Ekaristi Imlek Gereja Katolik Kristus Raja Solo Baru, 6 Februari 2011

Lampion dan pernik-pernik serba merah terpasang di sudut-sudut Gereja Katolik Kristus Raja Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Minggu (6/2) pagi.

Pagi itu, gereja itu menggelar Misa Kudus. Kali ini Misa Kudus di gereja itu penuh dengan nuansa perayaan Imlek. Lampion, de­korasi serba merah, lagu pengiring dan pertunjukan barongsai di halaman gereja menjadikan nuansa perayaan Imlek begitu terasa.

“Persembahan Ekaristi Kudus kali ini bernuansa serba merah. Ekaristi ini sekaligus menyambut Imlek 2562,” kata panitia sek­si publikasi, J Sunarto.

Nuansa Imlek hari itu pun mengundang antusiasme jemaat ge­reja. “Biasanya tamu yang hadir berkisar 800 orang, namun ka­li ini saya lihat ada sekitar 1.600-an orang,” tambah Sunarto.

Nuansa Imlek semakin terasa kala irama pengiring lantunan doa yang dipimpin Romo V Indra Sanjaya Pr dan Romo Vincen­sius Bondan Primakumbara Pr berbeda dengan biasanya. Salah satunya adanya iringan alat musik rahu. Sunarto mengutara­kan alat musik seperti rebab atau disebut rahu itu sengaja disu­guhkan agar nuansa Imlek semakin lekat menyertai konsep acara.

Iringan itu diikuti lantunan doa yang dilagukan bak nyanyian mandarin. Nuansa itu dihadirkan dengan tujuan penghargaan terhadap pluralisme. Ketua Dewan Stasi Gereja Katolik Kristus Raja Solo Baru, Antonius Winardi, mengatakan inkulturasi buda­ya dianggap sah untuk diterapkan dalam penyelenggaran iba­dah. “Tak ada yang berubah dalam tata urutan acara, namun inkulturasi budaya juga tetap diperbolehkan,” katanya.

Kue keranjang yang merupakan ciri khas Imlek dibagikan saat hadirin keluar dari gereja. Panitia juga membagikan angpao dan cokelat kepada anak-anak sebelum ibadah dimulai. Winar­di menganggap hal itu merupakan salah satu pengambilan sisi positif yang dituntut hadir dalam inkulturasi melalui pengambil­an tema Imlek saat itu.

“Sisi yang kami tangkap dari perayaan Imlek adalah perasaan syukur. Kami wujudkan hal itu melalui kegiatan berbagi seperti halnya pembagian beasiswa untuk sejumlah umat kami,” imbuh­nya di sela-sela pertunjukan barongsai dari grup Tri Pusaka So­lo.

Stasi Gereja itu juga mengundang Wayang Potehi asal Suraba­ya. Menurut Winardi, pertunjukan itu mengajarkan nilai-nilai ke­jujuran. - Oleh : Oriza Vilosa/SOLOPOS