“Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."(Mat 16:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Takhta St.Petrus, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Paus Benediktus XVI menyadari kelemahan dan keterbatasannya telah menyatakan untuk mengundur-kan diri terhitung per 28 Februari 2013. Tugas pengutusan Paus sebagai penerus Takhta St.Petrus memang berat, sarat dengan aneka tantangan, masalah dan hambatan, karena mengemban tugas pengutusan dari Allah, sebagaimana disabdakan oleh Yesus kepada Petrus: ”Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga”. Apa yang disampaikan oleh Paus pada umumnya memang sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama di dunia ini. Di dalam Gereja Katolik, Paus memiliki wewenang untuk ‘memutuskan’ ikatan perkawinan maupun ‘membatalkan’ tahbisan imamat. Tidak lama lagi kiranya akan diselenggarakan Konklaf untuk mengisi kekosongan Takhta St. Petrus, memilih Paus baru, maka dengan ini kami mengajak segenap anggota Gereja Katolik untuk berdoa, mohon kepada Allah, agar terpilih Paus sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Pemimpin dalam Gereja Katolik memang berbeda dengan pemimpin negara pada umumnya, antara lain harus meneladan Yesus, yang ‘datang untuk melayani, bukan dilayani’, dengan rendah hati melayani seluruh anggota Gereja Katolik dan umat manusia di dunia. Sebagai Umat Allah kita mengimani bahwa apa yang dikatakan, diajarkan serta diarahkan oleh Paus merupakan kehendak Allah yang harus sungguh kita dengarkan dan hayati. Maka marilah dalam Tahun Iman ini, dan secara khusus selama masa Prapaskah, kita perdalam dan perkembangkan iman kita dengan membaca, merenungkan dan membatinkan apa yang tertulis di dalam aneka dokumen resmi Gereja Katolik, seperti Dokumen Konsili Vatikan II, Katekismus Gereja Katolik, Kitab Hukum Kanonik, dst.. Selama masa Prapaskah ini juga kiranya kita juga diajak oleh gembala kita masing-masing untuk merenungkan dan mencecap dalam-dalam tema tertentu, sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah keuskupan masing-masing, maka baiklah kita fungsikan sebaik mungkin Surat Gembala Prapaskah 2013 dalam aneka kegiatan Prapaskah yang diselenggarakan.
· “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1Petr 5:2-3). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan para gembala: uskup, pastor/imam atau pemimpin-pemimpin dalam lingkungan Umat Allah. Kepemimpinan di lingkungan Umat Allah, dalam Gereja Katolik dihayati dengan kerelaan hati, tidak mencari keuntungan, keteladanan dalam pelayanan, dst.. Hemat saya yang menjadi ujung tombak penggembalaan Umat Allah adalah rekan-rekan pastor atau imam, maka dengan ini kami mengharapkan rekan-rekan iman sungguh menanggapi secara positif apa yang dikatakan oleh St.Petrus, sebagaimana saya kutipkan di atas. “Hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba”, inilah yang kiranya layak kita renungkan dan hayati. Kehidupan bersama masa kini antara lain begitu dikuasai oleh semangat atau sikap mental materialistis, egois dan mencari keuntungan pribadi, maka para gembala/pastor/imam diharapkan dapat menjadi teladan atau inspirator hidup sederhana dan penuh pelayanan. Kesederhanaan pribadi rekan-rekan imam/pastor semoga juga menjiwai dalam aneka kegiatan Umat Allah, entah di tingkat paroki, stasi maupun wilayah dan lingkungan, sehingga seluruh Umat Allah akhirnya juga hidup dalam kesederhanaan dan saling melayani.
“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm 23:1-4)
Jumat, 22 Februari 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ