"Sesungguhnya barangsiapa percaya ia mempunyai hidup yang kekal." (Kis 8:26-40; Mzm 66:8-9.16-17; Yoh 6:44-51)


"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:44-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Kata `percaya' dalam bahasa Latin credo dapat berarti mempercayakan, menyimpankan, menitipkan, menyerahkan. Percaya juga dekat dengan kata iman, maka baiklah sebagai umat beriman marilah kita tingkatkan dan perdalam kepercayaan kita kepada Tuhan. Mungkin baik untuk kali ini saya memanfaatkan kata `menyimpankan' yang erat kaitannya dengan percaya atau beriman. Sebagai orang beriman kita diharapkan menyimpan dalam hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita semua kehendak atau sabda Tuhan, sehingga mau tak mau kita akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita semua mendambakan hidup kekal atau abadi, bahagia dan damai selamanya di sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, maka marilah kita perdalam dan perkuat kepercayaan kita kepada Tuhan. Kita sering dengan penuh cermat dan kuat menyimpan barang berharga yang kita miliki, karena ketika barang berharga tersebut hilang kita akan merasa tak berdaya lagi. Sabda atau kehendak Tuhan kiranya lebih berharga atau bernilai dari aneka macam jenis barang atau hiasan apapun, maka baiklah sabda atau kehendak-Nya jangan pernah terlepas dari diri kita masing-masing. Untuk menjaga dan merawat agar sabda Tuhan tak terlepas dari diri kita hendaknya kita rajin berdoa serta membaca Kitab Suci, tidak melupakan doa-doa harian maupun membaca Kitab Suci. Bacaan dari Kitab Suci atau sabda Tuhan kiranya dengan rendah hati setiap hari kami kutipkan dan sebarkan, maka semoga dapat dimanfaatkan setiap
hari.

"Setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita" (Kis 8:39). Filipus baru saja membaptis sida-sida dan kemudian `dilarikan oleh Roh Tuhan', meninggalkan sida-sida tanpa diketahuinya. Sedangkan sida-sida tersebut setelah dibaptis merasa gembira dan ceria, kemudian `meneruskan perjalanannya dengan sukacita'. Baiklah pengalaman sida-sida ini kita jadikan bahan refleksi atau permenungan kita. Pada malam Paskah mungkin ada di antara kita yang menerima rahmat pembaptisan atau paling tidak kita semua memperbaharui janji baptis, maka marilah kita meneruskan perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing dalam rahmat baptis atau gembira dan ceria. "Hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan", itulah janji yang kita ikrarkan seraya menerima.rahmat pembaptisan. Seorang abdi atau pelayan yang baik pada umumnya senantiasa bergembira, bergairah, dinamis, tidak pernah marah, mengeluh atau menggerutu, karena jika tidak demikian adanya maka ia tak layak menjadi abdi atau pelayan, dipecat tanpa kenal ampun dan pesangon.
Sebagai yang telah dibaptis, tanpa pandang bulu, entah awam, imam, bruder atau suster, diharapkan mengabdi Tuhan dengan sukacita. Pengabdian kepada Tuhan hendaknya menjadi nyata dalam pengabdian terhadap sesama atau saudara-saudari kita, maka marilah kita saling mengabdi atau melayani dengan sukacita, tanpa marah, mengeluh atau menggerutu sedikipun. Dengan kata lain entah sedang bertugas belajar atau bekerja hendaknya senantiasa dalam keadaan sukacita, gembira dan ceria, sehingga menarik, mengesan dan mempesona bagi siapapun. Marilah kita saling membantu dalam menghayati iman kita, sehingga masing-masing dari kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama kita.

"Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya!Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian" (Mzm 66:8-9.16-17)

Jakarta, 12 Mei 2011

Romo Ignatius Sumarya, SJ