BIJAKSANA dengan kata-kata "YANG PENTING HATINYA" dalam kehidupan beriman.

Kita seringkali mendengar orang-orang mengungkapkan alasan "yang penting hatinya", penampilan tidak penting..

Dasarnya adalah bahwa dalam Kitab Suci juga disebutkan bahwa "Tuhan tidak memandang rupa, tapi melihat hati"..

Menyedihkan bahwa alasan "yang penting hatinya" mengakar sedemikian kuat dalam pola pikir orang Katolik sehingga muncul tanggapan-tanggapan berikut:

1. ke Gereja pakai sandal jepit, baju kurang bahan, gapapa lah, yang penting hatinya memuji Tuhan..

2. Gereja ga perlu lah dibangun bagus2, biarkan aja rusak dan roboh, yang penting hatinya memuji Tuhan..

3. Ga perlu lah ke gereja, doa-doa, puasa, kalau hatinya kotor, lebih baik ga usah ke gereja, yang penting hatinya bersih..

4. Yang paling memprihatinkan adalah, "jaman sekarang orang ga perlu lagi Tuhan, yg penting hatinya baik, perbuatannya baik"..

Sabda Tuhan dalam Kitab Suci telah dijadikan sebagai pembenaran atas segala tindakan dan perilaku manusia yg kurang baik. Apa yang terlihat baik di luar, memang belum tentu baik di dalam.. Apa yang terlihat buruk di luar, memang belum tentu buruk juga di dalam.. Ini benar, tapi apakah kita pernah memilih opsi ini:

Baik di depan, baik juga di dalam? Kehidupan beriman mendorong kita untuk mencapai pilihan ini, kita menjadi orang yang baik di luar, juga baik di dalam (secara hati).. Apa yang ada di dalam hati, itu lah yg keluar dalam tindakan manusia, apa yg terlihat di luar, itu jg menggambarkan isi hati manusia.. Jadi, maukah kita menjadi orang Katolik yang berhati baik, juga dengan perilaku-perilaku yg baik?

Ibarat kemasan yang baik akan menjaga isinya, kemasan yg rusak semakin lama merusak isinya.. Jadi, utamakanlah isinya, rawat dan jagalah kemasannya, sehingga orang Katolik akan berkata:

1. Persiapkan hati dengan baik dlm mempersiapkan Ekaristi dengan berpakaian yg baik dan sopan, karena kita akan berjumpa dengan Tuhan sendiri.

2. Utamakanlah pengembangan iman umat, rawatlah tempatnya, karena iman yang berkembang juga membutuhkan sarana yg baik utk berjumpa dan mengalami kasih Tuhan.

3. Beribadah, doa, dan puasa dibutuhkan manusia untuk mengolah batinnya menjadi bersih.. karena ketika hati manusia menjadi kotor, dengan apakah itu dibersihkan dan diperbaiki? dengan pengampunan dan rekonsiliasi.

4. Tuhan dibutuhkan manusia, karena perbuatan dan amal manusia akan menjadi hidup dan berarti jika didasari dengan iman, bukan perbuatan-perbuatan kosong dan hampa.
Prinsip “Yang Penting Hati”. Banyak Kaum Tertahbis dan awam senang sekali membenarkan Pelecehan Liturgi dengan kata-kata “yang penting hatinya”. “Gak apa-apa toh, yang penting hatinya.” “Ya sudah, gak usah diributkan, yang penting hatinya. Jangan saklek soal Liturgi.” Prinsip “yang penting hatinya” ini tidak pernah menjadi prinsip Gereja apalagi diajarkan oleh Gereja dan Kitab Suci.  

Apa yang diajarkan oleh Kitab Suci dan Gereja adalah “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu (emosional) dan dengan segenap jiwamu (spiritual) dan dengan segenap akal budimu (rasional) dan dengan segenap kekuatanmu (fisikal).” (Mrk 12:30). Inilah empat pilar pondasi kasih sejati dalam mengasihi Allah: emosional, rasional, spiritual, fisikal. Prinsip “Yang penting hati” mereduksi cinta yang seharusnya utuh diberikan kepada Allah dalam Liturgi. Oleh karena itu, marilah kita dari sekarang menghindari prinsip “yang penting hati” dan berusaha memberikan yang terbaik kepada Allah karena Allah telah lebih dulu memberikan yang terbaik buat kita.


Sumber:
Krisis Liturgi adalah Krisis Utama Gereja Saat Ini | Indonesian Papist http://www.indonesianpapist.com/2012/03/krisis-liturgi-adalah-krisis-utama.html#ixzz2LjBTDkEO dan FB Gereja Katolik, admin: Deo Gratias

Perayaan Ekaristi: Sabtu-Minggu, 23 - 24 Februari 2013 Hari Minggu Prapaskah II

  


HARI MINGGU PRAPASKAH II - Th. C



SABTU-MINGGU, 23 - 24 Februari 2013

PA. Selamat pagi/siang/sore Bapak, Ibu, Saudara/i, para kaum muda dan adik-adik, sebelum kita memulai perayaan Ekaristi Hari Minggu Prapaskah II, marilah mengawalinya dengan berdoa bersama:

P/L+U. Allah Bapa yang Mahakuasa, Engkaulah Gembala kekal, yang tak pernah meninggalkan kami, kawanan-Mu. Engkau selalu menjaga dan melindungi kami melalui Putra-Mu Sang Gembala Baik yang memimpin Gereja-Mu di dunia dengan perantaraan Sri Paus dan para uskup sebagai pengganti Santo Petrus dan para rasul-Mu. Kami bersyukur atas Paus Benediktus XVI yang telah melayani Gereja-Mu sedunia dengan tekun dan setia. Semoga Engkau mendampingi beliau dalam hidupnya pada hari-hari selanjutnya untuk menjadi pendoa bagi Gereja dan menjadi hamba-Mu yang setia dalam memberikan kesaksian iman yang teguh, harapan yang kokoh dan kasih yang membara.

Kini kami mohon semoga Engkau segera menganugerahi kami Bapa Suci baru sesuai dengan pilihan-Mu, seorang Paus yang mampu menggembalakan Gereja-Mu se-dunia dengan baik dan bijaksana, seorang Paus yang mampu memimpin Gereja-Mu dalam melintasi hal ikhwal masa kini sesuai dengan rencana dan kehendak-Mu.

Curahkanlah Roh Kudus-Mu kepada para Bapak Kardinal yang akan mengadakan pemilihan Paus baru. Semoga dalam doa dan cinta mereka mampu menangkap kehendak-Mu dan menetapkan pilihan sesuai dengan rencana-Mu. Bersama Bunda Maria, Bunda Gereja, kami menyerahkan seluruh nasib Gereja-Mu ke dalam tangan-Mu dan kebijaksanaan-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
       

PA. Bapak, Ibu, Saudara/i, para kaum muda dan adik-adik marilah membuka hati dan pikiran kita dengan memuji dan memuliakan Allah Bapa pada kesempatan yang indah ini, dengan mempersiapkan lagu pembuka dari Puji Syukur nomor 652

RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA (PS 652) 
1. Dikau, Tuhan, jadilah impianku, hanya Engkau pangkal bahagiaku. Siang dan malam kupikirkan Engkau; bila Kau hadir, terang hidupku.
2. Jadilah Dikau hikmat kataku, aku serta-Mu, Engkau sertaku. Dikaulah Bapa, dan 'ku anak-Mu, aku dan Dikau bersatu penuh.
3. Jadilah Kau tameng dan pedangku, jadilah Dikau andalah teguh. Dikaulah sumber segala kuasa, hantarlah aku ke surga mulia.
4. Tak kuhiraukan pujian semu, Kaulah pusaka yang tak'kan lekang. Sang Raja kalbuku hanya Engkau, harta surgawi yang aku pegang.
5. O Rajaku, bila aku menang, t'rima di surga, o Surya Terang. Bila kelak s'luruh alam lenyap, sudilah Dikau kupandang tetap.
  
TANDA SALIB DAN SALAM
I. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus bersamamu
U. Dan bersama rohmu

PENGANTAR 

SERUAN TOBAT (PS 339)

I. Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Putra kesayangan Bapa, yang membarui perjanjian Allah dengan manusia.
K.  Kyrie, eléison
U.  Kyrie, eléison
I. Engkau telah menampakkan kemuliaan-Mu di gunung dan berbicara dengan Musa dan Elia dalam rangka pembaharuan perjanjian Allah dengan manusia.
K. Christe, eléison
U. Christe, eléison
I. Engkaulah penyelamat kami yang mau mengubah tubuh kami menjadi serupa dengan tubuh-Mu yang mulia.
K.  Kyrie, eléison
U.  Kyrie, eléison

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.
      
DOA PEMBUKA
I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I.  Allah Bapa yang kekal dan kuasa, sejak sedia kala Engkau menjanjikan kesetiaan-Mu kepada manusia. Dengarkanlah kami dan tanggapilah permohonan kami mengenai masa depan kami. Tunjukkanlah kiranya kepada kami dalam diri Yesus Putra kesayangan-Mu, bagaimana Engkau mematuhi perjanjian-Mu dengan Abraham secara paripurna, bila di sini Sabda-Mu terdengar menggema selama ini. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U. Amin.

LITURGI SABDA

BACAAN I (Kej 15:5-12.17-18)

"Tuhan mengikat perjanjian dengan Abraham yang setia."

L. Bacaan dari Kitab Kejadian:
            
Pada suatu ketika Tuhan membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Lagi firman TUHAN kepadanya: "Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu." Kata Abram: "Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?" Firman TUHAN kepadanya: "Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati. Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya. Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan. Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai Efrat yang besar itu.
L. Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN (PS 801)
Reff: Aku percaya kepada-Mu Tuhanlah pengharapanku.
Mazmur:
1.  Tuhan adalah terang dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?
2. Dengarlah, ya Tuhan, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Wajah-Mu kucari, ya Tuhan, seturut firman-Mu, "Carilah wajah-Ku!"
3. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu dari pada-Ku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka. Engkau pertolonganku, ya Allah penyelamatku, janganlah membuang aku, dan janganlah meninggalkan daku.
     
BACAAN II  (Flp 3:17-4:1 - Panjang)

"Kristus akan mengubah tubuh kita menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia."

L.  Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi:
     
Saudara-saudara, ikutilah teladanku, dan perhatikanlah mereka yang hidup seperti kami. Sebab, seperti yang telah sering kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang hidup sebagai musuh salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut, kemuliaan mereka ialah hal-hal aib, sedangkan pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara-perkara duniawi. Tetapi kita adalah warga Kerajaan Surga. Dari sana juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus, Sang Penyelamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, sesuai dengan kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. Karena itu, Saudara-saudaraku yang kukasihi dan kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah dengan teguh dalam Tuhan!

L. Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL (PS 965)
Refren. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Dari awan yang bercahaya Allah Bapa berbicara, "Inilah Anak-Ku yang kukasihi, dengarkanlah Dia!"

BACAAN INJIL (Luk 9:28b-36)

"Ketika Yesus sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah."

I.  Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
I.  Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I.  Pada suatu ketika Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu. Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia." Ketika suara itu terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada siapapun apa yang telah mereka lihat itu.
I: Demikianlah Injil Tuhan
U: Terpujilah Kristus.

HOMILI

AKU PERCAYA 

(umat berdiri)
I+U. Aku percaya akan Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi.
Dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita.
diucapkan sambil membungkuk:

Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh perawan Maria.
berdiri kembali:
Yang menderita sengsara, dalam pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan.
Yang turun ketempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.
Yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa.
Dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan mati.
Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang Kudus, Persekutuan para Kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal. Amin
     
DOA UMAT

I.  Oleh karena kasih-Nya yang begitu agung kepada manusia. Allah Bapa berkenan mengutus Putra-Nya Tuhan kita Yesus Kristus demi keselamatan kita, dengan bersabda, "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia!" Maka marilah kita berdoa kepada Bapa, Allah yang sungguh dekat dan penuh kasih setia:
  
L.  Bagi Gereja Allah: Semoga Umat Allah semakin menyadari bahwa tugas perutusan sebagai putra-putri-Nya yang terkasih adalah berbagi hidup dengan sesama demi keselamatan seluruh umat manusia. Marilah kita mohon,.....
U. Tuhan, dengarkanlah umat-Mu.
      
L. Bagi Sri Paus, para uskup dan segenap pejabat Gereja: Semoga Allah Bapa mencurahkan Roh-Nya kepada Sri Paus, para uskup dan segenap pimpinan Gereja, agar dengan semangat penuh dan mantap membangun Gereja untuk masa depan. Marilah kita mohon,………
U. Tuhan, dengarkanlah umat-Mu.

L.  Bagi mereka yang terbelenggu oleh kemiskinan dan menderita kelaparan: Semoga Allah menumbuhkan di dalam hati kita rasa belas kasih dan cinta kasih yang mendalam terhadap mereka yang lapar dan miskin sehingga kita pun tergerak untuk secara nyata membantu mereka keluar dari belenggu kemiskinan dan kelaparan. Marilah kita mohon,.....
U. Tuhan, dengarkanlah umat-Mu.
    
L.  Bagi kita yang berhimpun di sini:  Bangkitkan dalam diri kami kesetiaan untuk mengakui iman dengan penuh kepercayaan dan harapan. Semoga dalam Tahun Iman ini kami dapat semakin memperdalam pengetahuan akan misteri Kristus dan menjadi saksi yang penuh sukacita akan anugerah iman di dalam Dia dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci, Katekismus Gereja Katolik dan dokumen-dokumen Gereja lainnya. Marilah kita mohon,.....
U. Tuhan, dengarkanlah umat-Mu.
   
I.  Allah Bapa kami yang mahamulia, dengarkanlah doa-doa kami dan berikanlah kekuatan belas kasih-Mu kepada mereka yang mengandalkan kebaikan hati-Mu sebagai Bapa, dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI


A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN


LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN (PS 543) 
    
DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN

I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I.  Ya Tuhan, berkat kemurahan-Mu, kami telah menerima hasil bumi yang kini kami persembahkan kembali kepada-Mu. Semoga, roti dan anggur ini menjadi rezeki kehidupan bagi kami, yakni Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan, Pengantara kami.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG


PREFASI  (Transfigurasi Tuhan)

I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.
I. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan
U. Sudah kami arahkan.
I. Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita.
U. Sudah layak dan sepantasnya.
I. Sungguh layak dan sepantasnya, bahwa kami selalu dan di mana pun, bersyukur kepada-Mu, Tuhan, Bapa yang kudus, Allah yang Mahakuasa dan kekal: dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.
Setelah menubuatkan kematian-Nya sendiri di hadapan murid-murid-Nya, Ia menampakkan kemuliaan-Nya kepada mereka di gunung yang kudus. Dengan menghadirkan Hukum dan Nabi sebagai saksi, Ia menegaskan kepada mereka, bahwa hanya melalui sengsara, Ia akan sampai kepada kemuliaan kebangkitan. Dari sebab itu, bersama dengan Kekuatan-kekuatan surga, kami senantiasa memuliakan Engkau di bumi dan tak henti-hentinya meluhurkan Dikau dengan bernyanyi:        
     
KUDUS (PS 385)  
      
    Sanctus, Sanctus, Sanctus,
    Dominus Deus Sabbaoth;
    Pleni sunt caeli et terra gloria Tua.
    Hosanna in excelsis.
    Benedictus qui venit in nomine Domini.
    Hosanna in excelsis

        
DOA SYUKUR AGUNG V

I. Sungguh kuduslah Engkau, ya Allah. Sejak awal mula Engkau berusaha agar manusia menjadi kudus seperti Engkau sendiri kudus adanya.

I. Kami mohon, pandanglah persembahan umat-Mu ini dan curahkanlah kuasa Roh-Mu atasnya agar persembahan ini menjadi Tubuh dan (+) Darah Yesus Kristus. Dialah Putra-Mu yang terkasih dan dalam Dia Engkau mengangkat kami menjadi anak-anak-Mu.

I. Meskipun dulu kami tersesat dan tidak mampu mendekati Engkau, Engkau mengasihi kami dengan kasih yang tak terhingga: Yesus, Putra-Mu, satu-satunya Manusia yang benar, tidak menolak dipaku pada kayu salib untuk kami. Tetapi, sebelum tangan-Nya terentang antara langit dan bumi, Ia merayakan perjamuan Paskah yang tak terhapuskan.

I. Sementara makan bersama, Ia mengambil roti. Ia mengucap syukur dan memuji Dikau, memecah-mecahkan roti itu, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya seraya berkata:

Terimalah dan makanlah: Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu.

(Ketika Imam memperlihatkan Hosti Suci dengan mengangkatnya, Umat memandangnya. Ketika Imam meletakkan Hosti Suci dan berlutut, Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat).

I. Yesus menyadari bahwa Dia mesti mendamaikan segala-galanya dengan Darah-Nya yang tertumpah di kayu salib. Maka, sesudah perjamuan, Ia mengambil piala yang berisi air anggur. Sekali lagi Ia mengucap syukur kepada-Mu lalu menyerahkan piala itu kepada murid-murid-Nya seraya berkata:

Terimalah dan minumlah: Inilah Piala Darah-Ku, Darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku. 


(Ketika Imam memperlihatkan Piala dengan mengangkatnya, Umat memandangnya. Ketika Imam meletakkan Piala dan berlutut, Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat).


AKLAMASI ANAMNESIS


I.  Sungguh agung misteri iman kita.
U. Tuhan, Penebus dunia, dengan salib dan kebangkitan-Mu, Engkau membebaskan manusia. Selamatkanlah kami, umat-Mu.

I. Allah yang setia dan berbelas kasih, sambil mengenangkan Yesus Kristus, Putra-Mu, kurban Paskah dan jaminan damai kami, kami merayakan wafat dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati; dan sambil menantikan kedatangan-Nya yang membahagiakan, kami memperembahkan kepada-Mu kurban yang memulihkan hubungan kami dengan Dikau.

I. Ya Bapa yang mahamurah, pandanglah dengan penuh kasih sayang semua orang yang Engkau ikut sertakan dalam kurban Kristus ini. Semoga karena kekuatan Roh Kudus, semua yang ambil bagian dari roti dan piala yang satu ini dihimpun menjadi satu tubuh dalam Kristus dan dijauhkan dari setiap perpecahan.

I. Sudilah menjaga kami agar senantiasa sehati sejiwa dengan Bapa Suci....., dan Bapa Uskup kami..... Bantulah kami bersama-sama menyiapkan datangnya kerajaan-Mu sampai kami sendiri, sebagai orang kudus di tengah para kudus, menghadap Engkau di takhta surgawi, bersama Santa Perawan Maria, Bunda Allah, para rasul, serta semua orang kudus yang berbahagia, dan berkumpul kembali dengan semua saudara yang sudah mendahului kami; mereka kami serahkan kepada belas kasihan-Mu.

I. Pada saat yang membahagiakan itu, sebagai manusia baru yang Engkau bebaskan dari dosa, dengan penuh sukacita kami akan melambungkan pujian syukur Kristus yang hidup selama-lamanya.

I. Dengan pengantaraan Kristus, bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.
U. Amin.

C. KOMUNI


BAPA KAMI (PS 402)


I. Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa
I+U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala yang jahat dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram, sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

DOA DAMAI (MR 2002)


I. Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda kepada para rasul, "Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu." Jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu. 

ANAK DOMBA ALLAH (PS 406)
 
PERSIAPAN KOMUNI
Ajakan menyambut Komuni
I. Saudara-saudari terkasih, Tuhan Yesus bersabda, "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi." Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan Tuhan.
U. Ya Tuhan, saya tidak pantas, Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

KOMUNI 
  
DOA SESUDAH KOMUNI
I.    Marilah kita berdoa:
I.   Ya Allah yang Mahabaik, kami bersyukur karena telah Kau perkenankan untuk menyambut Putra-Mu. Berilah kami kekuatan untuk menjalani pertobatan kami sehingga pada saatnya nanti kami Kauperkenankan untuk mengalami kemuliaan Putra-Mu yang abadi. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

RITUS PENUTUP




PENGUMUMAN

BERKAT
Imam membuka tangan
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.

Imam mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat. 
I. Ya Bapa, sudilah memandang anak-anak-Mu yang berkumpul di sini. Sebab demi keselamatan mereka, Tuhan kami Yesus Kristus tidak ragu-ragu menyerahkan diri ke tangan kaum penjahat dan menderita siksaan salib. Dialah penyelamat kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Semoga Saudara sekalian dilindungi, dibimbing, dan diberkati oleh Allah yang Mahakuasa: (+) Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. Amin.
 
PENGUTUSAN

I. Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai.
U. Syukur kepada Allah.
I. Marilah pergi! Kita diutus.
U. Amin.
  
PERARAKAN KELUAR (PS 544) 



***

HOMILI: Hari Minggu Prapaskah II (Kej. 15:5-12,17-18; Mzm. 27:1,7-9abc,13-14; Flp. 3:17-4:1; Luk. 9:28b-36)

"Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia”

Di dalam perjalanan hidup dan tugas pengutusan kita sehari-hari kiranya kita sering mengalami sungguh bergairah atau lesu, gembira atau sedih, bersemangat atau frustrasi dst.. alias pengalaman hiburan rohani atau kesepian rohani, yang dalam psikologi agama disebut sebagai pengalaman “fascinosum” dan “tremendum” (=mempesona dan menghentak). Selama masa Prapaskah sekiranya kita sungguh menanggapi ajakan gembala kita/uskup kita sebagaimana tertulis di dalam ‘Surat Gembala Prapaskah, yang secara nasional bertema “Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa”, dan untuk KAS dengan tema “Semakin Beriman Dengan Bekerja Keras dan Menghayati Salib Tuhan”, kita pasti akan mengalami hal-hal tersebut diatas, dan ada kemungkinan lebih banyak hiburan rohani daripada kesepian rohani, pengalaman bergairah daripada lesu, bersemangat daripada frustrasi. Dalam pengalaman terhibur, bergairah dan bersemangat biasanya orang memiliki cita-cita, harapan atau kehendak yang luar biasa dan indah, sebagaimana dialami para rasul di atas gunung sedang menemani Yesus untuk berdoa.

"Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."(Luk 9:33-35)

Ketika mengalami hiburan atau kesepian rohani kita diharapkan dengan rendah hati dan membuka diri untuk mendengarkan suara atau kehendak Allah. Maka baiklah saya kutipkan apa yang tertulis dalam Latihan Rohani St. Ignatius Loyola perihal hiburan dan kesepian rohani. “Yang kumaksud hiburan, ialah keadaan sewaktu dalam jiwa timbul gerak batin, yang membuat jiwa jadi berkobar dalam cinta kepada Pencipta dan Tuhannya…Akhirnya juga kunamakan hiburan rohani setiap tambahnya iman, harapan dan cinta..” (St Ignatius Loyola, LR no 316). “Yang kumaksudkan kesepian rohani, ialah semua yang berbalikan (dari hiburan rohani), misalnya kegelapan jiwa, kekacauan batin, dan gerak hati ke arah yang serba hina dan duniawi, bingung menghadapi berbagai bujuk dan godaan yang menyeret orang ke arah hilangnya kepercayaan, harapan, cinta..” (ibid..no 317)

Kami berharap selama masa Prapaskah, Retret Agung umat, kita lebih banyak mengalami hiburan rohani daripada kesepian rohani, dengan kata lain “dalam jiwa timbul gerak batin, yang membuat jadi berkobar dalam cinta kepada Pencipta dan Tuhan, semakin beriman, semakin berharap dan semakin mencinta”, sebagaimana dicanangkan dalam tema APP tahun 2013, dalam Tahun Iman ini. Maka kami berharap di dalam refleksi selama masa Prapaskah ini anda menerima pencerahan yang mendorong anda untuk tergerak melakukan pembaharuan atau peningkatan hidup beriman, berharap dan mencinta, dengan gerakan-gerakan konkret, entah secara pribadi atau bersama (dalam keluarga, komunitas atau tempat kerja, atau dalam lingkungan/wilayah/paroki).

Di dalam refleksi kiranya masing-masing dari kita menerima pencerahan yang berbeda satu sama lain, maka hendaknya kemudian saling berbagai pengalaman, menceriterakan dan mendengar-kan, perihal pencerahan yang telah diterimanya. “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia”, inilah kiranya sabda yang dapat menjadi acuan kita dalam saling berbagi pengalaman pencerahan. 
 
Setelah menerima pencerahan di bukit atau gunung, para rasul diajak turun oleh Yesus. Hal ini bagi kita merupakan ajakan atau peringatan agar pencerahan yang kita terima kemudian dihayati atau dilakukan, jangan hanya tinggal dalam kenangan manis dalam pikiran atau semangat, melainkan menjadi nyata dalam cara hidup atau cara bertindak. Kita ‘daratkan’ segala niat dan kehendak baik yang kita terima dalam permenungan menjadi cara bertindak atau berperilaku.

“Kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya” (Fil 3:20-21)

Kutipan di atas ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa pada suatu saat kita akan mati atau dipanggil Tuhan, kapan waktunya tidak ada seorang pun dari kita yang mengetahuinya. Dengan kata lain hidup kita ini juga merupakan saat-saat penantian, yaitu menantikan dipanggil Tuhan, dimana Tuhan “mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia”. Kita semua kiranya mendambakan hidup berbagia dan mulia selamanya di sorga, setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, maka marilah kita hidup dan bertindak sebagai orang yang memiliki dambaan atau kerinduan mulia, luhur dan indah. Dengan kata lain sebagaimana kami angkat di atas hendaknya kita hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, harapan dan cintakasih.

Allah adalah kasih sejati, maka menantikan panggilan Allah alias kematian kita yang tidak kita ketahui kapan, sebagaimana orang menantikan yang terkasih, pada umumnya orang sungguh mengadakan pembersihan diri maupun lingkungan hidupnya. Selama mawas diri dalam masa Prapaskah ini kami harapkan masing-masing dari kita mengetahui dengan jelas dalam hal apa saja kita perlu mengadakan pembersihan alias pembaharuan hidup. Adakah anggota-anggota tubuh kita yang membuat diri kita terhina karena melakukan dosa, hal-hal yang tak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah? Mungkin yang sering kita lakukan adalah berpikiran jelek atau jahat terhadap orang lain alias dengan mudah melihat dan mengangkat kekurangan atau kesalahan orang lain, dan ada kemungkinan juga menjadi nyata dalam omongan melalui mulut kita.

Ada empat unsur dalam diri kita, yaitu: jiwa, hati, akal budi dan tubuh, maka mungkin baik jika kita mawas diri keempat unsur tersebut. Dalam hal hati atau jiwa kiranya yang mengetahui dengan jelas dan benar tentang isi hati atau isi jiwa/semangat kita adalah saya sendiri, maka kami harapkan masing-masing dari kita sungguh jujur dalam mawas diri. Secara khusus kami berharap terjadi keterbukaan antar anggota keluarga, antar suami dan isteri, antar kakak-adik, antar orangtua dan anak-anak, karena apa yang terjadi dan dialami di dalam keluarga akan sangat bermanfaat dalam perjalanan ke dalam kebersamaan hidup yang lebih luas, entah di dalam masyarakat, tempat tugas/kerja dst.. Bukankah antar suami-isteri memiliki keterbukaan luar biasa, yaitu ketika sedang memadu kasih alias berhubungan seks dalam rangka saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh? Semoga keterbukaan yang sama, dalam arti secara spiritual, juga dihayati dalam pergaulan dengan sesamanya, dan dengan demikian hidup bersama sungguh bersih, menarik dan mempesona.

"TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku!  Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mzm. 27:1,7-9abc,13-14)

Minggu, 24 Februari 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Ul 26:16-19; Mzm 119:1-2.4-5; Mat 5:43-48)

“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat 5:43-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kami percaya bahwa kita semua memiliki ‘musuh’ dan jika mengatakan tidak memiliki ‘musuh’ berarti pembohong. Yang kami maksudkan ‘musuh’ disini adalah segala sesuatu atau apapun yang kurang/ tidak kita senangi, yang tidak sesuai dengan selera atau keinginan pribadi dst.. , entah itu manusia, harta benda (tempat, sarana-prasarana), lingkungan hidup, situasi dan kondisi, cuaca dst.. Yang mungkin umum kita hadapi kiranya adalah makanan, yaitu aneka jenis makanan yang tidak sesuai dengan selera pribadi, padahal makanan tersebut sehat dan segar, dengan kata lain dalam hal makan kita sering hanya mengikuti selera pribadi dengan pedoman ‘enak dan tidak enak’, bukan sesuai dengan aturan kesehatan. Jika dalam hal makanan sehat orang mengalami kesulitan, maka yang bersangkutan pasti mengalami kesulitan juga dalam pergaulan dengan orang lain maupun lingkungan hidup baru. “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” , demikian sabda Yesus. Baik orang jahat maupun baik, benar maupun tidak benar senantiasa dikasihi oleh Allah, dan memang sebagai umat beriman kita juga dipanggil untuk mengasihi orang jahat dan tidak benar, tidak hanya kepada orang baik dan benar saja. Latihan untuk ini antara lain kita membiasakan diri dalam hal makan senantiasa makan yang sehat meskipun tidak enak atau tidak sesuai dengan selera pribadi, sehingga suatu saat ketika menghadapi orang jahat, orang yang membenci kita, atau yang menyakiti kita, maka kita tetap mampu mengasihinya. Kita juga diingatkan: sekiranya tak mungkin mengasihi dengan bertatap mukam, hendaknya kita mendoakannya, maka marilah kita doakan setiap hari mereka yang sering menganiaya atau mempersulit cara hidup dan cara bertindak kita.

· "Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya” (Ul 26:16-17). Sebagai orang yang beriman kepada Allah kita dipanggil untuk “melakukan ketetapan dan peraturan Allah dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa”. Ketetapan dan peraturan Allah antara lain dicoba diterjemahkan ke dalam aneka tata tertib dan aturan hidup dan kerja bersama, maka baiklah dengan rendah hati dan kerja keras, dengan bekerjasama kita taati dan laksanakan atau lakukan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Hendaknya aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan atau tugas pengutusan kita bukan lagi menjadi beban, melainkan telah menjadi kebutuhan. Ingatlah dan sadari bahwa dalam kehidupan bersama dimana pun dan kapan pun senantiasa ada aturan atau tata tertib, entah tertulis atau lisan. Sendirian pun jika kita sungguh beriman pasti ada peraturan, yaitu aturan yang dibuat sendiri alias orang mengatur diri sendiri. Jika orang mampu mengatur diri sendiri dengan baik, maka yang bersangkutan tidak akan menghadapi masalah lagi dalam menghadapi aneka tata tertib dan aturan. Semua aturan atau tata tertib pada umum didasari oleh niat dan kehendak baik serta bertujuan pada sesuatu yang baik, dan dengan demikian boleh dikatakan dijiwai oleh kehendak Allah, maka selayaknya kita taati dan laksanakan.

“Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh.Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!” (Mzm 119:1-2.4-5)

Sabtu, 23 Februari 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ 

“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga” (1Pet 5:1-4; Mzm 23:1-4; Mat 16:13-19)

 
“Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."(Mat 16:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Takhta St.Petrus, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Paus Benediktus XVI menyadari kelemahan dan keterbatasannya telah menyatakan untuk mengundur-kan diri terhitung per 28 Februari 2013. Tugas pengutusan Paus sebagai penerus Takhta St.Petrus memang berat, sarat dengan aneka tantangan, masalah dan hambatan, karena mengemban tugas pengutusan dari Allah, sebagaimana disabdakan oleh Yesus kepada Petrus: ”Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga”. Apa yang disampaikan oleh Paus pada umumnya memang sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama di dunia ini. Di dalam Gereja Katolik, Paus memiliki wewenang untuk ‘memutuskan’ ikatan perkawinan maupun ‘membatalkan’ tahbisan imamat. Tidak lama lagi kiranya akan diselenggarakan Konklaf untuk mengisi kekosongan Takhta St. Petrus, memilih Paus baru, maka dengan ini kami mengajak segenap anggota Gereja Katolik untuk berdoa, mohon kepada Allah, agar terpilih Paus sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Pemimpin dalam Gereja Katolik memang berbeda dengan pemimpin negara pada umumnya, antara lain harus meneladan Yesus, yang ‘datang untuk melayani, bukan dilayani’, dengan rendah hati melayani seluruh anggota Gereja Katolik dan umat manusia di dunia. Sebagai Umat Allah kita mengimani bahwa apa yang dikatakan, diajarkan serta diarahkan oleh Paus merupakan kehendak Allah yang harus sungguh kita dengarkan dan hayati. Maka marilah dalam Tahun Iman ini, dan secara khusus selama masa Prapaskah, kita perdalam dan perkembangkan iman kita dengan membaca, merenungkan dan membatinkan apa yang tertulis di dalam aneka dokumen resmi Gereja Katolik, seperti Dokumen Konsili Vatikan II, Katekismus Gereja Katolik, Kitab Hukum Kanonik, dst.. Selama masa Prapaskah ini juga kiranya kita juga diajak oleh gembala kita masing-masing untuk merenungkan dan mencecap dalam-dalam tema tertentu, sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah keuskupan masing-masing, maka baiklah kita fungsikan sebaik mungkin Surat Gembala Prapaskah 2013 dalam aneka kegiatan Prapaskah yang diselenggarakan.

· “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1Petr 5:2-3). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan para gembala: uskup, pastor/imam atau pemimpin-pemimpin dalam lingkungan Umat Allah. Kepemimpinan di lingkungan Umat Allah, dalam Gereja Katolik dihayati dengan kerelaan hati, tidak mencari keuntungan, keteladanan dalam pelayanan, dst.. Hemat saya yang menjadi ujung tombak penggembalaan Umat Allah adalah rekan-rekan pastor atau imam, maka dengan ini kami mengharapkan rekan-rekan iman sungguh menanggapi secara positif apa yang dikatakan oleh St.Petrus, sebagaimana saya kutipkan di atas. “Hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba”, inilah yang kiranya layak kita renungkan dan hayati. Kehidupan bersama masa kini antara lain begitu dikuasai oleh semangat atau sikap mental materialistis, egois dan mencari keuntungan pribadi, maka para gembala/pastor/imam diharapkan dapat menjadi teladan atau inspirator hidup sederhana dan penuh pelayanan. Kesederhanaan pribadi rekan-rekan imam/pastor semoga juga menjiwai dalam aneka kegiatan Umat Allah, entah di tingkat paroki, stasi maupun wilayah dan lingkungan, sehingga seluruh Umat Allah akhirnya juga hidup dalam kesederhanaan dan saling melayani.

“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm 23:1-4)

Jumat, 22 Februari 2013 

Romo Ignatius Sumarya, SJ

“Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Est 4:10a.10c-12.17-19; Mzm 138:1-3; Mat 7:7-12)

 
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat 7:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Ketika sedang berdoa pada umumnya orang mengajukan atau mempersembahkan permohonan-permohonan kepada Allah, sesuai dengan dambaan, kerinduan, harapan atau cita-citanya sendiri. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa ketika kita berdoa hendaknya mohon yang baik, dan yang dimaksudkan dengan baik disini tidak lain adalah keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Percayalah jika kita mohon keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia, maka permohonan kita pasti dikabulkan, dan tentu saja pengabulan doa ini perlu partisipasi kita sepenuhnya, artinya dari pihak kita yang mohon senantiasa dalam hidup dan karya mengusahakan keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Untuk itu berarti kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Warta Gembira hari ini kiranya juga mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk senantiasa memberikan apa yang baik untuk anak-anaknya. Hemat saya apa yang baik bagi anak-anak adalah pendidikan atau pembinaan yang memadai, dan untuk itu antara lain kami harapkan anak-anak pada usia balita dapat menerima cintakasih yang memadai dari orangtuanya, yang berarti orangtua diharapkan memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anak balitanya. Maka kami harap anak-anak balita hendaknya tidak dengan mudah diserahkan kepada pembantu atau neneknya. Pengalaman menunjukkan anak-anak yang kurang ajar pada umumnya pada masa balita kurang memperoleh kasih dari orangtuanya; dimana orangtua merasa cukup dengan memberi makanan dan minuman, tidak memberi waktu dan tenaga bagi anak-anaknya. Kepada anda semua yang sedang saling mengasihi atau membina dan memperdalam hidup saling mengasihi kami harapkan berani saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain.

· "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja.” (Est 4:11). Tongkat emas pada masa kini menjadi symbol para gembala (paus dan para uskup), yang memiliki tugas utama untuk menggembalakan umat Allah. Maka kutipan “Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat eman, yang akan tetap hidup”, kiranya dapat difahami bahwa umat Allah yang mentaati dan melaksanakan arahan atau petunjuk pastoral para gembala yang akan hidup bahagia dan selamat jiwanya. Maka dengan ini kami mengajak umat Allah (rekan pastor, biarawan dan biarawati maupun awam) untuk senantiasa memperhatikan dan secara positif menanggapi arahan dan petunjuk pastoral gembala masing-masing (uskup setempat). Marilah kita sadari dan hayati bahwa arahan atau petunjuk pastoral gembala kita pada umumnya merupakan tanggapan atas apa yang kita alami atau hadapi, merupakan keprihatinan atas kehidupan iman umat Allah, setelah menerima aneka macam masukan dan informasi dari sana-sini, entah itu berupa ceritera informal atau laporan resmi dari paroki, lembaga hidup bakti maupun aneka pelayanan pastoral yang ada. Tentu saja aplikasi bagi tempat dan karya kita masing-masing membutuhkan kreatifitas dan kerja keras kita, untuk menyesuaikan situasi dan kondisi setempat. Dengan kata lain sebagai umat Allah kita diharapkan memiliki ketaatan yang hidup.

“Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.” (Mzm 138:1-3)


Rabu, 21 Februari 2013

“Doamu itu janganlah kamu bertele-tele” (Yes 55:10-11; Mzm 34:4-7; Mat 6:7-15)

“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Mat 6: 7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Berdoa berarti berkomunikasi dalam cintakasih dengan Allah, maka pertama-tama dan terutama orang harus mengusahakan diri sedemikian rupa sehingga menghayati diri ada di ‘hadirat Allah’. Untuk itu orang harus dengan rendah hati mengosongkan diri sehingga dalam keadaan siap sedia untuk mendengarkan apa yang disabdakan oleh Allah. Sekiranya dengan kata-kata dalam berdoa hendaknya yang sederhana saja sebagaimana diajarkan oleh Yesus dengan doa ‘Bapa Kami’. Dari teks doa Bapa Kami hemat saya yang mendesak pada masa kini untuk didoakan dan dihayati adalah “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”. Pertama-tama marilah kita berdoa agar hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya, secara khusus mohon ‘pada hari ini makanan kami yang secukupnya’, bukan sebanyak-banyaknya. Hendaknya dalam hal makan cukup dan sederhana, dan yang penting sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita agar senantiasa dalam keadaan sehat, segar-bugar, tidak pernah jatuh sakit. Maka perhatikan dengan masalah gizi, makanan yang sehat, meskipun tidak enak (hendaknya menjauhi aneka jenis makanan instan ). Hidup dalam kasih pengampunan pada masa kini juga mendesak dan up to date, mengingat dan memperhatikan hidup bersama yang belum sebagaimana didambakan dan masih diwarnai oleh aneka bentuk permusuhan dan kebencian. Tentu pertama-tama marilah kita hayati bahwa kita telah menerima kasih pengampunan dari Allah secara melimpah ruah, yang kita terima melalui sekian banyak orang yang memperhatikan dan mengasihi kita, dan selanjutnya kita salurkan kasih pengampunan tersebut kepada siapapun yang layak menerimanya, terutama yang telah menyakiti atau mempersulit kita.

· “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes 55:10-11). Kutipan ini kiranya dapat menjadi pegangan dan jaminan kita dalam berdoa, berkomunikasi dengan Alllah, mendengarkan kehendak dan sabda Allah. Allah adalah Mahakuasa, maka sabda-sabda-Nya atau kehendak-Nya sungguh mahakuasa juga. Jika kita sungguh mendengarkan sabda atau kehendak Allah, maka mau tak mau kita harus melaksanakan kehendak dan sabda-Nya. Keutamaan yang utama dan pertama bagi umat beriman adalah melaksanakan sabda atau kehendak Allah, dalam perilaku atau cara bertindak, bukan dalam omongan atau wacana. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga dididik dan dibiasakan untuk senantiasa berperilaku baik dan bermoral. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku universal, dimana saja dan kapan saja, dan karena Allah hadir dimana-mana dan kapan saja, maka jika kita sungguh berada di ‘hadirat-Nya’ pasti senantiasa melakukan apa yang baik dan bermoral. Memang kita semua diharapkan sungguh dapat menjadi pendengar dan pelaksana sabda atau kehendak Allah, untuk itu marilah kita buka hati, jiwa, akal budi kita sehingga kita senantiasa siap sedia mendengarkan sabdaNya serta melaksanakan-Nya.

“Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya” (Mzm 34:4-7)

Selasa, 19 Februari 2013

Romo Ignatius Sumarya, SJ