Sabtu-Minggu, 14-15 Agustus 2010
HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA: Why 11:19a; 12:1.3-6a; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56
“Allah tidak berkenan mewahyukan misteri keselamatan umat manusia secara resmi, sebelum mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh Kristus. Maka kita saksikan para Rasul sebelum hari Pestekosta ‘bertekun sehati sejiwa dalam doa bersama beberapa wanita, dan Maria Bunda Yesus serta saudara-saudara-Nya’(Kis 1:14). Kita lihat Maria juga dengan doa-doanya memohon kurnia Roh, yang pada saat Warta Gembira dulu sudah menaunginya. Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, Ia telah ditinggikan Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (lih Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut” (Vatikan II: LG no 59). Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka kita umat beriman kiranya juga mendambakan bahwa ‘sesudah menyelesaikan perjalanan hidup di dunia’ alias meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, akan hidup mulia selama-lamanya bersama Tuhan di sorga serta orang-orang kudus yang telah mendahului perjalanan kita untuk menghadap Tuhan di sorga. Dambaan tersebut akan menjadi kenyataan jika kita sungguh meneladan Bunda Maria dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, maka marilah kita renungkan dan hayati sabda-sabda yang terkait dengan Bunda Maria, sebagaimana diwartakan dalam Warta Gembira atau Injil hari ini.
Jiwa adalah sumber hidup, yang menghidupkan dan menggairahkan cara hidup dan cara bertindak kita. “Jiwaku memuliakan Tuhan” berarti cara hidup dan cara bertindakku senantiasa menempatkan Tuhan di atas segala-galanya atau Tuhan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Hidup dan bertindak dijiwai oleh Tuhan berarti membahagiakan, mensejahterakan dan menyelamatkan sesama manusia maupun lingkungan hidupnya atau hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga menghasilkan keutamaan-keutamaan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23).
Hidup dijiwai oleh Tuhan berarti juga dengan rendah hati mengimani bahwa “Yang Mahakuasa telah melakuakn perbuatan-perbuatan besar kepadaku”, dan dengan demikian mengakui dan menghayati bahwa apa-apa yang ‘besar’, baik, mulia, indah, mempesona dll merupakan karya Tuhan dalam diri kita yang lemah dan rapuh. Kita menghayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita nikmati, miliki, kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, misalnya harta benda/uang, ketampanan, kecantikan, kecerdasan, keterampilan, anak-anak, sahabat, teman dll. Kita memfungsikan apa yang kita miliki atau kuasai pada saat ini untuk memuliakan, memuji, menghormati dan melayani Tuhan melalui saudara-saudari kita. Maka kita senantiasa saling memuliakan, memuji, menghormati dan melayani di dalam hidup sehari-hari. Jika kita sungguh hidup dan bertindak yang demikian ini, percayalah atau imanilah bahwa ketika kita dipanggil Tuhan atau setelah meninggal dunia akan dimuliakan bersama Tuhan di surga untuk selama-lamanya. Kepada rekan-rekan perempuan yang memiliki pelindung St.Maria atau mengenakan nama ‘Maria’ dalam diri anda, kami harapkan dapat menjadi teladan dalam hidup beriman bagi saudara-saudarinya. Hendaknya saling berlomba dalam beriman, sehingga anda sebagai perempuan yang mengenakan nama ‘Maria’ dapat dikenakan sabda yang dikenakan pada Bunda Maria, yaitu “Diberkatilah engkau diantara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”: anak-anak yang pernah anda kandung dan dilahirkan terberkati serta menjadi berkat bagi sesamanya.
“Dalam persekutuan dengan Adam” berarti berdosa, sedangkan “dalam persekutuan dengan Kristus” berarti hidup baik, suci dan berbudi pekerti luhur selama di dunia ini. Bersekutu dengan Kristus berarti menjadi sahabat-sahabat-Nya, dan karena Ia adalah Allah, lebih dalam segalanya daripada kita, maka mau tidak mau kita pasti dikuasai atau dirajai alias harus melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menghayati sabda-sabda-Nya. Jika kita sungguh menjadi sahabat-sahabatNya selama hidup di dunia ini, maka ketika dipanggil Tuhan atau setelah meninggal dunia kita akan hidup mulia di sorga bersamaNya untuk selama-lamanya. Menjadi sahabat-Nya berarti juga meneladan Bunda Maria “yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." (Luk 8:21)
Menjadi ‘pendengar dan pelaksana’ yang baik merupakan salah satu keutamaan yang harus kita usahakan, perdalam dan perkuat. Indera pendengaran atau kegiatan mendengarkan merupakan indera yang pertama kali aktif dan paling banyak aktif daripada indera-indera lainnya, tentu saja asal tidak tuli. Apa yang kita dengarkan akan membentuk pribadi kita, mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Apa yang kita dengarkan dapat merubah pikiran kita, yang pada gilirannya merubah rencana atau kegiatan. Kita semua kiranya mendambakan bahwa jika terjadi perubahan hendaknya berubah lebih baik atau menjadi baik, maka baiklah kita berusaha untuk mendengarkan apa-apa yang baik dan sebaliknya memperdengarkan atau berkata-kata apa-apa yang baik. Ingat dan hayati bahwa sebagai sahabat Tuhan kita dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik.
Pelaksanaan atau penghayatan aneka macam aturan dan tatanan hidup pada masa kini sungguh memprihatinkan. Aneka aturan atau tatanan dibuat dan diundangkan atau diberlakukan, namun ‘hangat-hangat tahi ayam’, artinya dilaksanakan dengan baik jika ada pengawasan ketat, dan ketika tiada pengawasan orang bertindak seenaknya untuk melanggar aneka aturan dan tatanan hidup. Dengan kata lain kedisiplinan dan kejujuran di antara kita sungguh memprihatinkan. Ada kebiasaan tidak disiplin yang dimaklumi umum, misalnya: undangan rapat atau pertemuan dikatakan mulai pk 08.00, tetapi sering baru dimulai pk 09.00, dan panitia pengundang diam saja, tidak minta maaf tanpa alasan. Kebiasaan mulai terlambat dan pulang lebih awal hemat saya merupakan sikap mental yang merusak hidup pribadi maupun hidup bersama. Kita semua dipanggil untuk menjadi pelaksana-pelaksana yang disiplin dan jujur. Keunggulan hidup beriman terletak dalam pelaksanaan bukan omongan atau wacana, dalam penghayatan bukan dalam diskusi atau perdebatan. “Seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak 2:26), demikian kata Yakobus. Marilah kita berlomba menjadi pelaksana-pelaksana aturan dan tatanan hidup yang baik di dalam hidup kita sehari-hari, dimanapun dan kapanpun.
“Di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir. Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu!”
Jakarta, 15 Agustus 2010
Romo Maryo
HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA: Why 11:19a; 12:1.3-6a; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56
"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”
“Allah tidak berkenan mewahyukan misteri keselamatan umat manusia secara resmi, sebelum mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh Kristus. Maka kita saksikan para Rasul sebelum hari Pestekosta ‘bertekun sehati sejiwa dalam doa bersama beberapa wanita, dan Maria Bunda Yesus serta saudara-saudara-Nya’(Kis 1:14). Kita lihat Maria juga dengan doa-doanya memohon kurnia Roh, yang pada saat Warta Gembira dulu sudah menaunginya. Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, Ia telah ditinggikan Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (lih Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut” (Vatikan II: LG no 59). Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka kita umat beriman kiranya juga mendambakan bahwa ‘sesudah menyelesaikan perjalanan hidup di dunia’ alias meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, akan hidup mulia selama-lamanya bersama Tuhan di sorga serta orang-orang kudus yang telah mendahului perjalanan kita untuk menghadap Tuhan di sorga. Dambaan tersebut akan menjadi kenyataan jika kita sungguh meneladan Bunda Maria dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, maka marilah kita renungkan dan hayati sabda-sabda yang terkait dengan Bunda Maria, sebagaimana diwartakan dalam Warta Gembira atau Injil hari ini.
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus” (Luk 1:46-49).
Jiwa adalah sumber hidup, yang menghidupkan dan menggairahkan cara hidup dan cara bertindak kita. “Jiwaku memuliakan Tuhan” berarti cara hidup dan cara bertindakku senantiasa menempatkan Tuhan di atas segala-galanya atau Tuhan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Hidup dan bertindak dijiwai oleh Tuhan berarti membahagiakan, mensejahterakan dan menyelamatkan sesama manusia maupun lingkungan hidupnya atau hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga menghasilkan keutamaan-keutamaan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23).
Hidup dijiwai oleh Tuhan berarti juga dengan rendah hati mengimani bahwa “Yang Mahakuasa telah melakuakn perbuatan-perbuatan besar kepadaku”, dan dengan demikian mengakui dan menghayati bahwa apa-apa yang ‘besar’, baik, mulia, indah, mempesona dll merupakan karya Tuhan dalam diri kita yang lemah dan rapuh. Kita menghayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita nikmati, miliki, kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, misalnya harta benda/uang, ketampanan, kecantikan, kecerdasan, keterampilan, anak-anak, sahabat, teman dll. Kita memfungsikan apa yang kita miliki atau kuasai pada saat ini untuk memuliakan, memuji, menghormati dan melayani Tuhan melalui saudara-saudari kita. Maka kita senantiasa saling memuliakan, memuji, menghormati dan melayani di dalam hidup sehari-hari. Jika kita sungguh hidup dan bertindak yang demikian ini, percayalah atau imanilah bahwa ketika kita dipanggil Tuhan atau setelah meninggal dunia akan dimuliakan bersama Tuhan di surga untuk selama-lamanya. Kepada rekan-rekan perempuan yang memiliki pelindung St.Maria atau mengenakan nama ‘Maria’ dalam diri anda, kami harapkan dapat menjadi teladan dalam hidup beriman bagi saudara-saudarinya. Hendaknya saling berlomba dalam beriman, sehingga anda sebagai perempuan yang mengenakan nama ‘Maria’ dapat dikenakan sabda yang dikenakan pada Bunda Maria, yaitu “Diberkatilah engkau diantara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”: anak-anak yang pernah anda kandung dan dilahirkan terberkati serta menjadi berkat bagi sesamanya.
“Yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus” (1Kor 15:20-22)
“Dalam persekutuan dengan Adam” berarti berdosa, sedangkan “dalam persekutuan dengan Kristus” berarti hidup baik, suci dan berbudi pekerti luhur selama di dunia ini. Bersekutu dengan Kristus berarti menjadi sahabat-sahabat-Nya, dan karena Ia adalah Allah, lebih dalam segalanya daripada kita, maka mau tidak mau kita pasti dikuasai atau dirajai alias harus melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menghayati sabda-sabda-Nya. Jika kita sungguh menjadi sahabat-sahabatNya selama hidup di dunia ini, maka ketika dipanggil Tuhan atau setelah meninggal dunia kita akan hidup mulia di sorga bersamaNya untuk selama-lamanya. Menjadi sahabat-Nya berarti juga meneladan Bunda Maria “yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." (Luk 8:21)
Menjadi ‘pendengar dan pelaksana’ yang baik merupakan salah satu keutamaan yang harus kita usahakan, perdalam dan perkuat. Indera pendengaran atau kegiatan mendengarkan merupakan indera yang pertama kali aktif dan paling banyak aktif daripada indera-indera lainnya, tentu saja asal tidak tuli. Apa yang kita dengarkan akan membentuk pribadi kita, mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Apa yang kita dengarkan dapat merubah pikiran kita, yang pada gilirannya merubah rencana atau kegiatan. Kita semua kiranya mendambakan bahwa jika terjadi perubahan hendaknya berubah lebih baik atau menjadi baik, maka baiklah kita berusaha untuk mendengarkan apa-apa yang baik dan sebaliknya memperdengarkan atau berkata-kata apa-apa yang baik. Ingat dan hayati bahwa sebagai sahabat Tuhan kita dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik.
Pelaksanaan atau penghayatan aneka macam aturan dan tatanan hidup pada masa kini sungguh memprihatinkan. Aneka aturan atau tatanan dibuat dan diundangkan atau diberlakukan, namun ‘hangat-hangat tahi ayam’, artinya dilaksanakan dengan baik jika ada pengawasan ketat, dan ketika tiada pengawasan orang bertindak seenaknya untuk melanggar aneka aturan dan tatanan hidup. Dengan kata lain kedisiplinan dan kejujuran di antara kita sungguh memprihatinkan. Ada kebiasaan tidak disiplin yang dimaklumi umum, misalnya: undangan rapat atau pertemuan dikatakan mulai pk 08.00, tetapi sering baru dimulai pk 09.00, dan panitia pengundang diam saja, tidak minta maaf tanpa alasan. Kebiasaan mulai terlambat dan pulang lebih awal hemat saya merupakan sikap mental yang merusak hidup pribadi maupun hidup bersama. Kita semua dipanggil untuk menjadi pelaksana-pelaksana yang disiplin dan jujur. Keunggulan hidup beriman terletak dalam pelaksanaan bukan omongan atau wacana, dalam penghayatan bukan dalam diskusi atau perdebatan. “Seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak 2:26), demikian kata Yakobus. Marilah kita berlomba menjadi pelaksana-pelaksana aturan dan tatanan hidup yang baik di dalam hidup kita sehari-hari, dimanapun dan kapanpun.
“Di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir. Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu!”
(Mzm 45:10bc-12ab)
Jakarta, 15 Agustus 2010
Romo Maryo