“Hendaklah kamu murah hati” (Dan 9:4b-10; Mzm 79:8-9.11; Luk 6:36-38)

 
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Luk 6:36-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Murah hati secara harafiah kiranya boleh diartikan sebagai hatinya dijual murah alias senantiasa memberi perhatian kepada siapapun tanpa pandang bulu. Sebagai orang beriman jika kita mawas diri secara benar dan jujur kiranya akan mengakui dan menghayati diri sebagai orang yang telah menerima perhatian secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka cara dan bentuk, tentu saja pertama-tama dan terutama telah kita terima melalui orangtua kita masing-masing, khususnya ibu kita yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dst.. alias mengasihi kita tanpa batas, sebagaimana tertulis dalam lagu “Kasih itu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”. Maka marilah kita saling bermurah hati satu sama lain, dan tentu saja kami berharap kepada anda sekalian untuk lebih memperhatikan mereka yang kurang menerima perhatian alias yang tersingkir dan terpinggirkan. Kami percaya di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing pasti ada orang-orang atau pribadi-pribadi yang kurang menerima perhatian, maka perhatikan mereka. Kita juga diingatkan agar tidak mudah mengadili atau menghukum orang lain, dengan kata lain hendaknya jangan terlalu melihat dan membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan orang lain, melainkan hendaknya lebih memperhatikan kelebihan dan kebaikannya, sebagaimana seorang ibu senantiasa lebih melihat dan membesarkan kelebihan dan kebaikan anak-anaknya. Kami berharap kepada para pemimpin atau atasan untuk senantiasa bermurah hati kepada anggota atau bawahannya.

· “Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau.Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya” (Dan 9:7-10). Kutipan ini kiranya dapat menjadi acuan bagi kita semua untuk mengakui dan menghayati diri sebagai orang berdosa, dan mungkin kita kurang memperhatikan mereka yang harus diperhatikan. Secara khusus kami mengingatkan para orangtua untuk sungguh memperhatikan anak-anaknya alias dengan rela dan hati berkorban memboroskan waktu dan tenaga kepada anak-anaknya khususnya pada usia balita. Usia balita adalah masa yang rawan dan rentan, entah itu balita anak-anak, balita suami-isteri, balita imam, pastor, bruder atau suster maupun pekerja. Masa-masa ini banyak godaan dan rayuan yang merongrong kesetiaan kita sebagai orang yang terpanggil, maka kepada para senior kami ajak untuk memperhatikan mereka yang masih ‘balita’. Kita semua juga diingatkan untuk senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kami harap ketika ada tegoran atau peringatan dari saudara-saudari kita atas pelanggaran yang kita lakukan, dengan rendah hati menerimanya serta berusaha memperbaiki diri. Berterima kasih dan bersyukur kepada mereka yang menegor dan mengingatkan anda, jangan melawan atau memberontak. Marilah kita saling mendengarkan satu sama lain, sehingga terjadilah kebersamaan hidup yang menyenangkan, mempesona dan memikat bagi orang lain.

“Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu! Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh” (Mzm 79:8-9.11)

Senin, 25 Februari 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ