Santo Antonius

Pages - Menu

  • Beranda
  • Teks Misa
  • Arsip
  • DSA TPE 2020
  • Misa Kita V

HOMILI: Hari Minggu Biasa XIV

Sabtu-Minggu, 03-04 Juli 2010

HARI MINGGU BIASA XIV: Yes 66: 10-14; Gal 6:14-18; Luk 10:1-12.17-20

"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”

Akhir-akhir ini kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh sementara imam/pastor diangkat alias menjadi wacana publik, sementara itu jumlah imam/pastor yang mengundurkan diri terus berlangsung dan panggilan untuk menjadi imam merosot. Jumlah pekerja dalam Gereja, imam, bruder atau suster semakin merosot dan kebutuhn pelayanan umat semakin meningkat. Sering saya dengar keluh kesah umat betapa sulitnya minta bantuan imam untuk memimpin ibadat atau penerimaan sakramen, misalnya penerimaan sakramen minyak suci bagi mereka yang menderita sakit keras, perayaan ekaristi untuk pemakaman, dst.. Memang tantangan dan godaan menjadi imam, bruder atau suster maupun hidup berkeluarga pada masa kini sungguh berat dan banyak, maka baiklah kita tanggapi sabda Yesus hari ini, sebagaimana menjadi Warta Gembira hari ini.

"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan” (Luk 10:2-4).

Kita dipanggil oleh Yesus untuk mohon dengan rendah hati agar Tuhan mengirimkam pekerja-pekerja, imam, bruder atau suster yang siap sedia serta dengan belas kasih melayani umat Allah. Kami merasa dalam hal ini peran orangtua atau keluarga dominan alias penting sekali, antara lain suasana hidup berkeluarga atau di dalam keluarga. Hidup suami-isteri didasari dan dijiwai oleh cinta kasih dan ketika mengawali hidup baru sebagai suami-isteri saling berjanji untuk saling mengasihi baik dalam sehat maupun sakit, untung maupun malang sampai mati. Maka suasana hidup berkeluarga hendaknya sungguh dijiwai oleh cintakasih, yang antara lain relasi antar anggota keluarga ditandai atau diwarnai oleh ‘saling sabar, saling bermurah hati, saling tidak marah dan tidak menyimpan kesalahan, saling rendah hati, saling menghormati, saling percaya, saling peka akan kebutuhan yang lain lebih-lebih bagi yang sakit, sedih dan menderita, dst” (lih 1Kor 13:4-7),.

Dalam kebersamaan cintakasih hendaknya diusahakan setiap hari ada doa bersama, antara lain berdoa kepada Tuhan mohon agar Ia mengirimkan pekerja-pekerja dalam kebun anggur Tuhan. Kepada para orangtua kami ingatkan dan harapkan bahwa ketika salah seorang anaknya ada yang merasa tergerak dan terpanggil untuk menjadi imam, bruder dan suster hendaknya didukung, dan tidak dihalang-halangi melalui aneka cara. Yesus mengingatkan bahwa ada serigala-serigala yang siap menerkam dalam perjalanan hidup kita. Serigala-serigala itu ada kemungkinan ada di dalam hati kita masing-masing, yaitu berupa ketakutan atau kekhawatiran. Pada uumnya mereka yang khawatir adalah orang-orang kota yang kaya dan hanya memiiki dua atau tiga anak.

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita juga diutus untuk mewartakan kabar baik, yaitu hidup dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran atau sabda-sabdaNya dalam keadaan atau situasi apapun, kapanpun dan dimanapun. Kita diingatkan oleh Yesus bahwa kita ‘seperti anak domba ke tengah serigala-seigala. Janganlah membawa pundit-undi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan”. Peringatan atau pesan Yesus ini kiranya dapat kita hayati dengan hidup dan bertindak sederhana atau.lebih mengandalkan diri pada manusia daripada aneka macam sarana-prasarana seperti uang, alat-alat, kendaraan dst.. Dengan kata lain hendaknya berpegang pada motto “the man behind the gun” (manusia yang berada dibalik senjata atau aneka sarana-prasarana). Aneka sarana-prasarana memang dapat menjadi ‘serigala-serigala’yang siap menerkam, melumpuhkan atau melemahkan serta membuat frustrasi manusianya. Kita juga diingatkan untuk ‘tidak memberi salam kepada siapapun selama di perjalanan’, artinya tidak menyeleweng atau mengerjakan pekerjaan sambilan.

“Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” (Gal 6:14)

Kebanyakan dari kita bermegah atas apa yang kita miliki atau kuasai saat ini, misalnya pangkat, kedudukan, harta benda/uang, kecantikan, ketampanan, kepandaian, dst.. alias bermegah atas halhal duniawi. Paulus memberi kesaksian bahwa ia hanya bermegah dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus “sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia”. Entah sudah berapa kali kita yang beriman kepada Yesus Kristas nenbuat tanda salib, kiranya tak ada seorangpun yang sempat menghitung atau nengingat-ingatnya. Dalam membuat tanda salib antara lain dengan telunjuk jari kita menunjuk atau menepuk dahi, dada dan bahu, yang berarti otak/pikiran, hati/jantung dan kekuatan kita. Bukankah hal itu berarti kita menyalibkan atau mempersembahkan pikiran, perasaan dan kekuatan kita kepada Yang Tersalib?

“Dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” berarti aku harus bekerja keras menyelamatkan dunia seisinya dengan hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal ihkwal duniawi. Kita menycikan dunia dan dengan semakin mendunia kita semakin suci. Dengan kata lain mendunia, entah belajjar atau bekerja, entah sedang rekreasi, berjalan, dst.. bagaikan beribadat. Dalam bahasa /spiritualitas Ignatian hal itu berarti menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu di dalam Tuhan (‘contemplativus in actione’). Dalam hal ini Romo JB Mangunwijaya pr alm. sering mengingatkan demikian dalam berbagai kesempatan “Jangan mencari kesucian di kapel, di gedung gereja, di tempat ziarah dst.., tetapi carilah kesucian di kamar mandi, di WC/toilet, di kamar makan, di dapur, di tempat tidur, di kantor, di jalanan dst.”

“Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya” (Yes 66:10), demikian peringatan atau ajakan Yesaya. Yerusalem adalah kota suci, kota atau tempat idaman, sedangkan yang menjadi tempat idaman kita masa kini atau ‘Yerusalem’ kita adalah keluarga dan tempat kerja/belajar, dimana kita memoboroskan waktu dan tenaga kita setiap hari. Di dalam keluarga atau tempat kerja/belajar kita masing-masing kita diharapkan untuk senantiasa bersukacita, bergirang bersama segirang-girangnya. Maka marilah kita mawas diri apakah di dalam keluarga dan tempat kerja/belajar kita sungguh bersukacita meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Menghadapi tantangan, masalah dan hambatan dengan sukacita atau girang berarti akan mampu mengatasinya, tentu saja sukacita atau kegirangan dalam dan bersama dengan Tuhan, karena Tuhan senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan pelaksanaa pekerjaan atau tugas. .

“ Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!....Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia: Ia mengubah laut menjadi tanah kering, dan orang-orang itu berjalan kaki menyeberangi sungai. Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia”

(Mzm 66:1-2.4-6)

Jakarta, 4 Juli 2010


Romo Ign. Sumarya, SJ





Share|
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

“Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya”

“Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya”

(Ef 2:19-22; Yoh 20:24-29)

“Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”(Yoh 20:24-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas, rasul, pada hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kata ‘melihat’ dan ’percaya’ merupakan salah satu cirikhas dari Injil Yohanes. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas hari ini saya mengajak anda sekalian berrefleksi perihal dua kata tersebut di dalam hidup kita sehari-hari. Sebagai orang beriman kita memiliki tugas rasuli (sebagai yang diutus), tugas untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik atau gembira. Menjadi pewarta kabar baik atau gembira berarti cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menggembirakan serta memotivasi mereka yang melihat untuk semakin percaya atau beriman kepada Tuhan, semakin suci, semakin berbakti kepada Tuhan melalui sesamanya. Orang melihat kita mungkin akan berseru “Kami telah melihat Tuhan”, Tuhan yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Pengalaman Tomas kiranya juga mengingatkan kita semua pentingnya ‘perjumpaan umat beriman’ secara periodik, untuk ber-curhat perihal pengalaman hidup beriman sehari-hari, sebagaimana terjadi di beberapa daerah: ada pertemuan mingguan antar umat satu lingkungan untuk berdoa dan bertukar pengalaman bersama, ada pertemuan setiap sore di dalam keluarga antara anggota keluarga untuk makan bersama dan berdoa serta curhat bersama, dst… Kami berharap di dalam keluarga-keluarga setiap hari dapat terjadi perjumpaan bersama antar anggota keluarga, dan jika tidak mungkin setiap hari kiranya dapat setiap minggu (week-end) dalam waktu yang lebih panjang atau longgar. Kebersamaan antar seluruh anggota keluarga dalam kasih merupakan salah satu bentuk kerasulan tersendiri pada masa kini.

· “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2:19-20), demikian peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Kita sama-sama anggota keluarga Allah, paguyuban umat yang beriman kepada Allah, tiada lagi orang asing atau pendatang, tetapi semuanya anggota. Karena kita dibangun di atas para rasul dan nabi, maka mau tak mau cara hidup dan cara bertindak kita memiliki sifat rasuli dan kenabian. Perihal rasuli sudah saya coba paparkan secara sederhana di atas, maka perkenankan di sini saya sampaikan perihal kenabian. Seorang nabi adalah yang diutus Allah untuk membawa kebenaran-kebenaran atau meneruskan kehendak Allah, maka menghayati panggilan kenabian kita diharapkan kita senantiasa membawa kebenaran-kebenaran dimanapun dan kapanpun. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku secara universal atau umum, dimana saja dan kapan saja, tiada terikat oleh ruang dan waktu. Apa yang benar dan baik antara lain adalah keselamatan jiwa, maka menghayati panggilan kenabian berarti senantiasa mengusahakan keselamatan jiwa dalam cara hidup dan cara bertindak. Demi keselamatan jiwa ada kemungkinan orang harus menderita secara phisik, dibenci orang lain, khususnya oleh mereka yang kurang beriman. Panggilan kenabian pada masa kini sungguh mendesak untuk kita hayati bersama-sama, mengingat dan memperhatikan masih maraknya kebohongan-kebohongan di sana-sini dalam hidup sehari-hari. Sekali lagi kami berharap hendaknya anak-anak di dalam keluarga senantiasa dilatih dan dibiasakan untuk melakukan apa yang benar dan baik, jauhkan aneka bentuk kebohongan-kebohongan.

“Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (Mzm 117)

Jakarta, 3 Juli 2010 .


Romo Ign. Sumarya, SJ


Share|
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

HOMILI: Minggu, 01 Agustus 2010 Hari Minggu Biasa XVIII

Hari Minggu Biasa XVIII: Pkh 1:2; 2:21-23; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21

“Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

“Kami bercita-cita mengumpulkan harta benda atau uang untuk tujuh turunan, demi anak, cucu, buyut, canggah dst... masa depan” demikian motto beberapa orang yang serakah dan bersikap mental materialistis. Dalam terbitan majalah mingguan ‘Tempo’ akhir bulan Juni 2010, antara lain dihebohkan perihal jumlah simpanan atau rekening beberapa jendral polisi. Komentar atas tulisan itu, entah yang bersikap positif atau negatif, cukup meramaikan dalam pemberitaan di media massa, baik elektronik maupun cetak. Saat ini pun para penegak hukum sedang disibukkan oleh masalah korupsi yang telah dilakukan oleh para pejabat beserta kroni-kroninya. Tenaga dan dana cukup besar dibutuhkan untuk menangani aneka macam bentuk korupsi, termasuk mereka yang sedang berkuasa, yang mungkin terlibat dalam korupsi, harus berjuang demi pembersihan diri. Yang cukup menarik bulan lalu adalah bahwa penanganan kasus korupsi sementara ‘di peti es kan’ dengan dibesar-besarkannya kasus video porno Ariel-Luna Maya maupun kasus ‘Gaza’ perihal relawan-relawati yang konon diserang oleh tentara-tentara Israel. Mau tidak mau masyarakat disibukkan dengan dua kasus tersebut, dan lupa memperhatikan kasus-kasus korupsi. Berbagai macam peristiwa dan pemborosan waktu maupun tenaga tersebut hemat saya mencerminkan perhatian “orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri”, sehingga suasana hidup bersama kurang damai dan selamat. Warta Gembira atau Injil hari ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi yang baik bagi kita semua, maka marilah kita renungkan atau refleksikan.

“Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Luk 12:20-21)

Aneka bentuk harta benda atau uang dapat musnah dalam sesaat atau waktu singkat, entah karena kebakaran, banjir bandang atau judi, dst.. namun keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan tidak akan mudah musnah atau berkurang karena aneka macam bentuk bencana alam maupun musibah, tetapi justru semakin bertambah, handal dan mendalam. Dalam rangka hidup beriman atau beragama memang mereka yang bersikap mental materialistis atau pengumpul harta benda/uang adalah orang bodoh, miskin di hadapan Allah. Maka marilah dalam hidup dan kerja atau pelayanan kita senantiasa lebih mengutamakan atau mengedepankan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan.

“Pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan." (Luk 12:12), demikian sabda Yesus. Roh Kudus hidup dan berkarya terus menerus dalam hidup dan kerja kita maupun lingkungan hidup kita, dan mengajar kita apa yang harus kita lakukan. Maka marilah kita lihat, dengarkan, laksanakan pengajaran Roh Kudus, yang antara lain menjadi nyata dalam keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan ini kiranya ada dalam dan dihayati oleh saudara-saudari kita yang berkehendak baik, tanpa pandang bulu, SARA, usia, jabatan, kedudukan atau fungsi. Marilah kita dengarkan apa yang dikatakan oleh saudara-saudari kita yang berkehendak baik maupun meneladan cara hidup dan cara bertindaknya.

Kepada mereka atau siapapun yang kaya akan harta benda atau uang kami harapkan hidup penuh syukur dan terima kasih serta menghayati maupun memfungsikan semua harta benda atau uang sebagai anugerah Tuhan. Harta benda atau uang pada dasarnya bersifat sosial, maka semakin memiliki harta benda atau uang hendaknya semakin sosial, antara lain semakin memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup kita masing-masing. Dengan bertindak demikian, maka anda tidak hanya kaya akan harta benda atau uang, melainkan sekaligus kaya di hadapan Allah. Marilah kita jauhkan dan berantas sikap mental materialistis dalam diri kita masing-masing maupun dalam lingkungan hidup dan kerja atau pelayanan kita.

“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol 3:1-2)

Apa yang akan kita lakukan atau kerjakan hari ini sangat tergantung pada apa yang kita pikirkan begitu terjaga dari tidur di pagi hari. Masing-masing dari kita sebagai manusia adalah ciptaan Allah, berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah ketika hidup kita di dunia ini berakhir. Kita berasal dari atas dan diharapkan kembali ke atas, maka baiklah kita senantiasa memikirkan perkara yang di atas. Dengan kata lain marilah kita berusaha melihat, memikirkan dan menghayati karya Allah di bumi ini melalui ciptaan-ciptaanNya, entah di dalam binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan maupun dalam diri manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah.

Marilah setiap pagi kita berdoa sebagaimana didoakan oleh raja Salomo,yang dikenal sebagai raja bijaksana:”Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?”(1Raj 3:9). Yang dimaksudkan dengan perkara oleh Salomo adalah ‘umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuh’. Perkara ini kiranya juga kita hadapi setiap hari dalam hidup, kerja atau pelayanan kita, maka marilah kita senantiasa mohon kepada Tuhan agar kita dianugerahi ‘hati yang faham menimbang perkara’, agar kita mampu membedakan antara yang baik dan buruk dan kemudian memilih dan melaksanakan apa yang baik. Ingatlah dan sadarilah bahwa semakin tambah umur berarti semakin banyak perkara yang harus dihadapi, demikian juga semakin kaya akan harta benda maupun musuh alias apa atau siapa yang kurang disenangi atau tidak sesuai dengan selera pribadi.

Kami berharap kita semua berada ‘di atas’ harta benda atau uang atau aneka macam ciptaan Allah di bumi ini, sebagaimana kepada manusia yang pertama kali diciptakan, Adam, menerima tugas dari Allah "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kej 1:28). Hendaknya kita jangan sampai berada ‘ di bawah’ ciptaan lainnya maupun aneka jenis harta benda alias dijajah, sehingga kita berbakti kepada ‘berhala’. Perkembangan dan pertumbuhan aneka jenis produksi elektronik maupun assesori sedikit banyak telah mempengaruhi banyak orang lebih dikuasai atau dirajai oleh produk-produk atau harta benda tersebut daripada oleh Allah. Marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar kita senantiasa setia menjadi ‘tuan’ atas ciptaan-ciptaan Allah lainnya di dunia ini.

“Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu”

(Mzm 90:3-6)

Jakarta, 1 Agustus 2010


Romo Ign Sumarya, SJ




Share|
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Misa Kudus Peringati HUT Ke-70 Keuskupan Agung Semarang, Dimeriahkan Arak-arakan Boyong Dewi Maria Tani


Misa Kudus dalam rangka puncak HUT Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang ke-70 dilakukan ribuan umat Katolik di Halaman Gereja Santo Antonius Muntilan, kemarin. Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr Leopoldo Girelli dan Kardinal Indonesia, Mgr Julius Darmaatmadja SJ, ikut memimpin misa. Tak hanya itu, sebanyak 13 uskup di Indonesia juga hadir.

MISA dimeriahkan dengan arak-arakan ‘Boyong Dewi Maria Tani’ yang dilakukan sekitar 500 umat dari Halaman SMA Van Lith Muntila ke halaman gereja. Mereka berasal dari berbagai paroki di wilayah KAS, seperti Paroki Sumber, Tumpang dan Salam di Kabupaten Magelang, Proki Boro, Promasan dan Nanggulan di Kulon Progo, Kalasan, Klepu dan Pakem di Sleman dan Paroki Sedayu di Kabupaten Bantul.

Pada arak-arakan itu, mereka membawa berbagai bibit tanaman, sejumlah alat pertanian seperti sabit, cangkul dan garpu tanahserta beberapa ekor kambing etawa. Tumpeng raksasa berupa hasil bumi dan makanan dengan tinggi sekitar 2,5 meter juga diikutsertakan. Selama prosesi, mereka diiringi alat musik dari beberapa grup kesenian tradisional dari beberapa desa baik di Jateng maupun Jogja.

Sesampainya di halaman gereja, mereka langsung menggelar rosario yang dipimpim Romo Banu Kurniawan, Pr. Lima peristiwa dalam perenungan dilakukan dengan cara ala peristiwa pertanian. Meliputi ‘Ngetung Mangsa’ yang maksudnya menghitung waktu secara tepat sebelum petani menanam padi, ‘Labuh’, menggarap tanah di sawah sebelum ditanami, ‘Tandur’, mulai menanam bibit padi, ‘Ngopeni’, memelihara tanaman supaya panen melimpah, dan ‘Manen’, memanen padi.

Dijelaskan Darmaatmadja, bahwa keputusan Roma untuk memisahkan Keuskupan Agung Semarang dari Keuskupan Agung Jakarta tahun 1940 lalu. Apalagi, dengan seorang pribumi sebagai uskupnya. “Saya nilai tepat, karena pada tahun itu terjadi pergolakan akibat penjajahan Jepang dan proses kemerdekaan Indonesia. Di sinilah peran seorang uskup pribumi sangat penting dalam membangun gereja Indonesia menyatu dengan bangsanya yang sedang mencari kemerdekaan itu," katanya.

Dalam pergolakan itulah, Presiden Soekarno pernah mengambil tempat di Jogja sebagai Ibu Kota Negara dan pada saat itulah Albertus Soegijapranata sangat dekat dengan pemerintah. Selanjutnya menjadi sejarah baru bagi gereja Indonesia yang semakin Indonesia mulai saat itu. Gereja Indonesia didahului para misionaris, Franciscus Georgius Josephus van Lith dengan para calon guru mendukung kemerdekaan Indonesia. "Sifat universal itulah mendukung kelokalan gereja itu sendiri, gereja Indonesia yang semakin Indonesia," tegas Darmaatmadja,

Sementara dalam homilinya, Coajutor Keuskupan Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo Pr mengharapkan umat Katholik semakin dewasa dan terlibat berbagi berkat sesuai tema HUT KAS ke-70. Artinya, umat harus bisa membaca tanda-tanda zaman dengan terlebih dahulu merdeka. “Merdeka disini artinya umat sudah sadar dan yakin akan Allah sebagai asal dan tujuan manusia. Jika sudah demikian, maka kita harus bisa membaca tanda-tanda kehidupan dengan melakukan berbagai kebaikan kepada sesama,” tandas Suharyo. ***RADAR JOGJA


Share|
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Paus Kabulkan Pengunduran Diri Uskup Agung Jakarta

KOMPAS.com - Paus Benediktus XVI mengabulkan permohonan pengunduran diri Julius Kardinal Darmaatmadja SJ sebagai Uskup Agung Jakarta. Informasi yang diperoleh melalui surat elektronik dari Pastor Vikaris Episkopalis Keuskupan Agung Jakarta (Vikep KAJ) Andang L Binawan SJ pada Senin (28/6/2010) menunjukkan, Tahta Suci mengumumkan hal tersebut, Senin, pada pukul 12.00 waktu Roma atau pukul 17.00 WIB.

Menurut Hukum Kanonik Gereja Katolik, usia maksimal seorang uskup adalah 75 tahun. Lantaran sudah menempuh umur tersebut, Julius Kardinal, kelahiran Muntilan, Magelang, Jawa Tengah pada 20 Desember 1934 ini harus mengundurkan diri.

Terkait dengan peresmian tersebut, Monsinyur (Mgr) I. Suharyo yang sebelumnya menjabat sebagai uskup koajutor atau uskup pengganti sejak 28 Oktober 2009 lalu, menjadi Uskup Agung Jakarta. Suharyo, mantan Uskup Agung Semarang ini menjadi uskup yang ke-14 di KAJ.

Lebih lanjut, Andang menulis, pada Selasa (29/6/2010), pukul 18.00 WIB di Gereja Katedral Jakarta akan dilaksanakan perayaan ekaristi syukur berkenaan dengan keputusan tersebut.

Siapakah Mgr Suharyo?

KOMPAS.com — Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Benediktus XVI pada tanggal 25 Juli 2009 lalu telah menunjuk Uskup Agung Semarang Mgr Ignatius Suharyo Pr sebagai Uskup Koajutor pada Keuskupan Agung Jakarta.

Setelah tiga bulan menunda keberangkatannya ke Jakarta, Rabu (28/10) pagi tadi, ia secara resmi diterima sebagai Uskup Koajutor di KAJ. Penerimaan itu dilakukan dalam sebuah Misa Agung di Gereja Katedral Jakarta, dan dipimpin langsung oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Julius Kardinal Darmaatmaja.

Lalu siapa sebenarnya Mgr Suharyo Pr?

Ignatius Suharyo lahir dari pasangan Florentinus Amir Hardjodisastra (alm) dan Ibu Theodora Murni Hardjodisastra di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada 9 Juli 1950. Ia memiliki 9 orang saudara, yaitu 3 perempuan dan 6 laki-laki. Satu dari 9 saudaranya telah meninggal.

Keluarga ini merupakan keluarga Katolik yang taat sehingga panggilan untuk hidup membiara tumbuh subur di keluarga ini. Selain Suharyo, seorang saudara laki-lakinya juga menjadi imam dan dua dari tiga saudarinya menjadi suster (biarawati). Mereka adalah Pastur Suitbertus Sunardi OSC, Sr Marganingsih, dan Sr Sri Murni.

Riwayat Pendidikan:
- SMA Seminari Mertoyudan, Magelang (1968)
- Sarjana Muda Filsafat/Teologi (1971)
- Sarjana Filsafat/Teologi FKSS IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta (1976)
- Doktor Theologi Biblicum Univ Urbaniana, Roma, Italia (1981)

Pengalaman :
1981-1991: Pengajar Sekolah Tinggi Kateketik STFK Pradnyawidya, Yogyakarta
1983-1993: Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi-FIP IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta
1993-1997: Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
1994-1996: Pengajar Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta dan pengajar di Unika Parahyangan Bandung

1996-1997: Direktur Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
1997: Ketua Konsorsium Yayasan Driyarkara

Karya penggembalaan:

- Dosen Pengantar dan Ilmu Tafsir Perjanjian Baru pada Fakultas Teologi Wedabhakti, Yogyakarta (1989)
- Dosen di Sekolah Tinggi Kateketik Kotabaru
- Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Semarang (sampai dengan 1997)
- Ketua UNIO (Persaudaraan Imam Imam Praja Keuskupan Agung Semarang)
- Penulis buku, artikel, penerjemah/penyadur.

Pada 21 April 1997, Bapa Sri Paus Yohanes Paulus II mengumumkan pengangkatannya menjadi Uskup Agung Semarang, menggantikan Julius Kardinal Darmaatmaja, SJ yang diangkat menjadi Uskup Agung Jakarta.

Suharyo ditahbiskan sebagai Uskup Agung Semarang di GOR Jatidiri Semarang dengan semboyannya: Serviens Domino Cum Omni Humilitate Act 20:19 yang artinya “Aku Melayani Tuhan dengan Segala Rendah Hati” (Kisah Para Rasul 20:19).

Pada 26 Januari 2006, Suharyo ditetapkan sebagai Uskup Militer, juga menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ.

* Penulis: XVD
* Editor: primus/KOMPAS
* Penulis: C15-09
* Editor: msh /KOMPAS


Share|
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tahbisan Imam Congregatio Missionarioum a Sacra Familia dan Societatis Jesu

A. Pada tanggal 20 Juli 2010 di Wisma Nazareth, Skolastikat MSF Banteng, Yogyakarta dari tangan Mgr. FX Prajasuta, MSF, Uskup Emeritus Keuskupan Banjarmasin, 1 orang Frater Diakon Congregatio Missionariorum a Sacra Familia:

1. Albertus Feri Asmarajati dari Paroki Santa Maria Lourdes, Sumber, Muntilan.

B. Pada tanggal 28 Juli 2010 di Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru, Yogyakarta dari tangan Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta, 6 orang Frater Diakon dari ordo Societatis Jesu:

1. Albertus Buddy Haryadi dari Paroki Santo Lukas, Sunter, Jakarta.
2. Justinus Sigit Prasadja dari Paroki Santo Yohanes Rasul, Wonogiri.
3. Christoforus Kristiono Puspo dari Paroki Santo Robertus Bellarminus, Cililitan Jakarta.
4. Vincentius Seno Hadi Prakoso dari Paroki Santo Fransiskus, Cibadak, Bogor.
5. Paulus Bambang Irawan dari Paroki St Maria Lourdes, Sumber, Muntilan.
6. Stefanus Aris Budiyanto dari Paroki St Maria Assumpta, Klaten.

Sesuai dengan ketentuan hukum Gereja yang berlaku (KHK, kan. 1051| 2) informasi yang menyangkut sifat calon tertahbis tersebut, merupakan masukan bermanfaat bagi Administrator Diosesan.






Share|
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

HOMILI: Hari Raya St Petrus dan St Paulus

HR St Petrus dan St Paulus : Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19

“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”

“Uskup Gereja Roma, yang mewarisi secara tetap tugas yang secara istimewa diberikan kepada Petrus, yang pertama di antara para rasul, dan harus diteruskan kepada para penggantinya, adalah kepala Dewan Para Uskup, Wakil Kristus dan Gembala Gereja universal di dunia ini, yang karenanya berdasarkan tugasnya mempunyai kuasa jabatan, tertinggi, penuh, langsung dan universal dalam Gereja yang selalu dapat dijalankannya dengan bebas” (KHK kan 331)

“Hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat injili adalah bentuk kehidupan tetap di mana orang beriman, dengan mengikuti Kristus secara lebih dekat atas dorongan Roh Kudus, dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling dicintai, agara demi kehormatan bagiNya dan demi pembangunan Gereja serta keselamatan dunia mereka dilengkapi alasan baru dan khusus, mengejar kesempurnaan cintakasih dalam pelayanan Kerajaan Allah, dan sebagai tanda unggul dalam Gereja mewartakan kemuliaan surgawi” (KHK kan 573 $ 1).

Kutipan dari Kitab Hukum Kanonik di atas ini kiranya dapat menjadi inspirasi dalam rangka merayakan St.Petrus dan St.Paulus, paus pertama dan rasul agung/ulung: Petrus yang duduk di tahta kepausan dan Paulus yang berkeliling dunia untuk mewartakan kabar baik kepada segala bangsa.

“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."(Mat 16:19)

Kutipan di atas ini adalah sabda Yesus kepada Petrus, paus pertama. Paus sebagai “Wakil Kristus dan Gembala Gereja universal di dunia ini” mengemban ‘kunci Kerajaan Sorga’, maka sungguh memiliki tugas mahaberat dan mulia. Meskipun Paus mempunyai kuasa jabatan tertinggi, Yang Mulia senantiasa menyatakan diri sebagai ‘servus servorum’ (hamba dari para hamba). Kepemimpinan di dalam Gereja memang kepemimpinan partisipatif, dimana sang pemimpin senantiasa mendengarkan yang dipimpin dengan rendah hati dan sepenuh hati agar pelayanannya sesuai kebutuhan yang dipimpin dalam rangka mengusahakan keselamatan jiwa. Maka meskipun memiliki kebebasan penuh, Paus tak pernah menggunakan kebebasan seenaknya, menurut keinginan pribadi, apalagi Paus adalah ‘kepala Dewan para Uskup’, yang berarti harus menghayati jabatan atau fungsinya dalam kolegialitas. Para Uskup juga memiliki kuasa tertinggi di wilayah keuskupannya, maka para Uskup mengambil bagian dalam jabatan kepemimpinan Paus, penerus.tahta St.Petrus.

“Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya”

(2Tim 4:17)

Kutipan di atas ini adalah pengalaman atau kesaksian Paulus yang disampaikan kepada Timotius dan kita semua. Paulus tergerak untuk meneladan Yesus ‘yang berkeliling dari desa ke desa, kota ke kota’ untuk mewartakan Injil atau Warta Gembira. Paulus tanpa kenal lelah mewartakan Warta Gembira ke seluruh dunia, tanpa takut dan gentar menghadapi aneka tantangan, masalah, ancaman serta kesulitan. Paulus percaya sepenuhnya bahwa “Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku”, maka bersama dan bersatu dengan Tuhan tiada ketakutan dan kegentaran sedikitpun. Apa yang dikerjakan oleh Paulus ini dalam perjalanan sejarah Gereja sampai kini dilakukan oleh aneka lembaga hidup bakti, biarawan-biarawati, sesuai dengan charisma atau spiritualitas pendiri mereka masing-masing. Maka terjadilah keaneka-ragaman pelayanan pastoral di dalam mewartakan Warta Gembira.

Konggregasi Suci untuk Lembaga Hidup Bakti dan Institut Sekuler bersama dengan Konggregasi Suci untuk Para Uskup : “DIRECTIVES FOR THE MUTUAL RELATIONS BETWEEN BISHOPS AND RELIGIOUS IN THE CHURCH” (1978)

Di dalam sejarah Gereja pernah terjadi ketegangan antara uskup dan pemimpin lembaga hidup bakti setempat atau pastor paroki dan paguyuban gerejani seperti Gerakan Kharismatik, Legio Mariae, Pemuda Katolik, PMKRI, dll.. Konggregasi Suci untuk Lembaga Hidup Bakti bersama Konggregasi Suci untuk Para Uskup pada tahun 1978 menerbitkan Arahan untuk Hubungan Timbal Balik (“Mutuae Relationis”) antara para uskup dan lembaga hidup bakti. Isi dokumen ‘Mutuae Relationis’ ini kiranya baik sekali kita hayati dalam rangka merayakan pesta St.Petrus dan St.Paulus, dua pribadi yang berbeda satu sama lain namun bekerjasama dengan baik.

Kerjasama kiranya merupakan keutamaan yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan semakin maraknya permusuhan, pertentangan, cekcok dst.. dalam kehidupan dan kerja bersama. Bekerjasama berarti saling memberi dan menerima, melayani, mendengarkan, memperhatikan, mengasihi dst.. , sebagaimana terjadi dalam umat Gereja Purba, dimana “semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah.”(Kis 2:44-47)

Cara hidup umat Gereja Purba tersebut kiranya dapat menjadi inspirasi atau teladan bagi kita semua pada masa kini dalam rangka memperkuat dan mengusahakan kerjasama baik dalam hidup bersama maupun kerja. Sikap mental kerjasama hemat saya sedini mungkin hendaknya dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah. Kerjasama di tingkat paroki maupun keuskupan hendaknya juga diperkuat dan diperdalam terus menerus. Salah satu usaha memperkuat dan membangun kerjama antara lain dimulai dengan menghayati apa yang sama di antara kita secara mendalam bersama-sama, sehingga apa yang berbeda di antara kita akan fungsional memperteguh atau memperkuat kerjasama. Dengan kata lain hendaknya jangan membesar-besarkan perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada di antara kita bersifat fungsional agar pelayanan pastoral Gereja dapat menjangkau semua kalangan atau tingkat kehidupan yang ada. Marilah kita belajar bekerjasama dari anggota-anggota tubuh kita, yang bekerjasama dengan baik, dimana masing-masing anggota di tempat masing-masing dan fungsional sepenuhnya bagi kebutuhan seluruh tubuh. Tidak ada iri hati di antara anggota tubuh kita.

“Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.” (Mzm 34:2-7)

Jakarta, 29 Juni 2010


Ign Sumarya, SJ


Share|
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Teks Misa

  • Arsip Teks Misa
  • Prefasi Doa Syukur Agung IV merupakan satu kesatuan dengan DSA IV, tidak diperkenankan diganti dengan yang lain
  • PERHATIAN: Teks Misa dan Doa Syukur Agung, hendaknya Imam senantiasa menggunakan buku TPE Imam, kecuali hal darurat tidak ada TPE Imam/Umat
  • 22 Juni 2024: Hari Minggu Biasa XII
  • 30 Juni 2024: Hari Minggu Biasa XIII
  • 7 Juli 2024: Hari Minggu Biasa XIV
  • 14 Juli 2024: Hari Minggu Biasa XV
  • 21 Juli 2024: Hari Minggu Biasa XVI
  • 28 Juli 2024: Hari Minggu Biasa XVII
  • 04 Agustus 2024: Hari Minggu Biasa XVIII
  • 11 Agustus 2024: Hari Minggu Biasa XIX
  • 18 Agustus 2024: Hari Raya SP. Maria Diangkat ke Surga
  • 25 Agustus 2024: Hari Minggu Biasa XXI
  • 1 September 2024: Hari Minggu Biasa XXII
  • 5 September 2024: Perayaan Ekaristi Live Streaming Bersama Bapa Suci Fransiskus
  • 8 September 2024: Hari Minggu Biasa XXIII
  • 15 September 2024: Hari Minggu Biasa XXIV
  • 22 September 2024: Hari Minggu Biasa XXV
  • 29 September 2024: Hari Minggu Biasa XXVI
  • 6 Oktober 2024: Hari Minggu Biasa XXVII
  • 13 Oktober 2024: Hari Minggu Biasa XXVIII
  • 20 Oktober 2024: Hari Minggu Biasa XXIX
  • 27 Oktober 2024: Hari Minggu Biasa XXX
  • 01 November 2024: Hari Raya Semua Orang Kudus
  • 02 November 2024: Peringatan Mulia Arwah Semua Orang Beriman
  • 03 November 2024: Hari Minggu Biasa XXXI
  • 10 November 2024: Hari Minggu Biasa XXXII
  • 17 November 2024: Hari Minggu Biasa XXXIII
  • 24 November 2024: Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
  • 01 Desember 2024: Hari Minggu Adven I
  • 08 Desember 2024: Hari Minggu Adven II
  • Senin, 09 Desember 2024: Hari Raya SP. Maria Dikandung Tanpa Noda
  • 15 Desember 2024: Hari Minggu Adven III
  • 22 Desember 2024: Hari Minggu Adven IV
  • 24 Desember 2024: Misa Vigili Natal (Sore Menjelang Hari Raya)
  • 25 Desember 2024: Hari Raya Natal (Misa Malam)
  • Maklumat Kelahiran Yesus Kristus berdasarkan Martyrologium Romanum
  • 25 Desember 2024: Hari Raya Natal (Misa Fajar)
  • 25 Desember 2024: Hari Raya Natal (Misa Siang)
  • 29 Desember 2024: Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yusuf
  • 01 Januari 2025: Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah - Hari Kedelapan Dalam Oktaf Natal
  • 03 Januari 2025: Peringatan Nama Yesus Yang Tersuci
  • 5 Januari 2025: Hari Raya Penampakan Tuhan
  • 12 Januari 2025: Pesta Pembaptisan Tuhan
  • 19 November 2025: Hari Minggu Biasa II
  • 26 Januari 2024: Hari Minggu Biasa III
  • 2 Februari 2025: Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah
  • 9 Februari 2025: Hari Minggu Biasa V
  • 16 Februari 2025: Hari Minggu Biasa VI
  • 23 Februari 2025: Hari Minggu Biasa VII
  • 2 Maret 2025: Hari Minggu Biasa VIII
  • 5 Maret 2025: Hari Rabu Abu
  • 9 Maret 2025: Hari Minggu Prapaskah I
  • 16 Maret 2025: Hari Minggu Prapaskah II
  • 19 Maret 2025: Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria
  • 25 Maret 2025: Hari Raya Kabar Sukacita
  • 23 April 2025: Hari Minggu Prapaskah III
  • 30 Maret 2025: Hari Minggu Prapaskah IV
  • 6 April 2025: Hari Minggu Prapaskah V
  • 13 April 2025: Hari Minggu Palma
  • 17 April 2025: Misa Kamis Putih
  • 18 April 2025: Jumat Agung
  • 19 April 2025: Malam Paskah
  • 20 April 2025: Hari Minggu Paskah I
  • 27 April 2025: Hari Minggu Paskah II
  • Saran Doa Umat untuk pemilihan Paus yang baru
  • 4 Mei 2025: Hari Minggu Paskah III
  • 11 Mei 2025: Hari Minggu Paskah IV
  • 18 Mei 2025: Hari Minggu Paskah V (Misa Syukur Pelantikan Paus Leo XIV)
  • 25 Mei 2025: Hari Minggu Paskah VI
  • 29 Mei 2025: Hari Raya Kenaikan Tuhan
  • 01 Juni 2025: Hari Minggu Paskah VII
  • 06 Juni 2025: Jumat Pekan VII Paskah
  • 08 Juni 2025: Hari Raya Pentakosta
  • 15 Juni 2025: Hari Raya Tritunggal Mahakudus

DOA SYUKUR AGUNG (TPE 2020)

  • DOA SYUKUR AGUNG III
  • PREFASI DAN DOA SYUKUR AGUNG IV
  • PREFASI DAN DOA SYUKUR AGUNG VII.I / Gereja sedang melangkah pada jalan kesatuan

Note!

Meskipun tingkat error 1-5%. Mohon diperiksa kembali sebelum digunakan, terutama pada bacaan Kitab Suci.

Total Tayangan Halaman













Gambar tema oleh gaffera. Diberdayakan oleh Blogger.