"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu maka akan kamu peroleh." (Kis 4:1-12; Mzm 118:22-24; Yoh 21:1-14)

 “Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.” (Yoh 21:1-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan sendiri atau mengandalkan kekuatan diri sendiri pada suatu saat akan frustrasi atau gagal dalam mencapai cita-cita. Itulah yang terjadi dalam diri para rasul, yang memiliki keterampilan sebagai nelayan karena ditinggalkan oleh Yesus merasa frustrasi dan kesepian, mereka beramai-ramai melaut untuk menangkap ikan. Sepanjang malam mereka bekerja keras tak seekor ikan pun dapat ditangkap, namun atas perintah Yesus, yang telah bangkit yang menampakkan Diri kepada mereka, untuk menebarkan jalanya, maka mereka menangkap ikan dalam jumlah sangat besar. Kisah ini kiranya merupakan peringatan bagi kita semua agar dalam cara hidup dan cara bertindak kita tidak mengikuti selera atau keinginan pribadi melainkan sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan kata lain secara konkret kita diharapkan hidup dan bertindak secara konstitusional, sesuai dengan aturan dan tata tertib yang terkait dengan cara hidup dan cara bertindak kita masing-masing. Hendaknya iman kita sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita semua diharapkan disiplin dan jujur dalam hidup dan bertindak. Dalam bekerja maupun belajar marilah kita lihat dan imani Tuhan yang hidup dan bekerja melalui pekerjaan atau pelajaran

· “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya” (Kis 4:13-14). Tidak terpelajar namu cerdas serta mampu mengalahkan orang-orang pandai, itulah yang terjadi dalam diri Petrus dan Yohanes. Petrus dan Yohanes memiliki kecerdasan spiritual, dan memang kecerdasan spiritual lebih unggul daripada kecerdasan intelektual. Kesakian iman Petrus dan Yohanes kiranya dapat menjadi teladan bagi kita semua, maka marilah kita berusaha dengan rendah hati dan keras untuk menjadi cerdas secara spiritual. Salah satu cara untuk itu tidak lain adalah pemeriksaan batin atau refleksi, maka hendaknya setiap hari kita mengadakan pemeriksaan batin dan refleksi diri, sehingga kita cerdas secara spiritual serta terampil dalam pembedaan roh atau spiritual discernment. Negara kita ketinggalan dengan Negara tetangga karena kurang memberi perhatian terhadap refleksi atau evaluasi diri yang benar. Lebih memprihatinkan lagi bahwa pemberian nilai alias nilai ujian di sekolah-sekolah tidak jujur lagi serta terjadi manipulasi dengan ‘mark up’., maka tidak heran kita senantiasa ketinggalan dan tumbuh berkembang menjadi bangsa konsumen bukan produsen. Kami berharap aneka bentuk evaluasi atau refleksi dikerjakan dengan baik dan benar, tidak asal-asalan atau bahkan manipulasi, yang pada gilirannya mencelakakan diri sendiri.

“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” (Mzm 118:22-24)

Jumat, 5 April 2013


Romo Ignatius Sumarya, SJ