“Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" (Mrk 4:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Telinga atau indera pendengaran merupakan salah satu dari kelima indera kita yang cukup penting, bahkan ada informasi yang pernah saya dengarkan bahwa indera pendengaran merupakan indera yang pertama kali berfungsi, karena anak dalam rahim atau janin pun konon sudah dapat mendengarkan. Apa yang didengarkan pada umumnya akan membentuk kwalitas pribadi yang bersangkutan. Saya percaya kita semua telah banyak mendengar namun belum tentu mendengarkan dengan baik, karena jika kita sungguh pendengar yang baik dan dalam kenyataan kiranya lebih banyak hal-hal baik, mulia dan luhur yang disampaikan atau diinformasikan kepada kita, maka kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami berharap keutamaan mendengarkan ini sedini mungkin dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua. Pengalaman menunjukkan bahwa orang yang sungguh menjadi pendengar yang baik dan tentu saja orangnya juga berkehendak baik, maka yang bersangkutan sukses dalam segala hal yang harus ia kerjakan. Ia bagaikan ‘tanah baik dan subur’ ketika ditaburi benih tanaman apapun akan menghasilkan buah yang melimpah. Para peserta didik maupun mahasiswa-mahasiswi yang dapat menjadi pendengar yang baik, pada umumnya mereka sukses dalam belajar, selesai pada waktunya dan hasilnya pun memuaskan dan membahagiakan banyak orang, tidak hanya orang yang bersangkutan saja.
· “Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa” (Ibr 10:16-18). Hukum Allah telah ditaruh dalam hati kita dan dituliskan dalam akal budi kita, jika kita sungguh beriman kepadaNya. Maka orang yang sungguh beriman kepada Allah pada umumnya yang dirasakan dan dipikirkan adalah perintah atau kehendak Allah, dan dengan demikian yang bersangkutan senantiasa akan melaksanakan perintah dan kehendak Allah. Ingatlah dan sadari bahwa apa yang akan kita lakukan sedikit banyak tergantung pada apa yang kita rasakan dan pikirkan. Semoga kita yang beriman kepada Yesus Kristus memiliki perasaan dan pikiran yang ada dalam Diri Yesus Kristus, yaitu keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa memikirkan keselamatan jiwa, entah jiwa saya sendiri maupun jiwa orang lain, dengan kata lain tolok ukur atau barometer keberhasilan hidup dan kerja kita adalah keselamatan jiwa. Dalam hal memilih dan mengerjakan tugas atau pekerjaan hendaknya senantiasa yang lebih menghasilkan keselamatan jiwa manusia. Dimana jiwa manusia semakin banyak dapat diselamatkan ke situlah kita melangkahkan kaki untuk hidup dan bekerja. Kami berharap kepada kita semua tidak ‘bermain api’ alias menyerempet bahaya dengan sengaja, misalnya pergi ke tempat-tempat yang tidak baik dimana dengan mudah kita jatuh ke dalam dosa.
“Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun. TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek."(Mzm 110:1-4)
Rabu, 30 Januari 2013
Romo Ignatius Sumarya, SJ