25 Maret: Hari Raya Kabar Sukacita

BACAAN I: Yes 7:10-14 – 8:10
MAZMUR TANGGAPAN: Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11
BACAAN II: Ibr 10:4-10
BACAAN INJIL: Luk 1:26-38.

Kabar Sukacita adalah warta akan kedatangan Sang Penebus, Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam keseluruhan sejarah umat manusia, kedatangan Tuhan memang telah dinanti-nantikan. Maria, seorang gadis desa yang bersahaja dipilih oleh Allah untuk menjadi Bunda Sang Penebus. Injil Hari Raya Kabar Sukacita (Luk 1:26-38) mengisahkan bagaimana warta ini disampaikan kepada Maria. Kisahnya serba mengejutkan bagi Maria. Apa yang sedang terjadi sepertinya di luar pemahaman dan jangkauan pikiran Maria. Misalnya, Maria harus mengandung padahal ia belum bersuami. Anak yang dikandungnya akan disebut Putra Allah yang mahatinggi, apa pula ini? Malaikat Gabriel menantikan jawaban Maria. Syukur kepada Allah, Maria menjadi "YA" atas panggilan dan pilihan ini. Itu berarti, Maria memenuhi nubuat nabi Yesaya pada bacaan pertama hari raya Kabar Sukacita (Yes 7:10-14;8:10.

Di sebuah desa kecil, Nazaret, dimulai sesuatu yang teramat besar. Dari seorang gadis desa yang bersahaja, lahir seorang tokoh puncak segala bangsa dan semua orang: Tuhan Yesus Kristus. Kita diundang untuk bersyukur bagaimana Allah memulai yang besar justru mulai dari yang kecil, sederhana dan yang tidak berarti bagi dunia. Namun, inilah misteri iman yang kita rayakan pada Hari Raya Kabar Sukacita. Marilah kita tidak menghindari orang-orang, acara serta kegiatan yang kecil-kecil, sederhana, dan yang tampak tidak populer. Ingatlah, Allah bisa sedang memulai sesuatu yang besar disana!

Menarik untuk memperhatikan seorang ibu atau ayah mendidik putra-putrinya untuk berterima kasih. Pada umumnya - kalau saya salah, saya senang - seorang anak tidak serta-merta mengucapkan terima kasih kalau ia menerima sesuatu dari orang lain. Ibu atau Bapak atau orang yang dewasalah yang membantu anak itu untuk mengucapkan terima kasih kali si anak menerima sesuatu. Pelan-pelan, sampai pada waktunya, walaupun tidak ada yang menyuruh lagi, si anak akan mengucapkan terima kasih dari dirinya sendiri.

Pembinaan sendiri itu kiranya juga dialami oleh Bunda Maria dalam hal hidup beriman. Sedemikian sehingga ketika dihadapkan pada pilihan yang sulit Bunda Maria berkata, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk 1:38). Bunda Maria hidup di lingkungan komunitas yang sering disebut "kaum miskin Allah". Spiritualitas dasar komunitas ini terungkap dalam Mzm 40:8 yang dikutip dalam Ibr 10:7, "Sungguh aku datang.... untuk melakukan kehendak-Mu." Spiritual inilah yang membentuk pribadi Bunda Maria."

Semoga devosi kita kepada Bunda Maria juga mendorong kita untuk membiarkan diri kita dididik oleh Sabda Tuhan yang telah membentuk pribadi Bunda Maria.

Silahkan mengucapkan doa ini berulang-ulang: "Sungguh aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allahku." (bdk. Ibr 10:7; bdk. Mzm 40:8-9)

Sumber: renungan E. Martasudjita, Pr dan Mgr. I. Suharyo pada buku Inspirasi Batin