"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh."
“Kerasulan
semua religius pertama-tama terletak dalam kesaksian hidup mereka yang
sudah dibaktikan, yang harus mereka pelihara dengan doa dan tobat” (KHK
kan 673). Sebagai imam dan biarawan saya pribadi sungguh terkesan
dengan kutipan dari KHK di atas. Kurang lebih dua puluh lima tahun lalu
untuk pertama kali kutipan di atas ini sungguh saya refleksikan dan
kemudian saya sampaikan dalam kesempatan memberi rekoleksi
biarawan-biarawati. Kesan atas teks di atas sungguh mendalam bagi saya
pribadi, lebih-lebih karena dampak dari rekoleksi tersebut ada beberapa
biarawati/suster senior marah terhadap saya (mereka merasa diserang,
maklum memang dalam kehidupan dan karya pelayanan sehari-hari mereka
merasa sombong karena bergelar sarjana, dengan kata lain dalam pelayanan
lebih mengedepankan gelar sarjana daripada kebiarawanan atau kesaksian
hidup yang telah dibaktikan). Isi utama dari Warta Gembira hari ini
kiranya merupakan ajakan dan peringatan bagi kita semua: hendaknya dalam
dan dengan semangat iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." (Yoh 21:6)
Para
rasul sebelum menggabungkan diri pada Yesus adalah nelayan-nelayan yang
handal dan kompeten dalam proffesinya. Setelah Yesus meninggalkan mereka
dengan wafat di kayu salib, maka mereka merasa sungguh kehilangan
pegangan hidup dan frustrasi, kesepian. Untuk mengobati frustrasi atau
mengisi kesepian, mereka tergerak untuk kembali mencari ikan, ke
proffesi sebagai nelayan. Kebijakan yang muncul dalam frustrasi atau
putus-asa pada umumnya tidak atau kurang bijak dan buah kebijakan yang
telah diambil tidak lain adalah semakin bertambah frustrasi atau
putus-asa. Dalam frustrasi dan kebersamaan itulah tiba-tiba Yesus yang
telah bangkit dari mati menampakkan Diri kepada mereka.
Ketika anda sedang mengalami frustrasi atau kesepian hendaknya
tidak menyendiri, melainkan tetap menyatukan diri dengan
saudara-saudari yang setiap hari hidup dan bekerja bersama. Siapa tahu
dalam kebersamaan dengan saudara-saudari kita menerima pencerahan atas
frustrasi dan kesepian kita. Atau jika tak mungkin menyatukan diri
dengan saudara-saudari karena situasi atau kondisi, baiklah berusaha ‘back to basic’, kembali
ke semangat awal. Kami percaya kita semua ketika mengawali proffesi,
panggilan maupun tugas baru pasti dengan semangat yang begitu luhur,
mulia, baik dan benar. Namun dalam perjalanan waktu karena pengaruh
lingkungan semangat tersebut mengalami erosi atau kemunduran atau bahkan
telah ditinggalkan.
"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.",
demikian sabda atau perintah Yesus yang telah bangkit dari mati kepada
para rasul yang sedang frustrasi karena samalaman bekerja keras untuk
menangkap ikan tak seekor ikan pun dapat ditangkap. Atas perintah Yesus
mereka menebarkan jala dan akhirnya diperoleh ikan banyak sekali alias
dalam waktu singkat berhasil baik dan sukses besar. Pengalaman ini
kiranya merupakan ajakan atau peringatan bagi kita semua agar kita
senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan iman, charisma atau
spiritualitas, atau visi-misi, tidak seenaknya sendiri mengikuti selera
pribadi atau kemauan diri sendiri.
Dalam
hidup dan bekerja bersama senantiasa ada spiritualitas atau visi-misi
yang selanjutnya dijabarkan kedalam pedoman atau tata tertib hidup dan
bekerja bersama . Jika kita mendambakan sukses dalam hidup dan kerja
sebagaimana kita cita-citakan atau impikan, hendaknya setia dan taat
pada pedoman atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan
tugas pengutusan kita masing-masing. Marilah meneladan Yesus yang datang
ke dunia ini untuk ‘menggenapi’ alias melaksanakan apa yang tertulis
dalam Hukum Taurat, bukan untuk meniadakannya. Keunggulan pengikut Yesus
khususnya atau umat beriman pada umumnya hemat saya dalam penghayatan
iman, pelaksanaan sabda atau perintah Tuhan dalam dan melalui cara hidup
dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Maka
marilah kita saling membantu dan berlomba dalam penghayatan iman atau
pelaksanaan tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan
dan tugas pengutusan kita masing-masing.
"Kita
harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. Allah nenek
moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu
salib dan kamu bunuh. Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri
dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel
dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.Dan kami adalah saksi dari
segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada
semua orang yang mentaati Dia” (Kis 5:29-32)
Kutipan
di atas merupakan jawaban atau tanggapan para rasul terhadap larangan
para pemuka Yahudi, agar para rasul berhenti mewartakan Kabar Baik,
berita tentang Yesus yang wafat di kayu salib dan
dibangkitkan dari mati. Keberanian dan ketegaran para rasul merupakan
wujud iman mereka kepada Yesus yang telah bangkit dari mati. Mereka akan
tetap taat kepada Allah daripada kepada manusia, apalagi perintah dari
manusia yang gila akan kuasa, kedudukan dan harta benda. Tanda bahwa
orang hidup dan bertindak taat kepada Allah antara lain adalah buah
tindakan atau dampak hidupnya adalah keselamatan jiwa, entah jiwa orang
yang bersangkutan maupun jiwa orang lain. Maka kami berharap kepada
mereka yang belum mentaati Allah kami harapkan segera bertobat atau
memperbaharui diri.
Hendaknya
kita semua sebagai umat beriman meneladan Bapa Abraham yang begitu taat
kepada Allah, atau bagi yang percaya kepada Bunda Maria meneladan
ketaatan Maria kepada Allah. Bapa Abraham maupun Bunda Maria adalah
teladan hidup umat beriman. Gejala permusuhan yang masih terjadi di
sana-sini maupun tindakan korupsi yang masih dilakukan banyak orang
menunjukkan bahwa orang masih mengikuti selera atau gairah nafsu pribadi
dan tidak mentaati Allah. Kami berharap kepada siapapun yang
berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama dapat menjadi teladan ketaatan
kepada Allah, secara khusus kami berharap kepada para tokoh dan pemuka
agama dapat menjadi teladan dan penggerak ketaatan kepada Allah.
Sebagai
orang beriman kita semua juga dipanggil untuk menjadi saksi-saksi iman
dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, dan dengan
demikian siapapun yang berjumpa dengan kita atau melihat kita akan
tergerak untuk semakin beriman pula. Marilah kita ikuti dorongan dan
bisikan Roh Kudus, yang berarti senantiasa membuka diri terhadap aneka
kehendak baik yang berasal dari saudara-saudari kita, tanpa pandang
agama atau pandang bulu. Kami ingatkan juga bahwa anda sekalian segenap
kaum awam memiliki tugas kerasulan utama dengan menjadi saksi iman
dalam hidup ‘mendunia’, berpartisipasi dalam seluk beluk kehidupan
dunia. Maka hendaknya saling mengingatkan dan meneguhkan dalam tugas
pengutusan sebagai saksi iman ini.
“Aku
akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas,
dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Engkau
mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara
mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai
orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada
nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia
murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar
sorak-sorai”
(Mzm 30:2.4-6)
Minggu, 14 April 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ