kata lain kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menghayati segala sesuatu yang kita miliki atau kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, dan kemudian kita persembahkan kembali kepada-Nya melalui saudara-saudari kita, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Hendaknya jangan memberi dari kelimpahannya yang berarti membuang sampah, dan dengan demikian memperlakukan penerima sebagai tempat sampah. Memberi dari kekurangaan itulah yang indah, mulia, luhur dan membahagiakan.

· “Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu”(Why 14:3). Baiklah kutipan ini kita fahami bahwa kita sebagai ‘yang telah ditebus dari bumi’ dipanggil untuk menghayati hidup baru, hidup dan bertindak hanya mengikuti kehendak Tuhan saja serta menolak semua godaan setan. Dengan kata lain saya mengajak kita semua untuk mawas diri perihal rahmat baptisan yang telah kita terima, dimana pada saat dibaptis kita berjanji untuk hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan. Rahmat baptis merupakan dasar hidup beriman bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Apakah kita setia menghayati janji baptis tersebut? Jika kita dengan rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan dapat menghayati janji baptis dengan baik dan benar setiap hari, maka saya percaya kita akan mampu menghayati panggilan khusus kita masing-masing dengan baik juga. Sebagai suami-isteri yang telah dibaptis, jika masing-masing setia pada janji baptis maka mereka akan setia pada janji perkawinan untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Sebagai imam atau anggota lembaga hidup bakti (bruder atau suster) jika setia menghayati janji baptis, maka akan semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui sesamanya atau mereka yang harus dilayani dalam tugas pengutusan. Secara khusus saya mengingatkan mereka yang berkeluarga atau para suami-isteri untuk saling memberi dari kekurangan atau seluruh pribadinya, sehingga dapat menjadi teladan bagi anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka berdua. Hal ini saya ingatkan karena apa yang terjadi atau dialami di dalam keluarga akan menjadi dasar dan modal untuk dikembangkan lebih lanjut di sekolah atau di masyarakat. Semoga janda miskin atau St.Cesilia sungguh dapat menjadi teladan bagi kita semua sebagai orang beriman.

“TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan” (Mzm 24:1-4)


Jakarta, 22 November 2010

Romo. Ign. Sumarya, SJ

Pesta Maria Dipersembahkan Kepada Allah

Pada hari ini di tahun 543 diberkati gereja baru Santa Perawan Maria dekat kenisah Yerusalem. Maka bersama umat Kristen Timur, kita ingat bagaimana Maria diberkati oleh Tuhan sejak awal hidupnya. Ia menjadi kediaman Roh Kudus yang indah berseri karena hidup suci. Terdorong oleh Roh Kudus Maria mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Ia melaksanakan kehendak Bapa dengan sempurna, dan menjadi Bunda Yesus Kristus. Maria sungguh bahagia, sebab ia mendengarkan dan melaksanakan Sabda Allah.

Dalam pembaptisan hidup kita juga dipersembahkan kepada Allah. Kita pun diberkati oleh Tuhan dan dilimpahi dengan rahmat-Nya. Berulangkali kita mendengar Sabda Allah. Apakah kita juga melaksanakannya?

Hari Jadi Kongregasi FIC

Pada hari Minggu, 21 November 2010 ini Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda (Bruder FIC) merayakan hari jadi ke-170. Kongregasi FIC didirikan pada tanggal 21 November 1840 oleh Pastor Ludovicus Rutten di Maastricht, Belanda. Bruder Pertama, juga sebagai cofounder kongregasi, adalah Br. Bernardus Hoecken.

Kongregasi FIC pernah dan masih bekerja di:
1. Indonesia (1920 - sekarang)
2. Chile (1953 - sekarang)
3. Sierra Leone (1959 - 1970)
4. Malawi (1960 - sekarang)
5. Pakistan (1960 - 1965)
6. Ghana (1965 - sekarang)
7. Zambia (1977 - 1990)
8. Belanda (1840 - sekarang)
Pada tanggal 19 September 1920 tibalah 5 Bruder FIC misionaris pertama dari Belanda, yaitu Br. August, Br. Lebuinus, br. Eufrasius, Br. Constantinus, dan Br. Ivo. Mereka mendarat di Tanjung Priok dan dijemput oleh Pastor F. van Lith SJ. Pagi harinya, tanggal 20 September, mereka melanjutkan perjalanannya ke Jogjakarta. Komunitas FIC pertama adalah di Jln. P. Senopati 18 Jogjakarta. Di Indonesia, Kongregasi FIC berkarya di KA Semarang, KA Jakarta, KA Palembang, K Ketapang, K Purwokerto, K Sorong. Sejak 2009 FIC mulai mengenalkan diri di Timor Leste.

Kongregasi Bruder FIC memandang pendidikan, pengajaran, dan pembinaan kristiani kaum muda sebagai tradisi utama pengutusannya. Karya pendidikan dan pengajaran ditangani oleh Yayasan Pangudi Luhur yang berpusat di Semarang. Beberapa karya lainnya: RR Roncalli Salatiga, RR Syalom Bandungan Ambarawa, Panti Asuhan Putra
Boro, Pertenunan Santa Maria Boro, Percetakan di Muntilan, penyaluran tenaga kerja, serta asrama-asrama.

Mohon doa dan dukungan agar para Bruder bersama mitra kerjanya dapat lebih bermakna dalam pelayanan. Berkah Dalem, (Br. Frans Sugi FIC).

Agenda Minggu Ini

  • Dalam rangka memperingati Hari Jadi Paroki San Inigo Dirjodipuran, Solo ke 34, Paroki San Inigo akan mengadakan Ekaristi Novena, Novena yang ke 7 pada hari Kamis, 25 November 2010, pukul 17.30 dengan tema: "Syukur atas tanggung jawab umat dalam Gereja" di Gereja San Inigo bersama Romo Antonius Puja Harsana, SJ.

  • Dalam rangka pelaksanaan Gelar Budaya Kevikepan Surakarta dalam bentuk drama tari berdialog dengan cerita "Babat Wonomarto" yang akan diadakan pada hari Minggu, 5 Desember 2010 pukul 09.00-selesai bertempat di Taman Budaya Jawa Tengah, Jl Ir. Sutami, Surakarta. Dengan tema: Terlibat berbagi berkat.

SIRAMAN ROHANI MINGGU

Simak Siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar
Minggu 28 November 2010
antara Pukul 05.30 – 06.30 WIB.

Kali ini mengambil tema “MEMBANGUN RUMAH TUHAN”, Produksi oleh Studio Audio Visual Puskat, Yogyakarta, Presenter : Rm. L. Heri Purnawan, MSF

Sinopsis:
Tayangan diawali dengan musikalisasi puisi “Di Muka Jendela” oleh Teater La Jose SMAK Santo Yoseph Denpasar. Dilanjutkan dengan Peresmian Katedral Tiga Raja Timika, Papua. Diperdalam rubrik “Bersama Romo Teguh Budiarto SJ: Refleksi tentang Pesta Adat Bakar Batu Timika”. Kemudian pemirsa diajak menikmati “Sayur Lodeh Kehidupan: Iman Penjual Rawon Penjara di Solo”. Sajian ditutup dengan video-clips “Ndherek Dewi Mariyah” oleh Brian Prasetya.

Hadiah kuis pemirsa dari Penerbit Kanisius : Perempuan Berselubungkan Matahari (Rm. St. Darmawijaya, Pr)