Bulan Liturgi hari ke 16: DSA: Puncak Perayaan Ekaristi

16. DSA: Puncak Perayaan Ekaristi

DSA adalah doa syukur, pujian, dan pengudusan. 60 Dalam doa ini seluruh umat, di bawah bimbingan Roh Kudus dan dengan pengantaraan Kristus, menyampaikan pujian, syukur, dan permohonan kepada Bapa atas segala berkat dan karunia yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari, terlebih atas keselamatan yang mereka peroleh dari Allah.

Unsur/bagian Doa Syukur Agung: Dialog pembuka - Prefasi - Kudus - Doa Epiklesis (1) untuk pengudusan persembahan - Kisah Institusi - Aklamasi anamnesis - Doa Anamnesis - Doa Persembahan/Kurban - Doa Epiklesis (2) untuk persatuan umat - Doa Permohonan - Doksologi dan Amin

Selalu dikatakan bahwa Doa Syukur Agung adalah puncak Perayaan Ekaristi. Tetapi dari cara pelaksanaan dan penyajiannya, sering kali tidak tampak bahwa Doa Syukur Agung sungguh sebagai puncak. Bahkan sering terkesan monoton dan membosankan.

Guna menampakkan Doa Syukur Agung sungguh sebagai puncak Perayaan Ekaristi, perlu upaya maksimal dari semua yang terlibat dalam Doa Syukur Agung supaya bagian ini sungguh menjadi bagian yang paling baik dan paling indah di dalam Perayaan Ekaristi kita. Beberapa kemungkinan antara lain:

1. Nyanyian: imam melagukan dengan baik dialog pembuka, prefasi, dan bagian yang ada lagunya; aklamasi-aklamasi selama Doa Syukur Agung dibawakan dengan baik: Kudus, aklamasi anamnesis dan aklamasi-aklamasi lain, amin agung; semua ini harus sungguh dilatih, sehingga dapat dibawakan dengan spontan dan baik, bahkan indah.

2. Tata gerak: selama Doa Syukur Agung umat mengambil sikap syukur yang dapat diungkapkan dengan berdiri (atau sikap lain yang sesuai, misalnya berlutut); juga tata gerak lain: membungkuk, menyembah, dan lain-lain sesuai dengan adat budaya setempat; dapat juga dirancang tata gerak seni atau tarian.

3. Pendupaan: DSA dapat disemarakkan dengan kepulan asap dupa sebagai lambang membubungnya doa ke hadirat Allah; misalnya, di samping tatacara pendupaan yang sudah lazim, seluruh DSA diiringi kepulan asap dupa yang terus-menerus. Untuk itu putra altar dapat membakar dupa dengan memakai “anglo” (bejana pembakaran) yang diisi dengan bara api. Setiap kali petugas menaburkan dupa dalam bara api, sejak awal DSA sampai dengan doksologi berakhir.

4. Bel dan gong, yang sering dimanfaatkan untuk menandai peristiwa penting, juga dapat digunakan untuk menggarisbawahi nilai unggul DSA. Untuk itu, sebelum dimulai DSA, bel dan gong dapat dibunyikan. Begitu juga pada saat-saat tertentu selama DSA berlangsung.

Tips: Latihan

1. Umat dilatih melagukan semua aklamasi dalam Doa Syukur Agung: dialog pembuka, Kudus, aklamasi anamnesis, aklamasi lain, amin agung.
2. Umat dilatih melagukan tata gerak: berdiri khidmat, membungkuk, menyembah, berlutut.
3. Putra altar dilatih melaksanakan pendupaan dan membunyikan gong / bel.

Pendalaman

1. Apa inti DSA?
2. Sebutkan unsur-unsur DSA secara urut!
3. Dikatakan bahwa DSA merupakan puncak perayaan Ekaristi. Apakah dalam praktik selama ini DSA sungguh-sungguh merupakan puncak perayaan Ekaristi? Jelaskan.
4. Apa yang masih harus kita usahakan agar DSA sungguh terasa sebagai puncak perayaan Ekaristi?


60 Lihat PUMR 78.


Sumber: Mengenal, Mendalami, Mencintai Ekaristi -Ernest Mariyanto