Ekaristi, Sakramen Puncak Kebersamaan Dengan Tuhan dan Sesama (2)

A. Gereja Perdana

• Dalam hidup Gereja perdana, perayaan Ekaristi sudah menjadi pusat dan puncak kehidupan umat beriman. Meskipun Kisah Rasul disusun hampir mendekati abad pertama, tetapi Kisah Rasul menyebut praktik kuno dari jemaat Yerusalem, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasulu-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.... dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati, mereka berkumpul tiap-tiap hari secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah.” (Kis 2:42. 44-47).
• Meskipun teks cara hidup jemaat di Yerusalem ini lebih merupakan cita-cita kehidupan umat kristiani, tetapi teks ini menunjuk suatu praktik kehidupan jemaat historis, yaitu bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan, berdoa di Bait Allah dan melanjutkannya di rumah masing-masing secara bergilir untuk memecah roti alias mengadakan perayaan Ekaristi,
• Semula murid Yesus mengira masih sebagai bagian dari orang-orang dan agama Yahudi, sehingga mereka ikut berdoa di Bait Allah. Akan tetapi, dengan cepat pula disadari bahwa mereka berbeda dari orang dan agama Yahudi karena iman mereka berbeda dari orang dan agama Yahudi karena iman mereka adalah akan Yesus Kristus,
• Oleh karena itu, mereka akhirnya memisahkan diri dari tradisi Yahudi dan hal itu, terutama, diperparah karena penganiayaan jemaat di Yerusalem oleh orang-orang Yahudi,
• Sejak semula perayaan Ekaristi menjadi perayaan yang persis membedakan tradisi kristiani dan tardisi Yahudi, maka perayaan Ekaristi sejak awal sudah menjadi ciri khas perayaan iman kristiani dan sekaligus menjadi pusat dan pemersatu kehidupan seluruh umat beriman,
• Sejak awal pula diakui bahwa Ekaristi dirayakan oleh Gereja bukan karena pertama-tama inisiatif dan kemauan Gereja sendiri, melainkan karena diperintahkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri. Hal ini terlihat pada saat perjamuan malam terakhir, Yesus berkata, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19; 1Kor 11:24)

B. Ekaristi adalah khas jemaat Kristiani,

• Meskipun Ekaristi itu khas jemaat kristiani, tetapi perayaan Ekaristi Gereja benar-benar berakar dalam tradisi religius Yahudi. Hanya saja, tradisi Yahudi dalam perayaan Ekaristi mendapat makna dan nilainya karena kaitannya dengan Yesus Kristus,
• Secara khusus perayaan Ekaristi Gereja memang memiliki dasar dan hubungannya dengan peristiwa perjamuan malam terakhir yang diadakan oleh Yesus dan murid-murid-Nya, yaitu menjelang sengsara dan wafat-Nya. Akan tetapi, untuk membahas Ekaristi, kita tidak boleh mengabaikan keseluruhan konteks hidup dan pewartaan Yesus Kristus, maka ada tiga hal yang boleh dipandang sebagai akar perayaan Ekaristi, yaitu
1. Perjamuan makan Yesus dengan orang-orang berdosa. Perayaan Ekaristi memiliki akar dalam seluruh karya dan hidup Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah. Perjamuan makan Yesus dengan orang-orang berdosa memiliki konteksnya pada pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah, yaitu bahwa Allah berbelas kasih dan mengundang orang yang berdosa ke dalam persudaraan dan persekutuan denganNya. (Mrk 2:16-17; Mat 9:1013; Luk 5:29-32; bdk Luk 15:1),
2. Perjamuan malam terakhir (Mrk 14:22-25; Mat 26:26-29; Luk 22:15-20, dan 1Kor 11:23-26). Perjamuan malam terakhir merupakan perjamuan paling pokok yang diadakan Yesus sebagai perjamuan perpisahan dengan para muridNya sebelum menderita sengsara dan wafat. Dengan perjamuan malam terakhir, Yesus menafsirkan dan menjelaskan peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya sebagai pemberian diri sehabis-habisnya bagi keselamtan manusia. Perjamuan malam terakhir bukanlah perayaan Ekaristi Gereja yang pertama, tetapi menjadi saat penetapan bagi perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi diperintahkan Tuhan sendiri melalui sabdaNya, “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19; 1Kor 11:24)
3. Perjamuan makan dengan Yesus yang bangkit (Luk 24:13-35). Sesudah kebangitanNya Yesus mengadakan perjamuan makan dengan murid-murid-Nya. Teks dua murid Emaus dalam Luk 24 merupakan contoh yang paling jelas. di situ ingin diungkapkan bahwa perayaan Ekaristi merupakan kebersamaan dengan Tuhan yang bangkit.

C. Perjamuan Malam terakhir.

• Perayaan Ekaristi Gereja jelas memiliki hubungan historis dengan perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid-Nya. Dalam Perjanjian Baru, kita memiliki 4 teks perjamuan terakhir (Mrk 14:22-25; Mat 26:26-29; Luk 22:15-20, dan 1Kor 11:23-26),
• Keempat teks perjamuan terakhir tersebut dapat dibagikan ke dalam dua kelompok atau tipe.
1. Kelompok pertama ialah teks Markus dan Matius. Dalam hal ini teks Matius merupakan hasil redaksi lebih lanjut dari teks Markus yang lebih tua,
2. Kelompok kedua adalah teks Paulus yang mirip dengan teks Lukas. Walaupun usia Injil Lukas lebih muda daripada tulisan Paulus, tetapi teks Perjamuan Terakhir Lukas tidak begitu saja merupakan hasil redaksi lebih lanjut dari teks Paulus. Para ahli memperkirakan bahwa teks Paulus dan tekas Lukas sama-sama tergantung atau diturunkan dari satu sumber yang sama, yaitu tardisi Antiokhia yang berbahasa Yunani (sekitar 40M),
• Semua teks perjamuan malam terakhir Perjanjian Baru sama-sama memandang perjamuan makan Yesus itu sebagai pesta perjamuan perpisahan sebelum wafatNya. Perjamuan malam terakhir sebagai pesta perpisahan Yesus dan murid-Nya itulah konteks yang secara pasti dapat kita simpulkan,
• Demikianlah, sebagaimana para Bapa Bangsa dan utusan Allah dalam tradisi Yahudi, Yesus meringkaskan sebuah karya hidupNya dalam perjamuan malam terakhir itu dan menganugerahkan berkat-Nya kepada para murid. Berkat itu adalah Perjanjian Baru dan warisanNya untuk para murid dan ini berlaku untuk masa datang,
• Ada pertanyaan, “Apakah perjamuan malam terakhir itu suatu perjamuan paskah (Yahudi) atau bukan?” Masalahnya adalah bahwa data antara Injil Sinoptik dan Injil Yohanes berbeda. Injil Sinoptik menyatakan jeals bahwa oerjamuan malam terakhir merupakan perjamuan paskah (Mrk 14:12-17; Luk 22:15), maka Injil Yohanes justru menyatakan bahwa perjamuan malam terakhir buakan suatu perjamuan paskah. Yohanes memandang perjamuan malam terakhir sebagai perjamuan yang diadakan pada hari persiapan (menjelang) Paskah (bdk. Yoh 13:1; 18:28; 19:14).
• Tentang hal ini, Paulus tidak memberikan informasi sama sekali, maka yang dapat kita katakan hanyalah bahwa perjamuan malam terakhir tentulah berbeda dalam konteks perayaan Paskah Yahudi.


Disunting dari buku,
Sakramen-Sakramen Gereja [Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral] - Rm. E. Martasudjita, Pr