"Ia berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka" (Ibr 12:18-19.21-24; Mzm 48:2-4; Mrk 6:7-13)


"Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka" (Mrk 6:7-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Para murid diutus oleh Yesus untuk mewartakan kabar baik, dan dalam rangka melaksanakan tugas pengutusannya, mereka diharapkan lebih mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi/Allah, bukan pada aneka sarana-prasarana duniawi. "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju", demikian pesan Yesus kepada para muridNya. Pesan ini bagi kita semua berarti bahwa hendaknya kita hidup dalam kesederhanaan, tidak berfoya-foya atau boros. Rasanya hidup sederhana pada masa kini sungguh merupakan perjuangan dan bentuk matiraga tersendiri, mengingat dan memperhatikan di dalam masyarakat terjadi perlombaan pamer kekayaan, asseosori maupun aneka macam sarana kerja atau hidup. Ada orang kaya setiap kali ada produk baru pasti membeli dan yang lama dijual, entah itu mobil, computer, HP, baju, sepatu dst…Secara khusus kami ingatkan rekan-rekan imam/pastor untuk hidup sederhana sebagaimana digariskan oleh Gereja bahwa "Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang memberi kesan kesia-siaan. Harta benda yang mereka terima pada kesempatan melaksanakan jabatan gerejawi, setelah dikurangi untuk penghidupan yang layak dan untuk memenuhi semua tugas jabatannya, sisanya hendaklah digunakan untuk kepentingan Gereja dan karya amal" (KHK kan 282). Marilah kita ingat dan sadari bahwa kebiasaan makan dan minum berfoya-foya di rumah makan telah menimbulkan penyakit, seperti kolesterol, gula, trikeserit dst.. yang membahayakan kehidupan orang yang bersangkutan. Para pewarta, entah pastor, bruder, suster atau katekis, kami harapkan dapat menjadi teladan atau saksi hidup sederhana baik dalam hidup maupun dalam pelayanan.

• "Kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel" (Ibr 12:22-24). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua umat beriman. Beriman berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah, Penyelenggaraan Ilahi, "datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah". Maka selanjutnya diharapkan kita semua hidup dan bertindak dengan mengikuti petunjuk atau bisikan malaikat yang melindungi dan mendampingi hidup dan perjalanan tugas pekerjaan kita, dengan kata lain hendaknya kita dimana pun berada dan kemana pun pergi senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Kiranya kita semua setelah meninggal dunia segera masuk ke "Yerusalem sorgawi", hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga bersama Allah dan santo-santa yang telah mendahului perjalanan kita ke `Yerusalem sorgawi'. Yerusalem adalah kota suci atau idaman, maka bagi kita menuju Yerusalem sorgawi juga dapat diartikan bahwa kita menuju ke pemenuhan cita-cita, dambaan dan kerinduan kita. Kami percaya kita semua mendambakan dan merindukan hidup bahagia, damai sejahtera baik selama hidup di dunia ini maupun di akhirat nanti, maka marilah kita bekerjasama dalam mengusahakannya, agar kita semua menikmati hidup bahagia, damai sejahtera.

"Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita! Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar. Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai benteng" (Mzm 48:2-4)

Kamis, 7 Februari 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ