Santo Fransiskus Assisi Menghayati Injil Secara Penuh



Fransiskus sebenarnya bukanlah nama yang sebenarnya. Fransiskus itu sebutan. Fransiskus dibaptis dengan nama Yohanes. Tetapi orang tuanya kerap berpergian ke Perancis untuk keperluan bisnis dan Fransiskus sendiri kadang-kadang bernyanyi dalam bahasa Perancis. Maka teman-temannya memberinya nama "Francisco" atau anak kecil Perancis. Maka nama Fransiskus tertanam dan melekat di dalam dirinya. Nama Yohanes hilang dan Fransiskus terus digunakan.

Fransiskus muda hidup bersenang-senang dan berhura-hura. Secara perwatakan ia riang dan gembira. Ia terkenal di kalangan pemuda-pemuda seusianya. Apalagi Fransiskus mempunyai uang dan kebebasan dari orang tuanya. Segalanya ada di dalam dirinya. Namun teman-teman pada waktu itu melihat bahwa akhir-akhir ini Fransiskus tampak menjadi serius kurang banyak bicara dan menarik diri, diam bahkan penuh sikap doa. Mereka menggodanya jangan-jangan Fransiskus jatuh cinta karena umurnya sudah 25 tahun dan tidak pernah berbicara tentang pernikahan. Teman-teman itu keluru dalam menilai gejala-gejala karena Fransiskus sebenarnya telah ditaklukkan, bukan oleh wanita melainkan oleh Allah sendiri. Pertobatannya tidak sedramatis dan setiba-tiba seperti pertobatan Santo Paulus. Pertobatan Fransiskus menyerupai proses pertobatan Santo Agustinus yang pelan dan ada akhirnya mengubahnya. Pada waktu itu Assisi dikelilingi kapel-kapel kecil. Salah satunya adalah kapel San Damiano. Kapel itu terletak pada ujung jalan berbatu karang yang kedua sisinya ditumbuhi pohon-pohon Zaitun dan berbau semerbak bunga-bunga rosemary. Fransiskus mengundurkan diri ke tempat sunyi di reruntuhan kapel itu untuk berdoa di hadapan salib Byzantine. Tiba-tiba patung Yesus membuka bibirnya dan memanggil namanya: "Fransiskus, bangunlah Gereja-Ku". Kata-kata itu menyentuh hati Fransiskus dan dia berniat melaksanakan perintah tersebut.

Ayah Fransiskus, Petrus Bernardone amat sangat marah, karena mengira Fransiskus telah melarikan diri dengan hasil penjualan kain di Foligno yang tidak jauh dari Assisi. Ia membawa pulang Fransiskus dengan paksa, merantainya dan menguncinya di sebuah kamar yang gelap, yang kotor menyerupai tempat penahanan orang di bawah tanah karena ia yakin bahwa anaknya telah menjadi pencuri. Petrus Bernardone membawa anaknya ke pengadilan. Tetapi Fransiskus naik banding ke uskup. Pemerintah tidak dapat melanjutkan proses pengadilan karena naik banding semacam itu dianggap legal.

Dalam sekejap Fransiskus mengerti bahwa Tuhan tidak mengutusnya untuk memugar bangunan material, melainkan untuk bekerjasama dalam membangun kembali Gereja yang menghadapi keruntuhan. Fransiskus memandang masa depannya penuh percaya diri. Pertobatannya telah lengkap namun dibutuhkan waktu lebih dari 2 tahun baginya untuk menghilangkan ketidakpastian dan keragu-raguan yang mengaburkan pandangannya seperti kabut yang menyelubungi. Usianya 26 tahun. Anak muda yang dulu suka berpakaian indah berwarna-warni sekarang berpakaian kasar berwarna coklat, khas pakaian orang Assisi. Ia telah membuang korset. Mungkin pada korset itu ia dulu telah membawa dombet atau pundi-pundi uangnya. Ia mengambil seutas tali begitu saja dan mengikatkan melingkar pada pinggangnya, kurang lebih seperti seorang gelandangan yang mengikat barang-barang yang amat sedikit dengan seutas kali. Sepuluh tahun kemudian pakaian yang sederhana itu menjadi pakaian seragam 5000 orang. Itulah pakaian para Fransiskan.

Dilihat dari perwatakannya, Fransiskus adalah anak muda yang riang gembira dengan keceriahan yang tak dapat ditutup-tutupi. Sesegera sesudah pemisahan diri dari ayahnya, ia meninggalkan rumahnya dan berjalan sendiri di antara pohon-pohon yang membeku. Dalam perjalanan itu ia berjumpa dengan perampok-perampok yang melemparkannya ke selokan yang penuh salju. Namun ia terus bernyanyi. Ia biasa berkata, "Kegembiraan spiritual sama perlunya untuk jiwa seperti darah untuk tubuh". Baginya orang muram bukanlah orang Kristiani dan wajah kelabu tidak mempunyai tempat dalam spiritualnya. Hal ini menjelaskan mengapa ia tidak pernah percaya austeritas, kekerasan badani. "Saudara kita tubuh memerlukan sejumlah makanan dan sejumlah waktu tidur, dan jika kalian tidak memberinya, tubuh tidak akan melayani kalian." Dan bagi Fransiskus setiap ciptaan dilihat dari segi individualitasnya. Baginya sebatang pohon adalah saudara laki-laki, sekuntum bunga adalah saudara perempuan. Bukankah di kemudian hari ia akan menyanyikan matahari sebagai saudara laki-laki, dan bulan sebagai saudara perempuan?

Dalam arti tertentu Fransiskus memiliki psikologi seorang anak. Seorang anak akan mengerti dan berbicara dengan seekor kucing dan anjing. Orang yang riang gembira ini melakukan sesuatu yang sensasional. Ia hanya mempunyai 12 teman, namun ia memutuskan untuk pergi ke Roma dan mendapatkan persetujuan bagi kelompok kecilnya ini dari Paus. Diperkuat berkat Paus, Innocentius, Ordo baru yang didirikan Fransiskus berkembang pesat dan luas. Segera saja rahib-rahib Fransiskan tersebar ke seluruh Eroba seperti banjir berwarna coklat. Pada waktu Fransiskus meninggal tahun 1226 sudah ada 72 Provinsi Fransiskan mandiri. Tetapi dalam arti tertentu perkembangan yang mengagumkan itu juga merupakan kehancurannya. Fransiskus adalah seorang kharismatik kelas wahid. Tetapi orang tidak dapat menjalankan sebuah kongregasi besar hanya atas dasar karisma saja, betapa pun hebat dan sejatinya. Kharisma tanpa dukungan struktur yuridis pasti cenderung menipis dan lenyap.

Fransiskus mengalami hal yang disebut godaan besar. Cobaan itu merupakan cobaan khas, lama dan kejam yang berakhir 3 sampai 4 tahun selama hidupnya di dunia, pada waktu ia sedih dan susah. Keragu-raguan menyerangnya dari segala penjuru. Ia mengalami kecemasan, seperti ditinggalkan bahkan oleh Allah.

Tanggal 3 Oktober datang, hari terakhir Fransiskus di dunia. Segera sesudah melihat kematian masuk ke ruangnya, ia berseru, "Selamat datang saudara kematian. Kematian itulah yang akan memasukkan saya ke hdiup abadi." Kemudian rahib-rahib membaringkannya ke tanah dan memercikinya dengan debu dan abu. Fransiskus mendaraskan Mazmur 141: "Keluarkanlah jiwa saya dari penjara, supaya saya dapat memuji nama-Mu" Ia meninggal sambil bernyanyi. Ia baru berumur 45 tahun dan 2 tahun kemudian dikanonisasi, dinyatakan kudus.