“Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini” (Flm 7-20; Mzm 146:7-10; Luk 17:20-25)


“ Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu." Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini” (Luk 17:20-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kerajaan Allah berarti Allah yang meraja atau menguasai. Kapan Allah sungguh merajai atau menguasai kita, umat beriman? Allah sungguh merajai atau menguasai kita tidak lain adalah ketika kita hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Pada masa kini hemat saya hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur akan menghadapi banyak masalah, tantangan dan hambatan, mengingat dan memperhatikan kemerosotan moral menjiwai hampir semua bidang kehidupan bersama di tengah masyarakat. “Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu”, demikian sabda Yesus. Memang di antara kita pasti ada orang-orang yang sungguh baik, bermoral atau berbudi pekerti luhur, demikian pula kami percaya bahwa dalam diri pribadi kita masing-masing ada kehendak baik. Maka marilah kita sharingkan kehendak baik kita kepada saudara-saudari kita serta kemudian kita sinerjikan sehingga ada satu kehendak baik milik bersama-sama untuk selanjutnya diwujudkan bersama-sama. Jika dalam kebersamaan kita pasti mampu mengatasi aneka hambatan, masalah dan tantangan, dan tentu saja kita semua harus siap sedia untuk berkorban dan berjuang, yang mungkin disertai oleh aneka penderitaan. Tak pernah ada perjuangan tanpa pengorbanan dan penderitaan. Perhatikan para atlit atau olahragawan yang sukses: bukankah mereka sungguh berjuang dengan pengorbanan dan penderitaan. Kami berharap, sekali lagi kami tujukan atau arahkan kepada para orangtua: janganlah memanjakan anak-anak anda, melainkan sedini mungkin pelan-pelan, berproses perkenalkan dan didik anak-anak bahwa untuk hidup baik, sejahtera, bahagia dan selamat orang harus berjuang dengan pengorbanan dan penderitaan. “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, begitulak kata sebuah pepatah yang selayaknya menjadi acuan hidup kita: bekerja keras dahulu baru gajian. 
 
·   Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku.Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan,tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus -- dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.” (Flm 7-11). Onesimus adalah sesuatu yang berguna, menguntungkan dan bermanfaat. Yang dimaksudkan dalam kutipan di atas ini antara lain adalah Kitab Suci atau sabda-sabda Tuhan. Selama berada dalam penjara karena Kristus Yesus, Paulus tidak tinggal diam, melainkan tetap giat dan rajin membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci (dalam kesendirian tanpa diganggu orang sungguh merupakan kesempatan untuk secara pribadi bertemu dengan Tuhan). Maka marilah di Tahun Iman ini kita tingkatkan dan perdalam dalam hal membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Kita semua kiranya mendambakan keuntungan terus menerus dalam hidup dan bekerja, tetapi lebih dalam hal keselamatan jiwa. Jika kita sungguh mendambakan keuntungan terkait dengan keselamatan jiwa kita, maka jangan melupakan hidup rohani atau doa setiap hari, dan tentu saja kapan pun dan dimana pun senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Akan menjadi kegembiran besar dan tak akan mudah terlupakan jika apa yang kita lakukan sungguh menyelamatkan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain yang kena dampak hidup dan kerja kita. 
 
“Yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya.TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya” (Mzm 146:7-10)
 
Kamis,  15 November 2012

Romo Ignatius Sumarya, SJ