"Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup." (Yoh 5:17-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Yesus menyatakan Diri bahwa Diri-Nya adalah utusan Allah Bapa alias sebagai Anak Allah, dan karena itu Ia harus melaksanakan tugas pengutusan Allah Bapa. Karena Ia menyebut Allah sebagai Bapa, maka orang-orang Yahudi semakin ingin membunuh-Nya. Pengakuan Yesus ini bagi kita masa kini berarti pengakuan iman kita pada Allah Tritunggal, yang memang hanya dapat diimani dan tak mungkin dimengerti secara jelas dan memuaskan sesuai akal sehat alias mengerti sepenuhnya Allah, yang maha segalanya. Gambaran atau pemahaman kita perihal Allah kita terima melalui para pendahulu kita, yang kita imani sebagai utusan Allah: bagi umat Kristen berarti dari Yesus, bagi umat Islam berarti Nabi Muhamad SAW, bagi umat Buddha berarti Sidharta Gautama dst… Dengan kata lain pemahaman kita perihal Allah memang tidak pernah sempurna, namun kita beriman atau percaya kepada Allah, maka marilah di Tahun Iman ini kita perdalam iman kita kepada Allah. Hendaknya dalam dan dengan semangat iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, jika kita mendambakan hidup berbahagia dan damai sejahtera lahir dan batin, spiritual dan fisik. Allah hadir dimana-mana, dalam semua ciptaan-Nya, terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah, maka baiklah kita saling percaya dan berbakti satu sama lain, terutama percaya bahwa perbuatan baik yang dilakukan oleh siapapun karena rahmat dan anugerah Allah alias Allah hidup dan berkarya dalam diri orang yang berlaku baik.
· " Aku akan membuat segala gunung-Ku menjadi jalan dan segala jalan raya-Ku akan Kuratakan. Lihat, ada orang yang datang dari jauh, ada dari utara dan dari barat, dan ada dari tanah Sinim." (Yes 49:11-12). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita sebagai umat beriman. Allah menghendaki adanya kejujuran atau ketulusan hati dalam diri kita, umat beriman, dan memang untuk menjadi orang yang jujur dan tulus hati pada masa kini tak akan pernah lepas dari aneka tantangan, hambatan dan masalah. Tumbuh-berkembang menjadi orang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur harus disertai dengan pengorbanan dan perjuangan. "Jer basuki mowo beyo" = Untuk memperoleh hidup bahagia dan damai sejahtera orang harus berjuang dan berkorban. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua: hendaknya segala tantangan, masalah dan hambatan yang lahir dari kesetiaan hidup beriman dijadikan sarana atau wahana untuk tumbuh berkembang sebagaimana dikehendaki oleh Allah, dengan kata lain jangan dihindari, melainkan hadapi dengan rendah hati dan rahmat Allah. Bersama dan bersatu dengan Allah kita akan mampu mengatasi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita meneladan-Nya, yaitu meskipun harus menghadapi ancaman untuk dibunuh atau disingkirkan, hendaknya tetap setia pada iman kepercayaan kita kepada Allah, yang telah menciptakan dan mengutus kita untuk dalam kelemahan dan kerapuhan berpartisipasi dalam karya penyelamatan-Nya.
"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya" (Mzm 145:8-9)
Rabu, 13 Maret 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ