"Yesus memanggil seorang anak kecil” (1Kor 12;31-13:13; Mzm 131; Mat 18:1-5)

“Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Teresia dari Kanak-Kanak Yesus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Anak-anak kecil atau bayi sedikit banyak bagaikan anak-anak binatang yang masih kecil atau baru lahir, antara lain diperlakukan apa saja pasti akan ikut alias taat. Salah satu cirikhas anak-anak adalah memiliki keterbukaan dan kerendahan hati luar biasa, itulah yang juga dihayati oleh St. Teresia yang kita kenangkan pada hari ini. Maka kita sebagai umat beriman, yang berarti senantiasa membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, juga dipanggil untuk hidup taat dan rendah hati. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang masih hidup dengan sombong untuk bertobat atau memperbaharui diri dengan hidup rendah hati. Sekali lagi saya angkat apa itu rendah hati. “Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya” . Wujud atau penghayatan keutamaan rendah hati pada masa kini yang mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu ketika harus menghadapi dan mengerjakan tugas berat, sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau mengalami kegagalan dan keterbatasan. Jika anda menghadapi atau mengalami hal itu hendaknya kemudian dihayati sebagai syukur dan terima kasih, karena Tuhan telah memperlihatkan atau menunjukkan bahwa kita adalah manusia lemah, rapuh dan penuh dengan dosa. Beriman sejati berarti menghayati diri sebagai pendosa yang dipanggil oleh Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatannya. Maka entah gagal atau sukses dalam hidup hendaknya senantiasa bersyukur dan berterima kasih.

· “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” (1Kor 13:1-3), demikian kesaksian iman Paulus. Cintakasih merupakan ajaran utama dan pertama dari semua agama maupun pengajar hidup baik dan bermoral. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain dimana pun dan kapan pun, tanpa pandang bulu. Mungkin pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah cintakasih atau korban cintakasih, dengan kata lain masing-masing dari kita adalah ‘yang terkasih’. Jika masing-masing dari kita mampu secara mendalam menghayati diri sebagai ‘yang terkasih’ maka hidup saling mengasihi dapat kita lakukan dengan mudah, karena bertemu dengan orang lain, siapapun, berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Hidup dan bertindak dalam dan oleh cintakasih tiada ketakutan atau kekhawatiran sedikitpun dan kita dapat melaksanakan segala macam tugas baik yang diserahkan kepada kita. Tugas dan pekerjaan seberat dan sebesar apapun jika dihadapi dan disikapi dengan dan oleh cintakasih akan dapat kita selesaikan dengan baik. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para orangtua dan para guru/pendidik untuk mendidik dan mendampingi anak-anak atau para peserta didiknya dalam cintakasih dan kebebasan Injili. Anak-anak ada dan diciptakan dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan sejati, maka juga akan dapat tumbuh berkembang dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan jika mereka dididik dan didampingi dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan Injili atau sejati. Wujud cintakasih antara antara lain dengan jiwa besar dan hati rela berkorban memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih.

“TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!” (Mzm 131)

Senin, 1 Oktober 2012

Note: bulan Oktober adalah bulan Rosario, maka diharapkan kita berdoa Rosario sendiri atau bersama-sama setiap hari.


Romo Ignatius Sumarya, SJ