HOMILI: Hari Minggu Paskah III (Kis. 5:27b-32,40b-41; Mzm. 30:2,4,5,6,11,12a,13b; Why. 5:11-14; Yoh. 21:1-19)

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh."
Kerasulan semua religius pertama-tama terletak dalam kesaksian hidup mereka yang sudah dibaktikan, yang harus mereka pelihara dengan doa dan tobat” (KHK kan 673). Sebagai imam dan biarawan saya pribadi sungguh terkesan dengan kutipan dari KHK di atas. Kurang lebih dua puluh lima tahun lalu untuk pertama kali kutipan di atas ini sungguh saya refleksikan dan kemudian saya sampaikan dalam kesempatan memberi rekoleksi biarawan-biarawati. Kesan atas teks di atas sungguh mendalam bagi saya pribadi, lebih-lebih karena dampak dari rekoleksi tersebut ada beberapa biarawati/suster senior marah terhadap saya (mereka merasa diserang, maklum memang dalam kehidupan dan karya pelayanan sehari-hari mereka merasa sombong karena bergelar sarjana, dengan kata lain dalam pelayanan lebih mengedepankan gelar sarjana daripada kebiarawanan atau kesaksian hidup yang telah dibaktikan). Isi utama dari Warta Gembira hari ini kiranya merupakan ajakan dan peringatan bagi kita semua: hendaknya dalam dan dengan semangat iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." (Yoh 21:6)
Para rasul sebelum menggabungkan diri pada Yesus adalah nelayan-nelayan yang handal dan kompeten dalam proffesinya. Setelah Yesus meninggalkan mereka dengan wafat di kayu salib, maka mereka merasa sungguh kehilangan pegangan hidup dan frustrasi, kesepian. Untuk mengobati frustrasi atau mengisi kesepian, mereka tergerak untuk kembali mencari ikan, ke proffesi sebagai nelayan. Kebijakan yang muncul dalam frustrasi atau putus-asa pada umumnya tidak atau kurang bijak dan buah kebijakan yang telah diambil tidak lain adalah semakin bertambah frustrasi atau putus-asa. Dalam frustrasi dan kebersamaan itulah tiba-tiba Yesus yang telah bangkit dari mati menampakkan Diri kepada mereka.
Ketika anda sedang mengalami frustrasi atau kesepian  hendaknya tidak menyendiri, melainkan tetap menyatukan diri dengan saudara-saudari yang setiap hari hidup dan bekerja bersama. Siapa tahu dalam kebersamaan dengan saudara-saudari kita menerima pencerahan atas frustrasi dan kesepian kita. Atau jika tak mungkin menyatukan diri dengan saudara-saudari karena situasi atau kondisi, baiklah berusaha ‘back to basic’, kembali ke semangat awal. Kami percaya kita semua ketika mengawali proffesi, panggilan maupun tugas baru pasti dengan semangat yang begitu luhur, mulia, baik dan benar. Namun dalam perjalanan waktu karena pengaruh lingkungan semangat tersebut mengalami erosi atau kemunduran atau bahkan telah ditinggalkan.  
"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.", demikian sabda atau perintah Yesus yang telah bangkit dari mati kepada para rasul yang sedang frustrasi karena samalaman bekerja keras untuk menangkap ikan tak seekor ikan pun dapat ditangkap. Atas perintah Yesus mereka menebarkan jala dan akhirnya diperoleh ikan banyak sekali alias dalam waktu singkat berhasil baik dan sukses besar. Pengalaman ini kiranya merupakan ajakan atau peringatan bagi kita semua agar kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan iman, charisma atau spiritualitas, atau visi-misi, tidak seenaknya sendiri mengikuti selera pribadi atau kemauan diri sendiri.
Dalam hidup dan bekerja bersama senantiasa ada spiritualitas atau visi-misi yang selanjutnya dijabarkan kedalam pedoman atau tata tertib hidup dan bekerja bersama . Jika kita mendambakan sukses dalam hidup dan kerja sebagaimana kita cita-citakan atau impikan, hendaknya setia dan taat pada pedoman atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Marilah meneladan Yesus yang datang ke dunia ini untuk ‘menggenapi’ alias melaksanakan apa yang tertulis dalam Hukum Taurat, bukan untuk meniadakannya. Keunggulan pengikut Yesus khususnya atau umat beriman pada umumnya hemat saya dalam penghayatan iman, pelaksanaan sabda atau perintah Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Maka marilah kita saling membantu dan berlomba dalam penghayatan iman atau pelaksanaan tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.
"Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia” (Kis 5:29-32)
Kutipan di atas merupakan jawaban atau tanggapan para rasul terhadap larangan para pemuka Yahudi, agar para rasul berhenti mewartakan Kabar Baik, berita tentang Yesus yang wafat di  kayu salib dan dibangkitkan dari mati. Keberanian dan ketegaran para rasul merupakan wujud iman mereka kepada Yesus yang telah bangkit dari mati. Mereka akan tetap taat kepada Allah daripada kepada manusia, apalagi perintah dari manusia yang gila akan kuasa, kedudukan dan harta benda. Tanda bahwa orang hidup dan bertindak taat kepada Allah antara lain adalah buah tindakan atau dampak hidupnya adalah keselamatan jiwa, entah jiwa orang yang bersangkutan maupun jiwa orang lain. Maka kami berharap kepada mereka yang belum mentaati Allah kami harapkan segera bertobat atau memperbaharui diri.
Hendaknya kita semua sebagai umat beriman meneladan Bapa Abraham yang begitu taat kepada Allah, atau bagi yang percaya kepada Bunda Maria meneladan ketaatan Maria kepada Allah. Bapa Abraham maupun Bunda Maria adalah teladan hidup umat beriman. Gejala permusuhan yang masih terjadi di sana-sini maupun tindakan korupsi yang masih dilakukan banyak orang menunjukkan bahwa orang masih mengikuti selera atau gairah nafsu pribadi dan tidak mentaati Allah. Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama dapat menjadi teladan ketaatan kepada Allah, secara khusus kami berharap kepada para tokoh dan pemuka agama dapat menjadi teladan dan penggerak ketaatan kepada Allah.
Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk menjadi saksi-saksi iman dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, dan dengan demikian siapapun yang berjumpa dengan kita atau melihat kita akan tergerak untuk semakin beriman pula. Marilah kita ikuti dorongan dan bisikan Roh Kudus, yang berarti senantiasa membuka diri terhadap aneka kehendak baik yang berasal dari saudara-saudari kita, tanpa pandang agama atau pandang bulu. Kami ingatkan juga bahwa anda sekalian  segenap kaum awam memiliki tugas kerasulan utama dengan menjadi saksi iman dalam hidup ‘mendunia’, berpartisipasi dalam seluk beluk kehidupan dunia. Maka hendaknya saling mengingatkan dan meneguhkan dalam tugas pengutusan sebagai saksi iman ini.
“Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai
(Mzm 30:2.4-6)
Minggu, 14 April 2013 

Romo Ignatius Sumarya, SJ