Perubahan terjemahan "Dan bersama rohmu" dalam Misa

Terjemahan ”Tuhan bersamamu-Dan bersama rohmu” dari bahasa Latin “Dominus vobiscum - Et cum spiritu tuo”, dalam buku Tata Perayaan Ekaristi (2005) sempat jadi perdebatan. Terjemahan sebelumnya adalah ”Tuhan sertamu–Dan sertamu juga.”

Konon, kebanyakan umat tidak terlalu pusing dengan perubahan itu. Umat patuh saja pada arahan pimpinan. Banyak juga imam yang tak kesulitan untuk membiasakan terjemahan baru itu. Namun, rupanya tak sedikit pula yang enggan membiasakan terjemahan baru itu dengan pelbagai alasan.

Salam Dialogal

Teks Salam yang bersumber dari kitab Ruth (2:4) ini adalah salah satu unsur paling kuno dalam Ritus Pembuka. ”Tuhan bersamamu” yang diungkapkan imam mengacu juga pada salam Paulus kepada umat Kristiani pada zamannya. Imam menyatakan kehadiran Allah di tengah komunitas yang berkumpul untuk merayakan Ekaristi (PUMR 50). Jika uskup yang menjadi selebran, ia menyatakan rumusan yang berbeda: ”Damai bagimu (Pax vobis).” Jawaban umat ”Dan bersama rohmu” (bdk. 2Tim 4:22, Gal 6:18) memperlihatkan misteri Gereja yang sedang berhimpun di bawah pimpinan sang imam.

Ada lagi rumus lain yang dapat dipilih oleh imam: ”Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus,…” (2Kor 13:13) atau ”Kasih karunia dan damai…” (1Kor 1:3). Semua diakhiri dengan ”…bersamamu.” Jawaban umat pun sebenarnya masih sama: ”Dan bersama rohmu.” Itu adalah salam rasuli, sebab diungkapkan oleh rasul Paulus dalam surat-suratnya.

Ketika mendengar salam itu kita diingatkan bahwa iman Kristiani yang kita anut adalah warisan para rasul yang mengenal dan mengalami Yesus secara dekat. Komunitas Kristiani zaman ini selalu bersama dengan para rasul dan para kudus, yang turun-temurun telah mewariskan iman itu sampai kepada kita.

Salam ini bersifat ilahi, maka jangan menggantinya dengan pertukaran salam manusiawi seperti ”Selamat pagi/sore” yang disampaikan secara hangat kepada setiap orang yang hadir. Inilah dialog singkat yang khas milik komunitas Kristiani, ketika mereka mulai merayakan sumber dan puncak kehidupan mereka.

Imam memberi salam bukan mewakili dirinya sendiri, tetapi dalam peran sakramentalnya sebagai pribadi Kristus yang menjadi kepala bagi Tubuh-Nya, sebagai Kristus yang akan memimpin Tubuh-Nya berdoa. Imam menyatakan salam dari Allah sendiri, yang sampai kepada kita melalui Putra-Nya. Seorang yang tidak ditahbiskan (awam) tidak diperkenankan menggunakan rumus-rumus ini.

Kristus, Imam kami

Terjemahan lurus ”Dan bersama rohmu” menimbulkan tanda tanya, terutama kata rohmu. Jawaban umat yang sudah berabad-abad ini memang tak seketika mudah dipahami; masih memerlukan penjelasan. Jawaban umat atas salam imam itu tidak bermakna untuk menyatakan kesamaan dan kesetaraan, antara imam dengan umat, seperti rumus: ”Tuhan sertamu–Dan sertamu juga.”

Umat hendak menyatakan kepada imam dengan menunjuk roh yang ada padanya, yakni bagian dirinya yang terdalam sebagai orang terpilih dan bertugas memimpin perayaan suci. Roh itu pulalah yang telah menguduskan imam saat ia ditahbiskan, sehingga membedakan dia dengan awam.

Jawaban umat itu dapat dijabarkan begini: ”Jadilah imam kami saat ini. Sadarilah bahwa hanya ada satu imam, yakni Kristus sendiri. Maka Anda yang telah dipilih untuk mewakili Kristus selayaknya sungguh menampilkan diri sebagai Kristus yang sedang melakukan tugas-tugas suci-Nya.” Umat mengingatkan imam, sekaligus menaruh harapan agar dalam memimpin Misa ia tidak mementingkan diri sendiri, selera, atau pesona pribadi. Kristuslah yang utama!

Pemimpin yang baik akan memandang umat ketika menyampaikan salam ini. Demikian juga sebaliknya, umat perlu memandang imam ketika menanggapi Salam dari pemimpinnya. Akan makin indah jika teks-teksnya sudah dihafalkan, sehingga tampaklah komunikasi dari dua arah.

Christophorus H. Suryanugraha OSC
Ketua Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia
Sumber: www.hidupkatolik.com