Setan berupaya memperdaya manusia

Setan bermaksud merusakkan hidup yang diamalkan selaras dengan kebenaran, hidup dalam kepenuhan kebajikan, hidup adikodrati rahmat dan kasih….

Sebagai akibat dosa leluhur pertama kita, malaikat yang jatuh ini telah mendapatkan kuasa atas manusia hingga taraf tertentu. Inilah doktrin yang terus-menerus dinyatakan dan dimaklumkan oleh Gereja, dan yang oleh Konsili Trente ditegaskan dalam risalatnya mengenai dosa asal.

Dalam Kitab Suci kita temukan bermacam indikasi dari pengaruh setan ini atas manusia dan atas disposisi rohani (dan jasmani) manusia. Dalam Kitab Suci, setan disebut “penguasa dunia ini” (bdk Yohanes 12:31; 14:30; 16:11) dan bahkan “ilah zaman ini” (2 Korintus 4:4)….

Menurut Kitab Suci, dan teristimewa Perjanjian Baru, kuasa dan pengaruh setan dan roh-roh jahat yang lain mencakup seluruh dunia…. Tindakan setan meliputi terutama mencobai manusia untuk berdosa, dengan mempengaruhi imajinasi dan kemampuan manusia, untuk memalingkan manusia dari hukum Allah…. Adalah mungkin dalam kasus-kasus tertentu roh jahat bertindak lebih jauh dengan mengerahkan pengaruhnya tidak hanya pada hal-hal materiil, melainkan bahkan pada tubuh manusia, sehingga orang dapat berbicara mengenai “kerasukan roh jahat” (bdk Markus 5:2-9). Tidak selalu mudah membedakan faktor supranatural yang bekerja dalam kasus-kasus ini, dan Gereja tidak dengan mudah mendukung kecenderungan untuk mengaitkan banyak hal pada tindakan langsung setan; tetapi, pada prinsipnya tak dapat disangkal bahwa setan dapat melakukan manifestasi ekstrim superioritasnya dalam kehendak untuk mencelakai dan menghantar manusia ke kejahatan.

Dalam menyimpulkan, patut kita tambahkan bahwa kata-kata mengesankan Rasul Yohanes - “Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat” (1 Yohanes 5:19) - menyinggung juga kehadiran setan dalam sejarah umat manusia, suatu kehadiran yang menjadi terlebih akut ketika manusia dan masyarakat berpaling dari Allah.

“Kejatuhan” setan ini yang memiliki karakter penolakan terhadap Allah, dengan konsekwensi keadaan “binasa”, terkandung dalam pilihan bebas roh-roh ciptaan itu yang secara radikal dan tak-dapat-ditarik-kembali menolak Allah dan Kerajaan-Nya, berupaya merampas hak-hak kemahakuasaan-Nya dan berusaha menggagalkan tata keselamatan dan tata keseluruhan alam semesta. Kita dapati refleksi atas sikap ini dalam perkataan yang disampaikan oleh si penggoda kepada leluhur pertama kita: “Kamu akan menjadi seperti Allah” atau “seperti dewa” (bdk Kejadian 3:5).

Dengan demikian, roh jahat berupaya menanamkan dalam diri manusia sikap hendak menyamai, membangkang dan menentang Allah yang, seolah, telah menjadi motivasi dari segenap keberadaannya….

Ketika, dengan suatu tindakan dari kehendak bebasnya sendiri, ia menolak kebenaran yang ia ketahui mengenai Allah, setan menjadi “pendusta dan bapa segala dusta” seluruh alam (Yohanes 8:44). Oleh karenanya, ia hidup dalam penyangkalan yang radikal dan tak-dapat-ditarik-kembali akan Allah, dan berusaha menimpakan pada ciptaan - pada makhluk lain yang diciptakan seturut gambar Allah, dan teristimewa pada manusia - “dusta tragisnya sendiri mengenai kebaikan” yang adalah Allah. Dalam Kitab Kejadian kita temukan suatu gambaran yang tepat mengenai dusta ini dan penyesatan kebenaran akan Allah, yang berusaha disampaikan oleh setan (dalam rupa seekor ular) kepada wakil-wakil pertama bangsa manusia: Allah waspada dalam menjaga hak istimewa-Nya Sendiri dan karenanya berkehendak menetapkan batasan-batasan pada manusia (bdk Kejadian 3:5). Setan mengundang manusia untuk membebaskan dirinya dari beban kuk ini dengan menjadikan dirinya “seperti Allah”.

Dalam kondisi dusta tetap ini, setan - menurut St Yohanes - juga menjadi seorang “pembunuh”, yakni dia yang merusakkan hidup adikodrati yang telah dibuat Allah untuk tinggal sejak awal mula dalam dirinya dan dalam ciptaan-ciptaan yang dijadikan “seturut citra Allah”: roh-roh murni lainnya dan manusia. Pengaruh roh jahat dapat menyamarkan diri dalam suatu cara yang terlebih hebat dan efektif: sebab adalah memang niatnya untuk menjadikan dirinya “tak dikenali”. Setan memiliki kecakapan membujuk-rayu manusia untuk menyangkal keberadaan setan atas nama rasionalisme dan setiap sistem pemikiran lainnya yang mencari segala sarana yang mungkin untuk menghindari kegiatan setan dikenali. Namun demikian, ini tidak berarti hilangnya kehendak bebas dan tanggung-jawab manusia, dan terlebih lagi frustasi akan karya keselamatan Kristus….

Umat Kristiani, memohon kepada Bapa dan kepada Roh Yesus, berseru dengan kuasa iman: Janganlah biarkan kami jatuh ke dalam pencobaan, melainkan bebaskan kami dari kejahatan, dari yang jahat, ya Tuhan; janganlah biarkan kami jatuh ke dalam ketidaksetiaan dengan mana kami dibujuk oleh dia yang telah tidak setia sejak dari awal mula.”

dikutip dari: Audiensi Umum Paus Yohanes Paulus II, 13 Agustus 1986
http://indocell.net/yesaya/